POLEMIK seputar pemanfaatan LNG Mozambique terus berlanjut. Kali ini ada pihak yang menyebutkan bahwa LNG Mozambique diperuntukan bagi proyek IPP Jawa-1 di Cilamaya, Karawang, Jawa Barat. Ginanjar Sofyan, mantan Direktur Utama PT Pertamina Power Indonesia (PPI) menilai bahwa proyek IPP Jawa-1 tidak didesain menyerap LNG Mozambique. Seingat Ginanjar, LNG Mozambique diperuntukan bagi IPP Bangladesh 1400 MW. Apalagi, dia waktu itu sempat ditugaskan agar dapat mengelola off-taking Mozambique ke proyek Pertamina di IPP Bangladesh 1400 MW.

Berikut penuturan mantan Vice President Power and New Renewable Energy PT Pertamina (Persero) tersebut kepada Dunia Energi.

Sebagai pendiri dan project originator Jawa-1, bagaimana tanggapan Anda mengenai pernyataan bahwa LNG Mozambique diperuntukan bagi Proyek IPP Jawa-1?
Untuk lebih jelasnya, sebaiknya anda konfirmasi ke pihak PLN. Pasokan LNG Jawa-1 sepenuhnya kewenangan PLN. Business model dan contractual scheme-nya adalah dari LNG portfolio-nya PLN. Secara teknis, Jawa-1 didesain berdasarkan spesifikasi LNG Tangguh. Bukan berarti Jawa-1 tidak bisa menyerap LNG dari sumber lain, contoh Bontang atau sumber-sumber lainnya, namun saat itu LNG Mozambique sama sekali tidak ada di peta kami.

Menurut Anda, LNG Mozambique diperuntukan ke proyek Pertamina mana saja?
Bisa anda tanyakan langsung ke Pertamina. Seingat saya, itu diperuntukan bagi IPP Bangladesh 1400 MW. Saya waktu itu juga sempat ditugaskan agar dapat mengelola off-taking Mozambique ke proyek Pertamina di IPP Bangladesh 1400 MW

Kapan IPP Bangladesh ditargetkan operasi?
Waktu itu ditargetkan 2020 – 2021.

Apakah pasokan PLN dari sumber Tangguh mampu mencukupi kebutuhan Jawa-1?
Pasokan awal dari Tangguh adalah 16 kargo. Itu cukup untuk memenuhi
60% kapasitas operasional Jawa-1.

Berarti masih kurang 40%, sisanya dari Mozambique?
No, pengelolaan pasokan LNG untuk Jawa-1 100% kewenangan PLN, tentunya portfolio PLN yang akan digunakan. Seingat saya PLN masih punya kapasitas untuk memasok 100% (92% operational IPP) kebutuhan LNG Jawa-1.

Bagaimana tanggapan anda tentang LNG Corpus Christi?
Itu market failure.

Maksudnya?
Market tiba-tiba berubah total, di luar perkiraan-perkiraan yang didasarkan pada kajian bisnis bahkan akademik. Salah siapa? Bukan hanya Pertamina yang suffer.

Ada pernyataan akhir-akhir ini bahwa pasar berubah ke arah positif. Tanggapan Anda?
Ya, itu tadi. Pada 2018-2020 terjadi market failure. Tahun ini terjadi market bullish bahkan spike, semua terkaget-kaget. Untung besar kan Pertamina? Salah kah?

Bisa diambil kesimpulan bahwa pasar LNG memang rentan?
LNG justru marketnya solid karena seluruh rantai bisnis-nya inter-connected.

Jalau begitu, mengapa bisa terjadi kasus Corpus Christi dan Mozambique?
Corpus Christi adalah thesis market failure. Pemain-pemain LNG dunia suffer bahkan ada yang declare force majeure. Penyebabnya bisa demand yang drasti menurun, atau proyek-proyek yang didesain dan disiapkan untuk menyerap LNG ternyata delayed atau bahkan batal, banyak kemungkinan. Yang jelas ini adalah kejadian global. Mozambique beda case, pasti Pertamina punya perencanaan yang menjadi basis pengadaan LNG tersebut. Bisa jadi itu merupakan program pembelian yang dilakukan untuk mendukung proyek-proyek pengolahan. Ini sebenarnya juga solid. PR-nya adalah alignment antara due-time delivery LNG Mozambique dengan proyek-proyek tersebut sehingga tidak terjadi miss-match. Simple kan?

Apakah pembubaran Direktorat Gas merupakan faktor terjadinya kasus-kasus LNG ini?
Kegiatan bisnis kan tetap berjalan. Program, komitmen, dan liabilities tetap ada. Tongkat estafet sudah diserahkan. Negeri ini kan tetap exist walaupun para pendirinya sudah tidak ada. Jiwa dan semangatnya tetap ada. Soviet (USSR) boleh saja rubuh, tapi bukan berarti tanah dan orang-orangnya menjadi hilang dan tidak ada. Tetap exist dan survive dalam bentuk negara-negara baru, pengelolaan baru dan mungkin semangat baru. Perusahaan, negara, hanyalah sebuah wahana, ruh dan motornya ada di orang-orang didalamnya dan yang mengelolanya. Kita introspeksi lah.

Tapi mungkin karena tidak optimal?
Ya, itu PR dan tanggung jawab kita. Bila sebuah bangunan runtuh, anda tidak expect membentuk bangunan baru dalam satu detik. Leadership akan menentukan apakah kita semakin terpuruk? Atau survive dan even better. Perusahaan melalui perangkat-perangkatnya dan human resources-nya, dari lower sampai dengan management top bisa melakukan upaya-upaya terbaiknya. Don’t take it for granted lah. Kita kan tidak immortal, jangan mewariskan beban ke generasi berikut.

Anda menyebut Market Failure. Jadi tindakan yang dilakukan Pertamina saat itu dan kerugian yang dialami Pertamina itu dimaafkan?
Itu kan analogi dari force majeure. Bisnis energi, bahkan ekonomi dunia kolaps, semua suffer. Siapa yang mau disalahkan? Maret 2020, terjadi perang harga antara OPEC dan Rusia, Amerika tidak mungkin tidak menjadi konsideran dalam percaturan kedua raksasa produsen energi tersebut. Harga spot LNG sempat jatuh dibawah US$ 2/mmbtu. Did somebody talk to those 3 energy giants expressing our concern to that situation? And kita malah menyalahkan orang lain.

Ada saran supaya hal ini tidak berkelanjutan?
Yang penting sekarang adalah jangan sampai kita terjerumus ke kesalahan berikutnya, yang sebenarnya tidak perlu. Jangan sampai terjadi managerial failure.

Bisa dijelaskan?
Yang harus kita lakukan sekarang adalah mitigasi, bahkan kalu bisa taking advantage, who knows. Anda tidak bisa meminta manajemen lama untuk kembali dan membenahi. Jika kita gagal melakukan mitigasi, padahal situasi market memungkinkan dan hal tersebut bisa dilakukan, kita membiarkan diri terjerembab kedalam managerial failure, kegagalan manajerial. Managerial failure bisa mendorong kita ke arah managerial fraud. (DR)