JAKARTA – Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mulai serius mengembangkan sistem Island Grid dengan memanfaatkan sumber daya alam lokal berupa energi baru terbarukan. Island Grid adalah jaringan tenaga listrik yang dimiliki dan dioperasikan PT PLN (Persero), umumnya isolated, sub-sistem kecil, dan banyak juga berlokasi di pulau-pulau.

Kementerian ESDM akan bekerja sama dengan Kementerian Federal Jerman untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan selama kurang lebih tiga tahun ke depan. Dua lokasi yang akan menjadi pilot project program bertajuk 1.000 Island – Renewable Energy for Electrification Program (REEP) adalah Pulau Kaledupa dan Belitung.

“REEP menggunakan pendekatan bottom up dimana demonstrasi akan dilakukan dua pulau kecil, seperti Kedupa dengan beban puncak kurang dari 10 MW dan Belitung dengan beban puncak diantara 10-100 MW,” kata Rida Mulyana, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) di sela Indonesia-German Renewable Energy Day di Jakarta, Rabu (21/11).

Pulau Kaledupa merepresentasikan daerah dengan pelistrikan masih 12 -jam dengan pembangkit utama berupa pembangkit tenaga diesel dan beban puncak kurang dari 10 megawatt (MW). Opsi integrasi EBT berupa hybrid PV-diesel-baterai. Lebih kurang 122 lokasi semacam ini di Indonesia dengan total beban puncak 492 MW, sebagian sudah 24 jam, namun banyak juga yang masih 12 jam pelistrikan.

Untuk Pulau Belitung merepresentasikan daerah dengan pelistrikan 24-jam, beban puncak 10-100 MW, dan suplai listrik sudah mix batubara, gas, diesel.

Integrasi EBT di Belitung dapat berupa PLTS dan PLTBg dengan memanfaatkan limbah kelapa sawit. Kurang lebih 43 lokasi Island Grids semacam ini di Indonesia dengan total beban puncak 1,1 Gigawatt (GW).

“Pengembangan EBT di Island Grids diharapkan ke depannya dapat ditingkatkan ke level implementasi dan scaling up ke lokasi-lokasi lainnya,” ungkap Rida.

Dengan metode tersebut juga diharapkan bisa membantu mengejar target EBT sebesar 23% dalam penggunaan energi nasional pada 2025.

REEP akan mengembangkan sistem monitoring untuk membuktikan kelayakan teknis dan ekonomis dari integrasi energi terbarukan di jaringan pulau.

Rudolf Rauch, Principal Advisor Deutsche Geselleschaft fur Internationale Zusammenarbeit (GIZ) GmbH, mengatakan setelah selesainya dua jaringan percontohan, REEP akan melanjutkan dengan tiga jaringan pulau lainnya dalam fase scaling up. Hasil perencanaan sistem tenaga listrik di lima jaringan tersebut untuk 10 tahun ke depan akan diusulkan dalam rencana bisnis pengadaan listrik PLN atau Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL).

“REEP akan menyebarluaskan hasil proyek percontohan melalui pelatihan ke PLN dan sektor swasta. Dengan cara ini REEP berharap investasi energi terbarukan di Indonesia dapat meningkat sepuluh kali lipat,” tandas Rudolf.(RI)