BALIKPAPAN – PT Pertamina (Persero) melalui salah satu anak usaha PT Kilang Pertamina Balikpapan (KPB) selesai melakukan pemasangan alat Disenganger/Stripper yang merupakan salah satu peralatan penting bagian dari unit Residual Fluid Catalytic Cracking (RFCC).

Feri Yani, Direktur Utama PT Kilang Pertamina Balikpapan, mengungkapkan alat ini memiliki berat lebih dari 900 ton, dengan tinggi 36,7 meter dan diameter 11,1 meter. “Disenganger/Stripper ini merupakan bagian dari unit Residual Fluid Catalytic Cracking (RFCC) yang berfungsi untuk menghasilkan produk bernilai tinggi atau BBM dengan kualitas yang lebih baik dan ramah lingkungan,” kata Feri (8/2).

Pengadaan dan pembuatan peralatan ini memerlukan waktu sekitar dua tahun di Korea Selatan sampai tiba di Balikpapan. Disenganger/Stripper telah berhasil dipasang pada Jumat pekan lalu dengan menggunakan crane berkapasitas 2.800 ton yang merupakan Electric Ringer Crane raksasa di dunia.

Pemasangan peralatan ini berkontribusi positif terhadap perkembangan proyek. Hingga akhir Januari 2022 proyek RDMP Balikpapan & Lawe-Lawe telah mencapai progress sekitar 48%.

Menurut Feri pekerjaan pemasangan ini membutuhkan ketelitian dan kecermatan yang matang mengingat peralatan yang dipasang memiliki dimensi yang sangat besar. Perencanaan telah dilakukan oleh tenaga ahli yang kompeten guna mendukung suksesnya pekerjaan yang memiliki risiko tinggi ini. Pada awal tahun 2022, proyek RDMP Balikpapan ini telah melibatkan pekerja sebanyak 13.000 personil.

Aspek keselamatan pekerja dan peralatan merupakan hal paling utama yang menjadi pertimbangan sebelum peralatan ini dipasang seperti memastikan bahwa pekerja dalam kondisi fit dan telah dilakukan inspeksi alat angkat dan pemenuhan peraturan perundang-undangan untuk memastikan kelayakan sebelum digunakan.

Proyek ini diharapkan dapat selesai tepat waktu sehingga pengembangan kilang Balikpapan untuk meningkatkan kapasitas pengolahan dari 260 ribu barel per hari menjadi 360 ribu barel per hari, kualitas produk untuk memenuhi kualitas setara EURO V yang lebih ramah lingkungan bisa terwujud. “Serta meningkatkan kompleksitas kilang, fleksibilitas kilang, dan profitabilitas kilang, dapat terwujud demi kemandirian dan ketahanan energi Indonesia,” ujar Feri.