Poer Subagya (kanan) mewakili Jammingpro Indonesia selaku tim penulis dan visual buku “Suara itu Ada” menyerahkan secara simbolis buku itu kepada Komisaris Utama PT Adaro Energy Tbk, Edwin Suryadjaja dalam peluncuranya di Jakarta, Senin, 25 Maret 2013.

JAKARTA –  PT Adaro Energy Tbk kembali berkontribusi nyata dalam mendorong kemajuan anak bangsa. Produsen terbesar batubara Indonesia ini, membantu mengatasi problem belasan anak tuna rungu, lalu mendokumentasikan kegiatan itu lewat sebuah film dan buku berjudul “Suara Itu Ada”.

Peluncuran buku “Suara Itu Ada”  digelar pada Senin, 25 Maret 2013 di Jakarta. General  Manager Corporate Social Responsibility (CSR) Adaro, Okty Damayanti mengatakan, peluncuran buku ini adalah rangkaian kegiatan bertajuk “Nyalakan Mimpi, Meraih Cita, Persembahan Adaro Untuk Anak Negeri”.

“Nyalakan Mimpi, Meraih Cita, Persembahan Adaro Untuk Anak Negeri” merupakan sebuah program bantuan operasi implant koklea kepada 13 anak tuna rungu. Program ini merupakan hasil kerjasama Adaro, Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu (SIKIB), Ireh Hearing, dan Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD).

“Program ini dimaksudkan untuk menginisiasi berbagai pihak, agar ikut mengapresiasi keberadaan anak-anak tuna rungu di sekitar kita, membantu mereka menyalakan mimpi  guna meraih cita-citanya,” jelas Okty.

Ia menambahkan, rangkaian kegiatan berupa pameran foto, peluncuran buku, dan pemutaran film dokumenter ini, bertujuan menggugah nurasi masyarakat untuk bisa mengapresiasi dan membantu menyalakan mimpi anak-anak bangsa yang memiliki hambatan dalam mendengar.

“Adaro ingin menggugah nurani masyarakat dengan cara yang berbeda, itulah kenapa dipilih media foto dan film dokumenter,” ujarnya lagi.

Sedangkan buku “Suara Itu Ada” berisi rangkaian perjalanan anak-anak tuna rungu sampai bisa mendengar. Cerita tentang kesendirian mereka, semangat mereka, dan mimpi mereka. Sebuah perjalanan yang penuh doa dan air mata, meraih mimpi untuk kehidupan yang lebih baik.

Masih Ada 2 Juta Tuna Rungu

Okty pun menjelaskan, 13 anak dalam buku itu adalah anak-anak berkebutuhan khusus. Mereka penderita tuna rungu berat, dengan ambang batas pendengaran dalam rentang 100 dB keatas. Alat Bantu Dengar (ADB) tidak membantu mereka untuk mengenal suara, hanya bisa merasakan getaran.

Mereka tidak sendiri, masih ada 2 juta tuna rungu di Indonesia yang mempunyai kesulitan yang sama (Kemensos 2010). Anak-anak serta orang tua mereka menghadapi tantangan yang tidak kecil, seringkali dikucilkan oleh teman-teman sepermainan, bahkan mereka tidak mempunyai banyak pilihan untuk kehidupannya kelak.

Salah satu upaya agar mereka bisa mendengar ialah dengan operasi implant coclea yang membutuhkan biaya ratusan juta rupiah, baik untuk alat coclea, tindakan operasi, serta terapi wicara pasca operasi.  Orang tua mereka dari keluarga kurang mampu, yang tidak mungkin menanggung biaya sebesar itu.

Maka dari itu, Adaro bekerjasama dengan SIKIB dan RSPAD memfasilitasi anak-anak berkebutuhan khusus ini dengan membiayai seluruh pengeluaran untuk pra-operasi, operasi implant coclea serta terapi pasca operasi.

“Diharapkan, dengan kegiatan ini dan tentunya atas izin Allah SWT, mereka akan kembali mampu menyalakan mimpi untuk meraih cita, berkomunikasi dengan dunia luar dengan bahasa bunyi dan suara, dan menagtap masa depan dengan ceria,” pungkas Okty.

(Abraham Lagaligo/abrahamlagaligo@gmail.com)