JAKARTA – Pemerintah telah mencanangkan target produksi minyak satu juta barel per hari (bph) dan produksi gas mencapai 12 ribu juta kaki kubik per hari (MMscfd) pada  2030. Untuk mencapai target tersebut pemerintah dinilai harus fokus untuk menarik investasi dari luar dibanding mengandalkan PT Pertamina (Persero).

Ari Soemarno, praktisi migas sekaligus mantan Direktur Utama Pertamina 2006-2009 menegaskan, pemerintah jangan menaruh harapan terlalu besar ke Pertamina untuk bisa mencapai target produksi satu juta bph. Pasalnya Pertamina memiliki banyak pekerjaan lain, termasuk penugasan dari pemerintah yang harus dieksekusi.

“Dengan sumber daya dalam negeri tidak mungkin berharap ke Pertamina. Ada kewajiban di sektor hlir dan hulu,” kata Ari dalam sesi diskusi di CNBC Indonesia TV, Senin (21/12).

Karena waktu yang tidak banyak maka langkah yang harus dilakukan pemerintah adalah dengan menjaga atau mengembalikan iklim investasi hulu semenarik mungkin.

Menurut Ari, pelaku usaha eksisting harus dikelola dan diyakinkan agar tidak hengkang dari tanah air. Selain itu Indonesia harus benar-benar terbuka terhadap investasi dan modal asing. Karena jika tidak dan hanya mengandalkan Pertamina maka target produksi migas tidak akan pernah bisa tercapai.

“Jangka pendek perlu mempertahankan pelaku usaha yang ada memberikan keyakinan dan insentif tidak mengurangi minat mereka berinvestasi. Kita harus terbuka masuknya secara langsung modal asing,” kata Ari.

Indonesia mengalami kehilangan besar ketika Exxonmobil hengkang dari proyek blok Natuna. Kemudian sebentar lagi Chevron juga akan hengkang dari blok Rokan dan proyek IDD. Lalu ada Shell yang sudah menyatakan akan menjual participating interest (PI) atau hak partisipasinya di proyek Abadi Masela. Hengkangnya para pemain besar migas dunia ini sangat berdampak bagi industri hulu migas tanah air. Karena tentu saja industri migas kehilangan para pemodal besar.

Menurut Ari, investor krusial yang harus benar-benar dijaga keberadaanya sekarang adalah Exxonmobil sebagai operator blok Cepu yang merupakan kontributor terbesar produksi minyak saat ini.

Adanya perubahan strategi Exxon dalam berinvestasi dipastikan juga berdampak pada operasinya di Indonesia. Termasuk adanya isu penjualan aset di tanah air meskipun sudah dibantah pihak Exxon di Indonesia.

“Ada isu mau jual aset di Indonesia meski dikonfirmasi tidak, kebenarannya sejuh mana sedangkan yang sudah hengkang Chevron. Mereka siap keluar dari Indonesia kita harus pertahankan khususnya Exxon. Shell di Abadi Masela sudah siap-siap. Abadi Masela hadapi tantangan luar biasa tanpa Shell,” kata Ari.(RI)