JAKARTA – PT Pertamina (Persero) memutuskan untuk lebih agresif dalam melakukan pencarian cadangan minyak yang siap diproduksikan di liar negeri. Hal itu dilakukan lantaran adanya gap besar antara kebutuhan dan kemampuan produksi minyak.

Nicke Widyawati, Direktur Utama Pertamina, menjelaskan upaya untuk memenuhi kebutuhan minyak dari Indonesia memang terus dilalukan, tapi melihat kondisi yang ada sekarang kemungkinan besar peningkatan produksi minyak tidak akan terjadi dalam waktu dekat. Butuh paling tidak sekitar lima tahun lagi baru dirasakan peningkatan produksi, itu pun jika ada temuan giant discovery di dua tahun ini.

Untuk itu Pertamina bakal mencari cadangan minyak yang siap diproduksikan di luar negeri sehingga tidak perlu menunggu waktu lama untuk bisa memenuhi kebutuhan minyak di dalam negeri.

“Kita juga melakukan peningkatan poduksi di blok luar negeri juga melakukan pembelian blok baru karena kami baru aja finalize RJPP di mana fokus utama Pertamina jaga ketahanan energi nasional pencarian tambahan produksi kita lakukan di domestik dan luar,” kata Nicke di gedung parlemen saat rapat dengan Komisi VII DPR RI, Selasa (28/5).

Agresifitas Pertamina dalam memburu cadangan migas di luar negeri juga terlihat dari persentase investasi yang sebagian besar dialokasikam untuk bisnis hulu. “Untuk itu dalam RKAP RJPP, lebih 60% Capex dialkasikan untk upstream. Kami betul-betul melakukan ekstra effort untuk menaga ketahahn energi nasional dari upstream, alokasi investasi hulu 64% dalam RJPP 5-10 tahun ke depan” ungkap Nicke.

Sementara untuk bisa mempertahankan produksi saat ini sambil menunggu tambahan dari temuan-temuan baru yang sedang dicari, Pertamina bakal bor lebih dari 600 sumur.

“Kita lakukan tambahan reserves setiap tahun dengan pengeboran sumur 680 sumur baru tadi, sehingga kita bisa pertahankan tambahan reserves yang lebih besar dari minyak yang ditarik ke luar,” jelas Nicke. (RI)