BALI – Kesadaran akan pentingnya transisi energi terus meningkat. Salah satu sektor yang ikut ambil bagian dalam tahapan ini di tanah air adalah sektor pariwisata. Bahkan tidak sedikit para pelaku usaha menjadikan program transisi energi sebagai salah satu program kerja utama yang dengan sendirinya mendatangkan keuntungan.

Bentuk transisi energi para pelaku usaha di sektor pariwisata adalah diversifikasi penggunaan bahan bakar. CNG serta LNG kini sudah akrab bagi para pelaku usaha di Bali sebagai pusat pariwisata nasional dan dunia.

Alex Jovanovich, General Manager Trans Resort Bali mengaku bangga sebagai salah satu inisiator dalam pemanfaatan CNG di Bali. Trans Resort Bali menjadi hotel pertama di Bali yang menggunakan CNG yang telah tersertifikasi dan menjadi kiblat pemanfaatan CNG oleh hotel-hotel lainnya.

Trans Resort Bali memakai CNG yang disalurkan menggunakan cradle berkapasitas 60 M³ dan infrastruktur penunjang yaitu PRS (Pressure Reducting System).

Menurutnya, penggunaan energi dalam industri perhotelan sangat penting untuk meningkatkan komitmen pengelolaan operasi perusahaan yang lebih sustainable selaras dengan semangat dan visi Trans Resort menjadi hotel yang menjalankan prinsip ESG. Di Trans Resort Bali, biaya untuk energi memiliki porsi 8% dari total biaya operasional.

“Kami membuat meterik untuk penggunaan clean energy. Tentunya agar lebih reliable, bersih, dan tidak terlalu membutuhkan banyak penyesuaian dengan peralatan dapur yang sudah ada. Dengan pemakaian CNG, maintenance dapur menjadi lebih minim,” ungkap Alex saat berdiskusi bersama awak media di Bali, Jumat (4/11).

Dia menceritakan sebelumnya Trans Resort Bali melakukan maintenance dapur setiap satu bulan sekali. Namun dengan CNG, selama 6 bulan ini, dapur tidak memerlukan maintenance karena nyala api tetap stabil dan bersih. Alex juga mengutamakan penggunaan energi yang aman. “Sehingga CNG menjadi pilihan yang tepat,” ujarnya.

Selain CNG, gas bumi non pipa Subholding Gas juga disalurkan berupa LNG. Conrad Hotel menjadi hotel pertama di Bali yang memakai LNG untuk kebutuhan dapur, boiler, dan obor. Kebutuhan LNG di Conrad Hotel cukup besar, sehingga disalurkan menggunakan LNG Isotank berkapasitas 9.000 M³.

Kevin Girard, General Manager Conrad Hotel, menuturkan pemanfaatan energi ramah lingkungan akan menjadi komitmen Conrad untuk melaksanakan operasi bisnis perusahaan yang berkelanjutan. Hal ini juga menjadi daya saing produk yang bisa kami tawarkan kepada palanggan sesuai dengan komitmen ESG. Tentunya dengan komitmen pencapaian NZE dan carbon cutting dapat menjadi nilai tambah tersendiri bagi pelanggan dan seluruh stakeholder. “Pencapaian pengurangan emisi karbon sebanyak 40% saat ini merupakan angka yang cukup baik,” ujar Kevin.

Hotel selanjutnya yang menggunakan LNG adalah SOL by Melia untuk kebutuhan dapur. LNG disalurkan menggunakan infrastruktur microbulk berkapatias 3000 M³.

Agus Mauro, pemilik SOL by Melia, menjelaskan penggunaan LNG memberi pengaruh dalam pelayanan terhadap pelanggan. Sebagai hotel allinclusive layanan ini (penggunaan LNG) semakin menarik konsumen dan meningkatkan okupansi hotel. SOL kata dia mempunyai concern pada kampanye penggunaan energi bersih. Maintenance pun lebih minim, karena energi (LNG) ini lebih bersih. “Untuk tamu kami yang European Market, hal tersebut sangat berpengaruh,” ujar Agus.

