JAKARTA – PT Pertamina EP, anak usaha PT Pertamina (Persero) di sektor hulu optimistis bisa melalui masa sulit akibat penurunan harga minyak dunia yang terjadi dengan sangat cepat dalam beberapa hari terakhir.

Nanang Abdul Manaf, Direktur Utama Pertamina EP, mengatakan Pertamina EP memiliki pengalaman operasi di tengah rendahnya harga minyak, sehingga kondisi saat ini bukan hal yang terlalu mengejutkan. Pertamina EP telah menyiapkan strategi jika kondisi anjloknya harga minyak terus berlangsung dalam waktu yang tidak lama.

Investasi Pertamina EP tahun ini juga tidak akan mengalami perubahan signifikan. Pasalnya, jika investasi dipangkas justru akan berdampak pada operasional jangka panjang perusahaan.

“Pokoknya kami akan adaptif dengan situasi. Kami kan sudah pernah 2016 harga minyak di bawah US$30 per barel. Kami survive terus. Jadi kalau menghentikan kegiatan nanti dampaknya jangka panjang. Saat harga minyak naik kami nggak punya apa-apa,” kata Nanang saat ditemui di Jakarta, Senin (9/3).

Pada perdagangan Senin, harga minyak mentah berjangka Brent naik US$2,36 menjadi US$36,72 per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik US$ 1,87 menjadi US$ 33 per barel.

Kedua harga minyak acuan ini jatuh 25% pada hari Senin, turun ke level terendah sejak Februari 2016 dan mencatat persentase penurunan harian terbesar sejak 17 Januari 1991, ketika harga minyak jatuh pada permulaan Perang Teluk Amerika Serikat.

Nanang mengakui kondisi perekonomian dunia saat ini memang sedang sulit sehingga harga minyak ikut tertekan, ini diperparah dengan wabah virus Corona atau covid-19 yang melanda beberapa negara terutama China. Tapi ia masih optimis jika harga minyak nantinya akan naik lagi.

“Pengalaman seperti itu selalu up and down Ada situasi dimana memang membuat harga turun Ada juga kondisi yang dimana suatu saat naik lagi. Karena ini ekonomi lagi slow down-kan. Virus Corona, kegiatan di China juga banyak disruption dan segala macam,” kata Nanang.

Menurut Nanang, salah satu investasi yang akan terus dilakukan adalah denganĀ  metode produksi minyak lanjutan (Enhance Oil Recovery/OR). Ia mengakui kemungkinan akan ada beberapa penyesuaian proses EOR, tapi secara keseluruhan proyek EOR yang dilakukan di beberapa lapangan migas Pertamina EP tetap berjalan.

“Kami jalan terus. Kalau yang waterflood kan jalan terus. Ada Jirak, Belimbing, Ramba, kalau yang Tanjung baru trial. Terusin saja. Nanti dapat konklusifnya seperti itu. Kita butuh waktu lebih panjang lagi karena Ada beberapa yang kita extend lah,” ujar Nanang.

Sebagai gantinya efisiensi akan dilakukan di beberapa program yang tidak berhubungan langsung dengan kegiatan operasi produksi. “Kita menggunakan biaya yang selektif mungkin. Hal Hal yang tidak berhubungan dengan produksi dan peningkatan cadangan dan sebagainya ya kita tidak lakukan,” jelas Nanang.

Kinerja positif Pertamina EP dibawah komando Nanang Abdul Manaf pada 2017-2019 memang terus mengalami tren positif. Pada 2017 produksi mencapai 77.154 barel per hari (BOPD), naik lagi jadi 79.445 BOPD pada 2018, dan pada 2019 menjadi 82.213 BOPD. Sedangkan produksi gas tercatat 1.018 BOPD pada 2017, naik dibandingkan 2016 yang tercatat 989 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD), kemudian 1.017 MMSCFD pada 2019, dan 959 MMSCFD pada 2019.(RI)