Tanggul lumpur Lapindo.

JAKARTA – Perubahan iklim secara global diprediksi masih akan terus mempengaruhi cuaca di Indonesia, ditandai tingginya tingginya curah hujan yang nyaris tak terukur. Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGi) mengimbau pemerintah mewaspadai kemungkinan ambrolnya sejumlah waduk dan bendungan, termasuk tanggul lumpur Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur.

Ketua IAGI, Rovicky Dwi Putrohari mengungkapkan, tim ahli dari IAGI telah melakukan evaluasi singkat, terhadap kasus banjir di Jakarta dan sekitarnya yang terjadi bulan lalu. Hasilnya menyebutkan, jebolnya tanggul sungai, merupakan salah satu penyebab banjir besar yang menenggelamkan Ibukota itu.

“Hal ini memperlihatkan kurangnya pengawasan dan perawatan terhadap bangunan-bangunan air. Ini mengingatkan kami pada kasus jebolnya waduk atau bendungan Situ Gintung di Cirendeu, Ciputat, Tangerang – Banten beberapa tahun lalu,” ujarnya.

Menurut Rovicky, tim ahli dari IAGI juga telah melihat adanya ancaman pada Waduk Penjalin, Jawa Tengah, yang merupakan bendungan lama yang dibangun zaman penjajahan Belanda, tahun 1930-an. Letaknya di atas patahan yang sangat rawan kebocoran, yang bisa memicu keruntuhan dinding waduk.

Rovicky mengatakan, tim ahli IAGI menyarankan agar waduk itu terus dikontrol dan diawasi. Pengawasan juga harus dilakukan pada bendungan-bendungan, yang memiliki konstruksi lama serta konstruksi sederhana. “Termasuk juga tanggul lumpur di Sidoarjo,” ujarnya.

Ia pun berjanji, IAGI akan turut mensosialisasikan kondisi rawan ini, dan terus mengikuti kegiatan ekstraksi sumberdaya alam, mitigasi kebencanaan, serta konservasi lingkungan. “IAGI memiliki anggota lebih dari 4000 ahli geologi yang tersebar di Indonesia. Sudah seharusnya berkiprah seperti ini,” paparnya di Jakarta, Kamis, 21 Februari 2013.

Semburan lumpur panas Lapindo sendiri bermula dari adanya pemboran eksplorasi minyak dan gas bumi (migas) oleh PT Minarak Lapindo Brantas, yang ditengarai kurang memperhatikan aspek teknis. Penanganan semburan lumpur di awal kejadian juga dinilai kurang optimal, sehingga terlanjur meluas.

Sejak 2006, belasan desa padat penduduk dan areal pertanian di Kecamatan Porong, Sidoarjo telah terendam lumpur yang hingga kini terus menyembur. Untuk menahan luberan makin meluas, pemerintah dan Lapindo membangun tanggul yang kini tingginya sudah mencapai puluhan meter.

Kerawanan semakin tinggi dan kondisinya cukup mengkhawatirkan, karena tanggul lumpur itu berada persis di samping jalur rel kereta api Surabaya – Malang menuju daerah-daerah lain di selatan Jawa Timur. Sampai saat ini pun ganti rugi terhadap warga yang menjadi korban belum tuntas.

(Iksan Tejo / duniaenergi@yahoo.co.id)