SOROWAKO – PT Vale Indonesia Tbk (INCO) akhirnya telah merampungkan proses penyusunan Final Investment Decision (FID) untuk proyek tambang dan smelter nikel di blok Bahadopi, Sulawesi Tengah. Keputusan tersebut disetujui pada bulan lalu.

Febriany Eddy, Direktur Utama Vale Indonesia, mengungkapkan para pemegang saham sudah menyetujui FID proyek Bahadopi pada 29 Juli lalu dan langsung meminta menajemen untuk langsung bergerak mengerjakan proyek.

“Bahadopi FID di bahadopi akhirnya jalan sudah disetujui oleh jajaran komisaris. Sekarang langsung pra konstruksi. Tender-tender juga sudah dibuka ditargetkan selesai 2025,” kata Febriany di komplek tambang Sorowako, Kamis (4/8).

Dia menuturkan blok Bahadopi ditargetkan akan memproduksi 73 ribu ton nikel per tahun. Untuk mengembangkan blok Bahadopi yakni tambang berikut dengan pabrik smelternya dibutuhkan dana investasi sekitar US$2 miliar. “Nilai total semua tambang dan pabrik dikisaran diatas US$2 miliar. Tambang cash internal kita, pabrik kita patungan dengan partner, kita 49% partner 51%,” ujar Febriany.

Menurutnya pendanaan untuk membangun pabrik smelter di Bahdopi nantinya diharapkan melalui skema project financing. “kemudian rencana kita project financing target kita 60-70% debt. Sedang negosiasi banknya. Kalau bisa project financing,” ungkap Febriany.

Untuk menggarap smelter di Bahadopi, Vale menggandeng dua mitra strategis asal Tiongkok, Taiyuan Iron & Steel (Group) Co Ltd (Taigang) dan Shandong Xinhai Technology Co Ltd. Nantinya bahan bakar untuk smelter dipastikan akan rendah emisi sehingga bukan berasal dari batu bara. Menurut Febriany nantinya konsep tambang di Sorowako akan dibawa juga dalam pengembangan blok Bahadopi. Gas nantinya dicanangkan jadi energi utama untuk memenuhi kebutuhan pabrik smelter.

“Jati diri nggak boleh berubah karena partnership proses pemilihan lama sekali karana due diligence lama. Nego kenapa lama? Di ESG. Komersial nggak lama. Komitmen apa saja ESG-nya itu makan waktu lama. Nanti yang di Sorowako akan kita bawa juga untuk di Bahadopi dan Pomalaa bahkan lebih baik lagi,” ungkap Febriany. (RI)