JAKARTA – PT PLN (Persero) dan PT Pupuk Indonesia telah menandatangani komitmen awal pembelian gas dari Blok Masela yang dioperatori Inpex Masela Ltd, anak usaha Inpex Corporation. Tapi ternyata belum ada kesepatan harga gas dari kesepakatan awal berupa Memorandum of Understanding (MoU) tersebut.

Arifin Tasrif, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengungkapkan harga gas Masela harus ikut aturan main yang berlaku di Indonesia, khususnya bagi industri yang sudah ditetapkan mendapatkan harga gas maksimal US$ 6 per MMBTU.

“Ya nggak boleh (lebih dari US$ 6 per MMBTU). Nanti ikut formula. Harga produk berapa, formulanya berapa. Supaya ekonomis,” kata Arifin di Jakarta, Rabu malam (20/2).

Menurut Arifin, tidak tertutup kemungkinan harga gas nanti bisa berubah tergantung kondisi pasar. “Kayak sekarang harga LNG antara US$2,7 per MMBTU – US$3 per MMBTU, selalu ikut pasar. Lihat keadaannya nanti pada 2027,” ujarnya.

Baca juga  Beli Gas Masela, PLN dan Pupuk Indonesia Teken Kesepakatan dengan Inpex

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2016 industri pupuk menjadi salah satu dari tujuh industri yang mendapatkan insentif harga gas maskimal sebesar US$ 6 per MMBTU.

Pupuk Indonesia nantinya diharapkan bisa menyerap jatah 150 juta kaki kubik per hari (mmscfd) gas pipa. Sementara PLN sendiri diharapkan bisa menyerap 2 – 3 juta ton LNG dari Masela per tahun.

Berdasarkan informasi yang diterima Dunia Energi, dengan adanya potensi penyerapan gas Masela, Pupuk Indonesia kemungkinan besar akan membangun pabrik di wilayah Kepulauan Tanimbar atau dekat dengan fasilitas pemrosesan gas Masela.

Sementara PLN, kebutuhan gasnya mempertimbangkan kebutuhan riil PLN, harga gas yang ekonomis pada plant gate PLN diharapkan memberikan kontribusi dalam menurunkan biaya pokok pembangkitan (BPP).

Zulkifli Zaini, Direktur Utama PLN,  mengungkapkan, salah satu fokus PLN kedepan adalah menurunkan BPP (Biaya Pokok Penyediaan) dan seperti yang diketahui bersama, biaya yang mempengaruhi BPP (Biaya Pokok Penyediaan) tertinggi adalah biaya bahan bakar.

Kondisi saat ini, harga gas (LNG) yang lebih murah dibandingkan BBM memungkinkan PLN untuk meningkatkan efisiensi pada penyediaan bahan bakar dengan mengkonversi energi yang mahal (BBM) ke energi yang lebih murah, khususnya dalam kerjasama ini adalah konversi BBM menjadi Gas (LNG).

“Jadi, dalam kerja sama ini pada intinya, PLN secara umum berminat untuk menyerap Gas (LNG) dari Masela, sesuai dengan kebutuhan sistem kelistrikan PLN; perkiraan Indikatif volume yg akan diserap oleh PLN sebesar 2-3 MTPA untuk kebutuhan di pembangkit PLN tersebar (multi destinasi),” kata Zulkifli.(RI)