JAKARTA – Proyek Indonesia Deepwater Development (IDD) atau migas laut dalam akhirnya menemui titik terang. Pemerintah memberikan isyarat sudah ada pengganti PT Chevron Pacific Indonesia (CPI), anak usaha Chevron di proyek tersebut.

Arifin Tasrif, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengungkapkan sudah ada kepastian siapa yang melanjutkan proyek IDD dan dipastikan tahun ini sudah ada kesepakatan.

“Sudah fixed, final, nggak usah di-mention,” kata Arifin, ditemui usai menghadiri pembukaan IPA Convention and Exhibition 2022, di Jakarta, Rabu (21/9).

Namun, Arifin belum mau menyebut perusahaan yang dimaksud. Menurut dia, pemerintah akan segera memberikan pengumuman resmi mengenai pengambialihan PI tersebut. Saat ditanya tentang perusahaan yang gantikan Chevron di IDD adalah ENI, Arifin hanya tersenyum.

Dia malah memuji posisi ENI memang cukup strategis dalam pengembangan IDD karena sudah memiliki keunggulan tersendiri untuk melanjutkan proyek tersebut. Informasi yang diterima Dunia Energi menyebutkan ENI sudah mencapai kesepakatan ambil alih PI Chevron di IDD dan menjadi operator di sana.

“Fasilitas nya juga sudah bisa dipakai supaya invetasinya bisa lebih efisien. Jadi sudah ada (pengganti Chevron), tapi tinggal tunggu pengumuman resmi,” ungkap Arifin.

IDD merupakan salah satu proyek hulu migas besar yang hingga kini belum berjalan padahal proyek ini termasuk dalam Proyek Strategis Nasional (PSN).

ENI bukanlah nama baru yang digadang-gadang menggantikan Chevron di IDD tahap II yang melibatkan Blok Gendalo dan Gehem. Sejak tahun lalu, Chevron diketahui melakukan pembahasan pengalihan Participating Interest (PI) atau hak partisipasinya di proyek IDD kepada ENI.

Chevron (sebagai operator) memegang 63% hak partisipasi di Proyek IDD (secara agregat), bersama mitra joint venture lainnya, yaitu ENI, Tip Top, Pertamina Hulu Energi, dan para mitra Muara Bakau. Pengembangan Gendalo-Gehem termasuk pengembangan dua hub terpisah masing-masing memiliki FPU, pusat pengeboran bawah laut, jaringan pipa gas alam dan kondensat, serta fasilitas penerimaan di darat. Rencananya gas alam hasil produksi dari proyek IDD akan dijual untuk kebutuhan dalam negeri dan diekspor dalam bentuk gas alam cair.

Proyek IDD tahap II ini akan menggabungkan dua lapangan migas, yakni Lapangan Gendalo, Blok Ganal dan Gehem, Blok Rapak. Pengembangan tahap II ini mendesak untuk segera dilanjutkan, apalagi kontrak Blok Rapak dan Ganal juga akan berakhir pada  2027 dan 2028. (RI)