JAKARTA – PT Freeport Indonesia batal menjalin kerja sama untuk membangun pabrik smelter dengan Tsingshan, asal China. Tidak berlanjutnya kerja sama itu akibat tidak adanya kesepakatan antara kedua belah pihak.

Riza Pratama, Juru Bicara Freeport Indonesia, mengatakan manajemen telah memutuskan untuk tidak melanjutkan kerja sama dengan Tsingshan dan tetap membangun smelter di Gresik.

”Tidak dilanjutkan (kerja sama dengan Tsingshan). Karena tidak tercapai kesepakatan bersama,” kata Riza kepada Dunia Energi, Jumat (16/7).

Riza meyakinkan bahwa pembangunan smelter tetap dilakukan Freeport lantaran itu juga menjadi salah syarat diberikannya perpanjangan kontrak serta divestasi. Sedari awal manajemen sudah berkomitmen untuk membangun smelter hanya saja pandemi Covid-19 membuat proses pembangunan sempat tertunda.

Kini Freeport kata Riza sudah siap kembali melanjutkan pembangunan smelter di Gresik. “Sesuai komitmen PTFI pada saat divestasi, kami melanjutkan pembangunan Smelter setelah tertunda karena pandemi,” tegas Riza.

Freeport Indonesia sendiri baru saja menandatangani perjanjian kerja sama pembangunan smelter dengan PT Chiyoda International Indonesia yang terdiri dari kegiatan Engineering, Procurement, dan Construction (EPC) proyek Smelter Manyar milik Freeport Indonesia. Kontrak kerja sama ini mencakup pengerjaan proyek pembangunan smelter berkapasitas 1,7 juta ton konsentrat per tahun serta fasilitas Precious Metal Refinery (PMR) di kawasan Java Integrated Industrial and Ports Estate (JIIPE), Gresik, Jawa Timur.

Manajemen Freeport sudah kerap kali menyatakan bahwa proyek smelter Freeport adalah proyek rugi. Padahal membangun smelter sudah disepakati Freeport sebagai salah satu syarat mendapatkan perpanjangan kontrak hingga 2041 di tambang Grasberg, Papua.

Pemerintah pun berinisiatif menjadi inisiator agar smelter tetap terbangun melalui skema kemitraan.

Sebelumnya pemerintah dalam hal ini sebagai inisiator kerja sama yakni Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Marves) mengklaim  PTFI dan Tsingshan dikabarkan telah menemukan kesepakatan kerja sama pembangunan smelter. Hal tersebut diungkapkan Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Marves) pada Maret lalu. Tadinya smelter Freeport jika bekerja sama dengam Tsingshan akan dibangun di kawasan industri Weda Bay.

Tony Wenas, Direktur Utama Freeport Indonesia, mengakui adanya pembicaraan dengan Tsingshan untuk mengetahui metode kerja sama hingga jangka waktu pembangunan smelter. Manajemen Freeport juga terbuka untuk bekerja sama dibanding membangun smelter sendiri, meskipun harus memindahkan lokasi pembangunan smelter dari Gresik ke Halmahera.

“Kalau secara ekonomis dan teknis lebih memungkinkan, kami prefer itu (kerja sama dengan Tsingshan). Kami mau explore, tapi apapun yang dilakukan akan minta arahan pemerintah. Kalaupun dari Tsingshan sudah ekonomis dan technically memungkinkan, tentu kami minta arahan pemerintah,” kata  Tony

Sebelumnya Mineral Industry Indonesia (MIND ID), holding perusahaan tambang,  menyatakan keputusan kelanjutan pembangunan smelter tembaga PTFI harus ditetapkan sebelum masuk semester II 2021. Jika tidak, target penyelesaian smelter untuk selesai 2023 tidak ada akan terwujud.(RI)