JAKARTA– Transasia Minerals Ltd, perusahaan pertambangan internasional yang berkantor pusat di Jakarta, pada Rabu (19/1/2022) mengumumkan rencananya untuk melanjutkan pembangunan fasilitas pengolahan nikel di Morowali, Sulawesi Tengah. Investasi proyek kerja sama dengan PT Artha Bumi Mining Group tersebut diperkirakan mencapai US$2 miliar atau sekitar Rp28 triliun.

Seperti dikutip Laotiantimes.com, fasilitas pengolahan nikel di Morowali ditargetkan selesai pembangunannya pada 2024, menyusul putusan Mahkamah Agung RI No 122/PK/TUN/2021 pada 10 November 2021 untuk mengembalikan Izin Usaha Pertambangan (IUP) bijih nikel Artha Bumi Mining Group.

Transasia akan fokus memproduksikan produksi feronikel dan nikel sulfat tingkat baterai EV, bahan baku yang digunakan untuk memproduksi baterai EV. Dengan Indonesia yang bergerak untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan ingin menarik investasi asing langsung (FDI), cadangan nikel negara yang melimpah menyediakan platform untuk meningkatkan rantai nilai dan menjadi pusat pembuatan baterai end-to-end.

Penelitian dari Fitch Solutions menunjukkan peluang pertumbuhan yang luar biasa untuk produksi nikel secara global, dengan perkiraan tingkat pertumbuhan 4% tahun-ke-tahun dari 2021 hingga 2030. Indonesia diperkirakan memimpin pertumbuhan ini, dengan produksi 1,13 juta ton nikel pada tahun 2025 , dan tumbuh menjadi 1,29 juta ton pada tahun 2030, dengan lokasi produksi utama di Sulawesi dan Maluku.

Unsur logam alami, nikel sulfat sebagian besar digunakan untuk memproduksi barang-barang seperti baja tahan karat atau baterai EV. Permintaan nikel telah melonjak dalam beberapa tahun terakhir, berkat meningkatnya kebutuhan baterai kendaraan listrik.

Maman Khairussalam, juru bicara Artha Bumi Mining Group, mengatakan tentang pengumuman tersebut, Pihaknya senang untuk melanjutkan pembangunan fasilitas berdasarkan bahan baku dari deposit bijih nikel kami yang dipulihkan dan berharap mendapat dukungan dari TransAsia Minerals.

“Manfaat fasilitas pengolahan nikel tidak hanya akan meningkatkan kesempatan kerja di Morowali, tetapi juga semakin memantapkan Indonesia sebagai pusat ekspor nikel sulfat, yang pada akhirnya memberikan dorongan bagi perekonomian Indonesia,” ujarnya.

Pavel Erokhin, CFO Transasia Minerals Ltd, mengatakan pihaknya sangat senang dapat bekerja sama dengan Artha Bumi Mining Group dan berkontribusi pada perekonomian Indonesia dan masyarakat lokal. MOU proyek ini pertama kali dilaksanakan pada tahun 2016 di Sochi, Rusia, dalam pertemuan Presiden Indonesia Joko Widodo dan Presiden Rusia Vladimir Putin di sela-sela KTT ASEAN-RUSSIA.

“Kami senang dapat memajukan proyek ini. Investasi dalam proyek ini merupakan bukti komitmen kami untuk menempatkan industri nikel ke dalam platform global dan menjadikan bangsa Indonesia sebagai pusat ekspor nikel sulfat,” ujar Erokhin. (RA)