JAKARTA – Kilang Pertamina Internasional (KPI) kini mampu menggenjot produksi propylene, produk unggulan dan memiliki peran vital dalam rantai pasok industri petrokimia melalui proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan, Kilang Balikpapan akan mampu menghasilkan produk propylene.
“Sebelum proyek RDMP Balikpapan, Kilang Balikpapan tidak dapat menghasilkan produk petrokimia. Melalui proyek RDMP Balikpapan ini, Kilang Balikpapan akan mampu menghasilkan produk petrokimia berupa propylene dan sulfur,” ujar Milla Suciyani, Pjs Corporate Secretary KPI dalam keterangannya dikutip Senin (8/12).
Milla menjelaskan, jumlah produksi petrokimia yang akan dihasilkan dari Kilang Balikpapan nantinya akan mencapai sekitar 283 ribu ton pertahun. Produk propylene sekitar 225 ton per tahun, dan sisanya produk sulfur.
Produk petrokimia ini akan dihasilkan melalui Unit Residual Fluid Catalytic Cracking (RFCC) yang merupakan unit utama hasil proyek RDMP Balikpapan.
“Untuk memperkuat manajemen inventori produk propylene, KPI juga membangun 8 tangki baru berbentuk bola, yang diperuntukkan untuk menyimpan produk yang berbentuk gas,” jelas Milla.
Milla menambahkan, propylene merupakan bahan baku utama dalam industri plastik, tekstil, dan berbagai produk kimia lainnya. Dengan meningkatnya permintaan domestik, produksi propylene menjadi langkah krusial dalam mendukung ketahanan industri nasional.
Propylene yang diproduksi di unit RFCC RDMP Balikpapan nantinya akan menjadi bahan baku di kilang Polytama yang ada di daerah Balongan, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Adapun Proyek Polytama dijalankan oleh PT Polytama Propindo, salah satu perusahaan yang berafiliasi dengan KPI. Proyek ini fokus pada produksi polypropylene (PP), salah satu jenis plastik termoplastik yang paling banyak digunakan di dunia.
Bahan plastik ini banyak digunakan dalam kemasan makanan, alat rumah tangga, otomotif, dan konstruksi. Dengan memproduksi propylene secara mandiri, Indonesia dapat mengurangi ketergantungan impor dan memperkuat kemandirian industri nasional.
“Penambahan produksi ini tentunya akan membantu mengurangi impor produk petrokimia yang memang masih cukup besar,” tutup Milla.





Komentar Terbaru