Dia menuturkan kampanye yang dia lakukan terhadap penggunaan LNG sejauh ini sudah cukup menarik minat rekan sesama pengusaha hotel. Dalam waktu dekat Bali Tropic Resort and Spa bakal memanfaatkan bersama fasilitas mini regasifikasi LNG milik SOL. “Saya ajak rekan-rekan lainnya untuk ikut gunakan LNG, saya tawarkan akhirnya sebelah (Bali Tropic Resort and Spa) mau juga,” ujarnya.

PT Pertamina Gas Negara Tbk (PGAS), Subholding Gas Pertamina bakal menggenjot memperluas pemanfaatan gas bumi non pipa yakni CNG dan LNG di Pulau Bali. Saat ini, pengguna gas bumi di Bali rata-rata bergerak di sektor komersial seperti hotel, restoran, kafe.

Aminuddin, Direktur Utama Pertagas Niaga, menjelaskan penggunaan CNG maupun LNG memiliki keunggulan mendorong daya saing brand produk maupun jasa. Ketersediaan pasokan selama 24/7 juga akan menjadi nilai lebih, sehingga pelanggan tidak akan mengalami kendala kehabisan bahan bakar.

“Tidak hanya sisi penurunan cost produksi pada biaya yang dibayarkan, konsumen selama memakai gas bumi akan mendapatkan manfaat lain seperti sustainability operasi dan layanan. Harga gas bumi dalam hal ini CNG, selain lebih kompetitif dibandingkan energi fosil lainnya, juga lebih stabil. Untuk perhitungan perencanaan biaya energi juga lebih akuntable, karena pemakaian gas bumi dapat diperhitungkan secara riil dan dapat digunakan sebagai basis data pengelolaan biaya operasi.” jelas Aminuddin.

Menurutnya dengan harga yang lebih kompetitif, juga dapat berdampak positif ekonomi bagi pelanggan. Bali sebagai destinasi wisata diharapkan semakin meningkatkan daya saing ekonomi dan pemanfaatan CNG dapat menjadi salah satu penopang energi bersih di Bali.

Pertagas Niaga bekerja sama dengan Patra Logistik untuk suplai CNG ke The Trans Resort Bali. Sementara untuk suplai gas bumi dalam bentuk LNG ke Conrad Hotel dan SOL by Melia dilakukan kerja sama dengan Laras Energy.

“Perluasan CNG dan LNG yang massif ini juga bagian dari upaya Subholding Gas Pertamina untuk berkontribusi mengurangi impor energi dan menghemat subsidi LPG agar lebih tepat sasaran. Bersumber dari dalam negeri, pemanfaatan CNG dan LNG juga akan menopang kemandirian energi di Indonesia. Dukungan dari pemerintah juga sangat penting, agar pemanfaatan LNG oleh pelanggan di berbagai segmen didapatkan dengan harga yang kompetitif,” ujar Aminuddin.

Penetrasi pasar gas bumi di Bali juga diperkuat oleh PT Gagas Energi Indonesia sebagai afiliasi Subholding Gas Pertamina yang bergerak di bidang penyediaan gas bumi non pipa. Salah satu pelanggan PT Gagas yaitu PT Puri Saron yang bergerak di bidang perhotelan.

Muhammad Hardiansyah, Direktur Utama Gagas, mengungkapkan penyaluran CNG di Pulau Bali untuk beberapa pelanggan yang bergerak di bidang perhotelan, diperkiraan mencapai 3.000 M³ per bulan. Sedangkan proyeksi penyaluran gas bumi di Pulau Bali bisa mencapai 250.000 M³ per bulan di akhir 2022.

“Subholding Gas grup dan afiliasinya bersinergi untuk mengakselerasi pemanfaatan gas bumi dalam bentuk CNG maupun LNG melalui berbagai macam moda transportasi gas. Pengembangan infrastruktur tentunya terus dilakukan, karena kami ingin segera mengembangkan market di Bali yang sangat potensial,” ujar Hardiansyah.