JAKARTA – PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) memproyeksikan produksi aluminium tahun ini turun sekitar 6% dari relisasi produksi  2019.

Oggy Achmad Kosasih, Direktur Pelaksana Inalum,  mengungkapkan tahun lalu realisasi produksi Inalum mencapai 250 ribu ton, atau sesuai dengan kapasitas produksi di Kuala Tanjung.
Sementara untuk tahun ini diperkirakan produksi tidak akan semaksimal tahun lalu karena hanya mencapai 235 ribu ton.

Menurut Oggy, penurunan produksi disebabkan adanya perbaikan tungku peleburan alumnia menjadi aluminium.

“Tahun lalu 250 ribu ton, jadi 235 ribu ton. Harus diperbaiki tungkunya, makanya jadi 235 ribu ton,” kata Oggy dijumpai di Komplek DPR/MPR, Jakarta, Rabu (22/1).

Saat ini Inalum sedang bekerja sama dengan Emirates Global Alumunium (EGA), perusahaan asal Uni Emirat Arab (UEA). Dalam kesepakatan kerja sama tersebut EGA akan melakukan kajian di fasilitas produksi Inalum dalam rangka penerapan teknologi baru yang bertujuan untuk meningkatkan produksi.

Kajian tersebut dalam bentuk tes atau percobaan yang akan dilakukan akan menambah produksi ingot alloy dan billet. Pada masa uji coba penambahan produksi direncanakan sekitar 20 ribu ton. Jika kapasitas normal kemampuan produksi Inalum mencapai 250 ribu ton, maka jika tes ini berhasil ditargetkan bisa bertambah produksinya sebanyak 20 ribu ton. Kajian ini sendiri akan berlangsung selama 64 minggu.

Inalum sebenarnya merencanakan untuk menambah kapasitas produksi di fasilitas smelter di Kuala Tanjung menjadi 300 ribu ton dengan menambah fasilitas tungku peleburan. Dia menargetkan penambahan kapasitas tersebut bisa terealisasi dalam dua tahun ke depan. “dua tahun lagi (300 ribu ton),” ujarnya.

Hanya saja penambahan kapasitas ini masih harus memperhatikan kebutuhan energi listrik. Oggy menjelaskan bahwa saat ini kapasitas listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Kuala Tanjung yang menjadi sumber tenaga smelter Inalum memiliki kapasitas terpasang 600 megawatt (MW). Jumlah itu masih belum cukup jika memang kapasitas produksi smelter ingin ditingkatkan.

“Kuala Tanjung (sumatera utara) bisa sampe 300 ribu ton, tapi kalau ada tambahan listrik di Kuala Tanjung bisa sampai 500 ribu ton,” kata Oggy.(RI)