JAKARTA – PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), subholding gas di bawah PT Pertamina (Persero), mencatatkan laba bersih US$5,7 juta pada semester I 2020, turun tajam 87,6% dibandingkan periode sama 2019 yang tercatat US$54,04 juta.

Arie Nobelta Kaban, Direktur Keuangan Perusahaan Gas Negara (PGN), mengungkapkan pencapaian kinerja keuangan semester I 2020 sangat dipengaruhi oleh kondisi perekonomian saat ini tripledown effect, yaitu pandemi covid-19, harga migas dunia, dan melemahnya kurs rupiah terhadap dolar AS.

“Kondisi tersebut berpengaruh kepada usaha PGN terutama sektor hulu yang tergantung pada market terutama harga minyak dan gas serta harga LNG. Rendahnya harga minyak dan gas menyebabkan penurunan pendapatan sektor hulu sedangkan biaya pengoperasian tetap,” ujar Arie, Sabtu (5/9).

Arie menjelaskan, harga minyak gas dan bumi yang tidak sebaik proyeksi yang dilakukan pada akhir 2019, berpengaruh pada pendapatan dari sektor hulu (upstream) dan recoverability aset-aset di hulu yang dikelola PT Saka Energi Energi Indonesia (SEI), anak usaha PGN.

Akibatnya, laba bersih PGN juga turun. Pada periode Januari-Juni 2020, PGN membukukan pendapatan sebesar US$ 1,46 miliar atau sekitar Rp 21,49 triliun (kurs tengah rata-rata Semester I tahun 2020 sebesar Rp 14.624/dolar AS$). Realisasi ini turun 18,4% dibanding tahun lalu dengan periode yang sama yakni US$1,79 miliar.

Pendapatan tersebut sebagian besar berasal dari kinerja operasional penjualan gas sehingga PGN konsolidasi mencatat laba operasi sebesar US$ 193,09 juta, turun dibandingkan semester I 2019 sebesar US$252,03 juta. Sementara hingga Juni tahun ini, EBITDA PGN tercatat sebesar US$ 390,17 juta atau turun dibandingkan periode yang sama tahun lalu yakni US$472,31 juta.

“Pada semester II kami menargetkan peningkatan pendapatan perseroan dan tetap disertai dengan efisiensi dari sisi biaya,” ujarnya.

Untuk posisi keuangan PGN konsolidasi saat ini dalam kondisi cukup baik dengan posisi kas dan setara kas per 30 Juni 2020 sebesar US$1,24 miliar. Posisi ini lebih baik jika dibandingkan dengan posisi per 31 Desember 2019 yaitu sebesar US$1,04 miliar.

“Sebagai respons terhadap dampak Covid-19 dan menjaga kinerja perseroan, kami tetap mengembangkan pembangunan infrastruktur dengan mengambil kebijakan optimasi efisiensi yang tidak terkait langsung dengan pendapatan dan kehandalan jaringan pipa,” ujar Arie.

Selain itu, lanjut dia, PGN melaksanakan optimasi arus kas melalui prioritisasi anggaran investasi. Dengan begitu, diharapkan PGN tetap mampu memberikan kinerja positif ditengah perlambatan ekonomi nasional dan global.
Selama periode Januari – Juni 2020, PGN berhasil menyalurkan gas bumi sebesar 2.016 BBTUD. Dengan rincian, volume distribusi sebesar 811 BBTUD dan volume transmisi sebesar 1.294 BBTUD. Arie juga mengungkapkan, penurunan distribusi dan transmisi gas disebabkan oleh penurunan demand saat diberlakukannya PSBB beberapa waktu lalu.

Hampir seluruh sektor pelanggan, khususnya di sektor komersial, industri seperti restoran, pusat perbelanjaan, hotel, dan produsen baja terdampak dan menutup produksi karena pandemic Covid-19.
Dampak pandemik Covid-19 sempat menjadi kendala dalam pengembangan infrastruktur dan layanan gas bumi.

”Namun, PGN tetap melaksanakan pembangunan sehingga pada periode Januari-Juni 2020, sehingga total pelanggan PGN tercatat lebih dari 417.000 pelanggan,” kata Arie. (RI)