JAKARTA – Potensi proyek hilirisasi batu bara menjadi dimethyl ether (DME) dinilai sangat besar karena Indonesia mempunyai sumber daya batu bara cukup besar. Sedangkan prospek DME juga cukup besar namun tantangannya juga sangat besar.

“Terutama dari aspek investasi yang membutuhkan modal yang sangat besar, serta aspek keekonomian yang juga masih perlu kajian lebih dalam. Apalagi jika diarahkan untuk menggantikan fungsi Liquefied Petroleum Gas (LPG), maka harga produk DME tidak bisa kompetitif jika dibandingkan harga LPG (Elpiji) hari ini,” kata Bisman Bakhtiar, Direktur Eksekutif PUSHEP, kepada Dunia Energi, Minggu(27/10/2025).

Bisman mengakui sumber daya alam batu bara yang dimiliki Indonesia cukup melimpah. Namun, teknologi dan tenaga ahli masih sangat terbatas.

Mengingat bisnis utama Bukit Asam selama ini hulu pertambangan batubara jadi belum punya pengalaman panjang dalam proyek DME. Oleh karena diperlukan mitra bagi BA, baik untuk dukungan investasi, serta dukungan teknologi dan tenaga ahli. “Serta tentunya perlu juga mitra untuk berbagi risiko,” jelas Bisman.

Pemerintah tengah serius dalam mengembangkan proyek gasifikasi batu bara menjadi DME. Pra studi kelayakan atau pra-Feasibility Study (pra-FS) yang dikerjakan Tim Satgas Hilirisasi dan Ketahanan Energi Nasional telah diberikan kepada Danantara untuk segera ditindaklanjuti.

Proyek Industri DME tersebut akan berada di enam lokasi, di antaranya yakni Bulungan, Kutai Timur, Kota Baru, Muara Enim, Pali, Banyuasin. Adapun enam proyek tersebut diperkirakan nilai investasinya mencapai Rp 164 triliun. Proyek ini juga diperkirakan akan menciptakan lapangan kerja hingga 34.800 pekerja.

Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM Tri Winarno mengungkapkan ada investor China tertarik menanamkan modal sebesar US$ 1,2 miliar atau sekitar Rp 19,7 triliun (kurs Rp 16.440) dalam proyek DME pengganti LPG. Tri belum menjelaskan detail perusahaan China apa yang akan menggarap proyek DME tersebut.

Corporate Communication & Government Relations Department Head PT Bukit Asam Tbk(PTBA) Dinna Permana Setyani mengatakan saat ini Perusahaan tengah melakukan kajian terkait proyek gasifikasi batu bara (DME). Kelanjutan proyek menunggu kepastian investasi dan hasil kajian bersama mitra asal China.

“Kami memang masih dalam tahap penjajakan dengan investor yang terakhir, so far sih China ya. Saat ini kami masih menunggu kepastian dari sisi investor dan perhitungan,” kata Dinna di Bandung, Jumat (24/10/2025)

Nantinya, Bukit Asam Coal Based Industrial Estate (BACBIE) di Tanjung Enim, Sumatera Selatan, akan menjadi kawasan industri proyek DME.

Proyek DME sempat mandek setelah investor asal Amerika Serikat (AS), Air Products & Chemical Inc, mundur. Proyek ini direncanakan menggantikan Liquified Petroleum Gas (Elpiji) sebagai bahan bakar rumah tangga.

Bisman menyebut proyek DME akan mendorong PTBA kian berkembang menjadi perusahaan hilirisasi dan siap menyongsong transisi energi. “Bisa jadi ini bagian dari strategi transformasi korporasi yang tidak bisa hanya bergantung pada batu bara. Minusnya, proyek ini modal besar dan risiko besar jadi jika salah perhitungan akan menggelincirkan PTBA sangat parah. Serta keberhasilan DME akan sangat bergantung pada kebijakan dan subsidi Pemerintah, jadi secara keekonomian juga akan berat bagi PTBA. Proyek DME akan ideal jika ada investor besar yang serius masuk menjadi mitra dan didukung kebijakan serta subsidi Pemerintah, baik dalam konteks perencanaan dan awal pengembangan maupun saat nanti terkait dengan harga jual dan subsidi,” ujar Bisman.(RA)