JAKARTA – Banyaknya lapangan tua yang masih terus diproduksi menjadi salah satu penyebab tingginya biaya operasi yang bisa dikembalikan (cost recovery).
“Kalau kita mengandalkan lapangan tua, artinya produksi akan turun. Padahal biaya perawatannya justru lebih tinggi,” kata Arcandra Tahar, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral pada forum diskusi Komisi Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) di Jakarta, Kamis (10/11).
Arcandra menegaskan efisiensi cost recovery sudah sepatutnya dilakukan karena selama ini ada berbagai komponen yang masih bisa ditekan biayanya.
“Dari segi operating itu ada pembinaan, ini untuk apa? Lalu operating expenditure yang bisa kita lihat untuk existing,” kata dia.
Pemerintah juga akan menatur ulang strategi dalam pembahasan kontrak blok migas. Evaluasi secara mendalam akan dilakukan dalam penentuan belanja modal (capital expenditure/capex), terutama saat pembahasan plan of development (PoD) blok migas baru nantinya.
“Jadi capex yang sudah disetujui kita tidak bisa ganggu, tapi project yang ajukan PoD bisa kita tekan,” tukas Arcandra.
Selain itu pemilihan teknologi juga diyakini turut membantu dalam upaya efisiensi cost recovery. Pemilihan teknologi adalah bagian dari investasi cost recovery yang masih bisa ditentukan melalui kajian. “Kan itu tergantung teknologi yang dipilih. Invesment tetap, tapi teknologi kita ubah,” kata dia.
Andang Bachtiar, Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) mendukung langkah pemerintah untuk melakukan efisiensi komponen cost recovery. Hal ini dilakukan juga sebagai respon dari kondisi sektor hulu migas secara keseluruhan.
“Kita lihat cost recovery kan ada dua komponennya, yakni capital dan operating,” kata dia.
Menurut Andang, efisiensi diterapkan sehingga biaya pada modal bisa makin menurun. Untuk itu, pemerintah juga diminta untuk meningkatkan sosialisasi serta pemahaman baru dalam proses efisiensi cost recovery yang akan dijalankan.
“Secara psikis pihak yang ingin berinvestasi pasti terpengaruh, tapi begitu dibicarakan detail akan mengerti juga. Memang tidak popular, tapi ya dibutuhkan dialog,” tandas Andang.(RI)
Komentar Terbaru