JAKARTA – PT Bumi Suksesindo, anak usaha PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), memproyeksikan penurunan produksi emas pada tahun ini jika dibanding 2019. Penurunan produksi disebabkan faktor alami cadangan kandungan emas yang berada di area tambang terbuka Bukit Tujuh, Banyuwangi, Jawa Timur.

Boyke Abidin, Direktur Bumi Suksesindo, mengatakan kandungan emas yang ada di dalam bijih (ore) semakin berkurang setelah melalui tahapan produksi puncak beberapa tahun terakhir. Dalam rencana perusahaan produksi emas pada tahun ini dipatok 183 ribu ounces, turun dibanding realisasi 2019 sebesar 200 ribu ounces.

“Tidak ada masalah teknis, Tahun ini turun produksi, ore-nya kurang bagus gradenya. Soalnya makin dalam, itu alam, kondisi di dalam tanah,” kata Boyke di area tambang Tujuh Bukit, Banyuwangi, Jumat (31/1).

Meskipun produksi emas dipatok menurun, manajemen Bumi Suksesindo tetap optimistis tidak akan berpengaruh besar terhadap target penjualan emas. Apalagi harga emas tahun ini akan lebih tinggi dibanding harga emas yang dipatok perusahaan maupun rata-rata realisasi tahun lalu.

Boyke mengungkapkan tahun lalu saja realisasi rata-rata harga emas sudah diatas prediksi perusahaan. “Kalau harga tinggi dijual lagi tinggi. Tahun ini US$1.500 per ton. Tahun lalu prediksi US$1.250, tapi realisasinya US$1.400 per ton,” ujar Boyke.

Harga emas dunia dipengaruhi berbagai faktor eksternal di luar faktor teknis, karena itu pergerakannya tidak bisa diprediksi dengan tepat. “Kami enggak tahu harga berapa, emas itu komoditas, banyak faktor eksternal. Tahun lalu naik gara-gara Iran Amerika,” katanya.

Bumi Suksesindo merupakan salah satu andalan Merdeka dalam memproduksi emas. Tahun lalu perusahaan yang Izin Usaha Pertambangan (IUP)-nya habis pada 2030 mampu memproduksi emas mencapai 200 ribu ounces jauh melebihi realisasi produksi 2018 yakni sebesar 167,5 ribu ounces.(RI)