JAKARTA – Satuan Kerja Khusus Pelaku Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) memproyeksikan pada tahun 2025 produksi LNG Indonesia yang berasal dari dua fasilitas pengolahan LNG yakni Bontang di Kalimantan Timur serta Tangguh di Papua bisa mencapai 237,8 kargo.

Kurnia Chairi, Deputi Keuangan dan Komersialisasi SKK Migas, mengungkapkan produksi dari kilang LNG Tangguh mendominasi kontribusi produksi LNG Indonesia menyusul dengam telah beroperasinya Train 3.

“Sekitar 53,8 kargo Bontang, dan sebanyak 184 kargo dari Tangguh,” kata Kurnia disela konferensi SKK Migas, Senin (21/7).

Lebih lanjut Kurnia menuturkan bahwa diperkirakan untuk tahun ini ekspor LNG akan ada penurunan dibandingkan tahun lalu. Ini tidak lepas dari adanya kebijakan penjadwalan ulang LNG ekspor untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri yang diperuntukan untuk pembangkit listrik.

“Ekspor 2025 , perkirakan turun dari tahun sebelumnya, ekspor sebanyak 150 kargo. Domestik mencapai 86 kargo. Ini tapi masih bergerak terus perkiraan awal aja apakah proyeksi tadi masih memungkinkan, dialihkan ke domestik atau lainnya,” jelas Kurnia.

Lebih lanjut Kurnia menegaskan bahwa kargo LNG tidak dibatalkan kargonya oleh pemerintah melainkan hanya dijadwalkan ulang pengirimannya. Pemerintah melalui SKK Migas menjadi mediator dalam negosiasi antara produsen gas serta para pembelinya.

“Hanya penjadwalan aja dengan KKKS dengan para buyer diskusikan lagi jadwal pengiriman. Sudah dicapai kesepakatan ini bisa ditunda sebentar akan dikirim nanti tanpa ada konsekuensi,” ungkap Kurnia.