Seorang karyawan Adaro menunjukkan kualitas air bersih yang dihasilkan fasilitas WTP perusahaan tambang batubara itu.

Seorang karyawan Adaro menunjukkan kualitas air bersih yang dihasilkan fasilitas WTP perusahaan tambang batubara itu.

BALANGAN – Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mencatat, saat ini sekitar 780 juta orang di dunia tidak memiliki akses terhadap air bersih, dan hampir 2,5 miliar orang tidak memiliki akses terhadap sanitasi yang memadai. Jika krisis air terus berlanjut, diperkirakan pada 2050 dua pertiga penduduk bumi bakal kekurangan air bersih.

Data ini diungkapkan Menteri Lingkungan Hidup (LH) Balthasar Kambuaya dalam kunjungannya ke Kalimantan Selatan, Senin – Selasa, 1 – 2 Juli 2013. Kunjungan itu merupakan bagian dari upaya Kementerian LH, untuk menurunkan beban pencemaran lingkungan air dan udara, serta meningkatkan kualitas lingkungan.

Berbagai kegiatan dan program dilakukan Menteri LH selama kunjungannya di sentra pertambangan batubara Indonesia itu. Diantaranya, memastikan pelaksanaan praktek pertambangan yang memenuhi persyaratan lingkungan dan bermanfaat bagi masyarakat sekitar.

Menteri LH juga berkesempatan meresmikan Water Treatment Plant (WTP) T-300, yang merupakan fasilitas pengolahan air bersih sesuai standar baku mutu air bersih, milik salah satu produsen batubara terbesar di Tanah Air, PT Adaro Indonesia. Fasilitas WTP itu berada lokasi tambang Adaro, di Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan.

Menteri LH mengakui, hadirnya WTP ini merupakan salah satu komitmen Adaro, dalam melakukan kegiatan 3R (reduce, reuse, recyle). Dengan adanya fasilitas ini, maka akses air bersih sudah bisa dinikmati oleh hampir seluruh penduduk di 9 desa, di lingkar tambang Adaro.

Sebelum WTP Adaro ini hadir, air bersih hanya bisa dinikmati oleh 652 Kepala Keluarga (KK) dari total 2036 KK yang ada, atau hanya sekitar 32,02%. Setelah WTP Adaro hadir, saat ini masyarakat yang sudah menikmati air bersih hampir mencapai 99%.

Upaya penyediaan air bersih ini, dilakukan Adaro sejak 10 tahun yang lalu, melalui beberapa akses. Yaitu distribusi melalui truk-truk air, penyediaan akses berupa sumur gali, sumur bor, kolam, serta pipa sambungan rumah tangga yang bekerja sama dengan PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) setempat.

Pendistribusian air hasil produksi WTP melalui truk, telah dilakukan Adaro sejak 2008. Dua tahun setelahya, yakni pada 2010, pendistribusian air melalui pipa mulai dilakukan ke desa Dahai dan Padang Panjang. Upaya itu terus berlanjut hingga saat ini sudah 9 desa yang teraliri air bersih.

Fasilitas Water Treatment Plant (WTP) T-300 di tambang PT Adaro Indonesia.

Fasilitas Water Treatment Plant (WTP) T-300 di tambang PT Adaro Indonesia.

Penduduk Dunia Krisis Air

Dalam pidatonya saat peresmian WTP Adaro, Menteri LH mengungkapkan data PBB bahwa sedikitnya 780 juta orang di dunia, saat ini masih tidak memiliki akses terhadap air bersih. Bahkan hampir 2,5 miliar orang di dunia, tidak memiliki akses terhadap sanitasi yang memadai.

“Jika krisis air terus berlanjut, diperkirakan pada 2050 dua pertiga penduduk dunia bakal kekurangan air,” ungkapnya. Data dari Indonesia Urban Water, Sanitation dan Hygiene (IUWASH) tahun 2009 juga menunjukkan, baru 49,82% masyarakat di Indonesia yang memiliki akses ke air bersih.

Sedangkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010, ujar Balthasar, menunjukkan bahwa pemenuhan kebutuhan air minum penduduk Indonesia, baru mencapai 55,04 %. Artinya, ada sekitar 80 juta masyarakat Indonesia yang belum terpenuhi kebutuhan air minumnya.

Data Sekretariat Kabinet RI tahun 2011 juga menunjukkan, pelayanan air minum di Kalimantan Selatan baru mencapai angka 51,79%. Angka ini masih di bawah capaian rata-rata nasional, yaitu sebesar 53,26%. Berangkat dari itu, Menteri LH mengaku sangat bersyukur, karena capaian penyediaan air bersih di wilayah lingkar tambang Adaro, telah melebihi standar MDG’s, yaitu 68,87%.

“Semoga hal ini dapat memacu, mendorong, dan membangkitkan kesadaran industri lainnya, untuk melakukan hal yang sama, mengolah air limbah menjadi sumber air bersih yang dapat dimanfatkan untuk kehidupan yang lebih baik di masa mendatang,” tandas Balthasar.

(Abraham Lagaligo / abrahamlagaligo@gmail.com)