JAKARTA – Conoco Phillips ditunjuk sebagai operator Blok Corridor pasca kontraknya habis pada 2023 mendatang. Perusahaan asal Amerika Serikat itu akan didampingi dua kontraktor lain yang akan ikut berpsrtisipasi, yakni PT Pertamina (Persero) dan Repsol. Ketiganya adalah kontraktor eksisting yang saat ini bermitra di Blok Corridor.

Berdasarkan informasi yang diperoleh  sumber Dunia Energi di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), penetapan tersebut diputuskan pada Kamis (18/7).

Conoco Phillips sebagai operator mendapatkan porsi saham terbesar, yakni 46%, diikuti Pertamina yang mendapatkan 30% dan Repsol mendapatkan saham sebesar 24%. Nantinya ketiga perusahaan juga akan memberikan porsi masing-masing kepada pemerintah daerah sehingga maksimal 10% bagi daerah.

Dwi Soetjipto, Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), belum menjawab saat dikonfirmasi. Namun informasi penetapan Conoco Phillips sebagai operator di Corridor sudah diketahui Komisi VI DPR RI.

Rieke Diah Pitaloka, Anggota Komisi VI dari PDIP mempertanyakan keputusan pemerintah yang hanya memberikan porsi saham kecil kepada Pertamina.

“Bagaimana persoalan Pertamina ini, hanya diberikan 30% oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) di Blok Corridor. Itu kan cadangan gasnya besar,” kata Rieke, Kamis (18/7).

Blok Corridor menjadi rebutan  kontraktor eksisting lantaran diyakini masih menyimpan cadangan besar. Hingga semester I saja realisasi lifting Corridor jadi bagian tiga blok kontributor utama lifting gas nasional dengan realisasi mancapai 827 juta kaki kubik per hari (MMSCFD).

Dharmawan H Samsu, Direktur Utama Pertamina saat dikonfirmasi menyatakan pemerintah yang akan mengumumkan keputusan terhadap Blok Corridor. “Wah tidak tahu saya, itu nanti pemerintah yang akan mengumumkan,” kata Dharmawan.(RI)