JAKARTA – PT Pertamina (Persero) sejak Maret 2020 melakukan tahap revamping Platforming dan Aromatik Kilang PT Trans-Pacific Petrochemical Indotama (TPPI). Revamping ditargetkan mampu tingkatkan kapasitas produksi Paraxylene semula 600 ribu ton per tahun menjadi 780 ribu ton per tahun.

Ardhy N. Mokobombang, Presiden Komisaris TPPI, mengatakan proyek revamping menghabiskan US$180 juta sehingga bisa meningkatkan kapasitas platforming unit.

“Proyek tersebut bertujuan untuk meningkatkan kapasitas Platforming Unit dari 50 ribu barel per hari menjadi 55 ribu barel per hari dan kapasitas produksi paraxylene 600 ribu ton per tahun menjadi 780 ribu ton per tahun,” kata Ardhy, Kamis (24/9).

Produksi paraxylene TPPI saat ini memang belum terlalu besar. TPPI sudah mulai mengoperasikan unit produksi paraxylene sejak Agustus 2020 secara dual mode yang menghasilan produk petrokimia dan produk BBM, dan akan ditingkatkan secara bertahap.

Yulian Dekri, Presiden Direktur TPPI, mengatakan pekerjaan Basic Engineering Design Package (BEDP) yang sedang dikerjakan UOP telah dimulai pada 27 Maret 2020 dan akan selesai pada akhir September 2020.

Untuk pembangunan lima tangki saat ini sedang dalam tahap pembangunan yang diperkirakan secara keseluruhan tangki-tangki tersebut akan selesai pada pertengahan Desember 2021.

“Pekerjaan revamping ini akan dilaksanakan pada awal 2022 bersamaan dengan pelaksanaan Turn Around, sehingga pada kuartal 1 2022 diharapkan kilang sudah dapat beroperasi secara penuh,” kata Yulian.

Darius Darwis, Direktur Pemasaran TPPI menambahkan kebutuhan domestik paraxylene saat ini sebesar satu juta ton per tahun, sedangkan pemasok dari dalam negeri selain TPPI adalah hanya Kilang RU IV Pertamina yang mempunyai kapasitas produksi sekitar 200 ribu ton per tahun. Dengan demikian, selama TPPI tidak berproduksi, terdapat impor paraxylene sekitar 800 ribu ton per tahun.

Untuk mengurangi impor paraxylene pada  2021, TPPI berencana akan memproduksi paraxylene sebesar 280 ribu ton per tahun, sehingga total produksi paraxylene dalam negeri menjadi 500 ribu ton per tahun.

“Hal ini dapat mengurangi impor sejumlah 50% dari kebutuhan dalam negeri dan menurunkan current account deficit,” kata Darius.

Sementara itu, Agus Gumiwang Kartasasmita Menteri Perindustrian mengatakan revamping diperlukan lantaran produk-produk petrokimia khususnya produk aromatik sangat dibutuhkan di dalam negeri dan diimpor oleh berbagai perusahaan di Indonesia.

“Dengan memenuhi kebutuhan impor paraxylene tersebut, peran TPPI dalam mengurangi impor dan current deficit account Indonesia menjadi sangat significant, dan ini sangat baik untuk membangkitkan perekonomian Indonesia,” kata Agus.(RI)