JAKARTA – Demi mengintegrasikan sektor transportasi maupun sektor industri melalui elektrifikasi, tentu membutuhkan perluasan jaringan listrik yang massif dan mencakup seluruh daerah di Indonesia. Skenario BPS memperlihatkan bahwa hampir 760 TWh listrik didistribusikan di seluruh negeri pada tahun 2050. Pulau Jawa sebagai konsumen energi utama di Indonesia dengan mengkonsumsi 80% dari total energi. Untuk memenuhi kebutuhan energinya, Pulau Jawa akan mengimpor listrik 4,6% pada tahun 2030, 45,5% pada tahun 2040 dan 82,1% pada 2050 dari Pulau Sumatera dan Nusa Tenggara.

“Kami merekomendasikan kepada pemerintah untuk meningkatkan kapasitas jaringan listrik untuk mendukung sistem interkoneksi jaringan listrik antar pulau dan mengoptimalkan sumber daya energi terbarukan yang tersebar di berbagai pulau,” ungkap Fabby Tumiwa, Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reforms (IESR), Kamis (15/7).

Menurut Fabby, interkoneksi Jawa-Sumatera menjadi penting untuk memasok listrik ke Jawa hingga 50% di tahun 2050. Selain itu, interkoneksi antara Jawa Timur dan Bali perlu diperluas ke Nusa Tenggara untuk memenuhi kebutuhan listrik pulau-pulau kecil lainnya.

Hasil model IESR menunjukkan bahwa pada 2050, kapasitas transmisi sebesar 158 Gigawatt (GW) perlu dibangun untuk menghubungkan Indonesia dari barat ke timur.

“Perencanaan pembangunan jaringan transmisi dan interkoneksi antar pulau yang dapat mendukung Indonesia untuk mencapai target nir emisi di tahun 2050 sangat krusial untuk dilakukan secepatnya,” kata Fabby.

Hal tersebut dikarenakan pembangunan proyek jaringan transmisi biasanya membutuhkan waktu lama. Tentu saja butuh komitmen yang tegas dari pemerintah, pengambil kebijakan, regulator, dan dari PT PLN (Persero) sebagai operator utama jalur transmisi dan distribusi.

Dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi VII DPR RI pada Mei 2021, PLN menyatakan tengah menyusun rencana strategis bersama Kementerian ESDM untuk mencapai netral karbon di 2060. Hanya saja, hal tersebut tidak sejalan dengan target Persetujuan Paris untuk net zero missions di tahun 2050.

Fabby mengatakan bahwa rencana PLN masih kurang ambisius untuk mencapai target Persetujuan Paris. Kajian IESR yang tertuang dalam laporan “Deep decarbonization of Indonesia energy system: A pathway to zero emission by 2050” menunjukan sektor listrik bisa capai zero emissions pada 2045 dengan memanfaatkan energi terbarukan.

“Justru rencana tersebut (rencana strategis PLN) akan berisiko menyebabkan kenaikan biaya penyediaan listrik, stranded asset & lost opportunity untuk penggunaan teknologi energi terbarukan yang lebih murah,” kata Fabby Tumiwa.(RA)