JAKARTA – Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Jatigede di Jawa Barat diproyeksikan bisa beroperasi pada akhir 2019. Hingga 25 September 2018 pembangunan PLTA Jatigede sudah mencapai 44,89%.

“Kapasitas pembangkit 2×55 megawatt (MW). Listrik dari pembangkit akan dialirkan ke Kabupaten Sumedang, Bandung,” kata Ainanto Nindyo, Manajer PT PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan Jawa Bagian Tengah (UIP JBT I) di Bandung, baru-baru ini.

Menurut Ainanto, indikator kemajuan pembangunan proyek terdiri dari tiga bagian, yakni keteknikan (engineering), pembelian bahan (procurement) dan konstruksi (construction). Engineering memiliki bobot 3,87%, procurement 31,93%, dan construction 64,20%.

Tercatat per 25 September 2018, engineering baru mencapai 2,56%, proses procurement 11,37%, konsutruksi 30,59%. Dengan demikian, proses pembangunan saat ini masih 44,89%.

“Salah satu yang belum selesai adalah perizinan. Penyebabnya adalah perubahan desain sumber tenaga pembangkit. Awalnya, pembangkit ini akan mengandalkan bendungan sebagai sumber tenaganya. Namun, kini diubah dengan menggunakan waduk,” ungkap Ainanto.

Sumber tenaga PLTA Jatigede akan berasal dari waduk Jatigede yang berada di Kecamatan Tomo dan Kecamatan Jatigede. Tujuan perubahan adalah mengantisipasi jumlah debit air yang diperkirakan lebih besar dari yang direncanakan karena ada banjir tahunan yang terjadi di Kabupaten Sumedang.

Ainanto mengatakan, perubahan ini nantinya akan berpengaruh pada nilai investasi. Namun, jumlah investasi akibat perubahan desain itu masih dihitung. Adapun dengan skema awal, perkiraan investasinya sekitar US$82 juta. Dana proyek PLTA Jatigede berasal dari APLN dan Export Credit Agency (ECA) Sumitomo Mitsui Banking Corporation. Proyek ini dikerjakan oleh kontraktor Synohydro-PP Consortium.

“Nantinya Proyek PLTA ini akan masuk ke sistem kelistrikan Jawa Bali. PLTA Jatigede akan jadi PLTA terbesar ketiga di Jawa Barat, setelah PLTA Jatiluhur, dan PLTA Saguling,” kata Ainanto.(RA)