JAKARTA – Pemerintah memastikan bakal menurunkan produksi batu bara pada tahun. Sejalan dengan itu, maka kuota Domestic Market Obligation (DMO) sedang dikaji untuk dinaikkan dari posisi sekarang sebesar 25% dari rencana produksi.
Bahlil Lahadalia, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), menegaskan pemerintah sedang mengevaluasi Rencana Kerja Anggaran dan BIaya (RKAB), khususnya pada volume.
“Karena kita mengevaluasi RKAB, maka DMO yang 25% itu kemungkinan besar kita akan dorong kalau kita hitung kebutuhan nasional untuk memenuhi semen, kalau PLN dan pupuk itu cukup 20%, ya gak ada masalah. Tapi kalau kita masih kurang, kita akan naikkan volume DMO,” jelas Bahlil, Jumat (14/11).
Dia menegaskan keputusan menaikkan DMO masih dikaji jadi belum final. Bahlil bakal menunggu sampai seluruh produsen batu bara selesai mengajukan RKAB yang sudah dimulai dan ditargetkan selesai di Desember nanti.
“Ini kita lagi meng-exercise. Karena volume RKAB-nya itu produksinya kita akan turunkan. Kalau itu kemudian cukup dengan 25%, ya cukup. Kita nggak naikkan. Tapi kalau gak cukup, kita naikkan. Berpotensi kita naikkan DMO-nya,” jelas Bahlil.
Sebelumnya Tri Winarno, Dirjen Mineral dan Batu bara (Minerba) Kementerian ESDM, menjelaskan setelah kalkulasi sementara dilakukan, produksi batu bara pada tahun depan diperkirakan tidak akan lebih besar 700 juta ton. “Nanti yang ditahan produksinya. Jadi penurunan produksi, karena harga (batu bara) kan ‘jebol’,” kata Tri gedung parlemen, Kamis (13/11).
Rencana penurunan produksi batu bara terbilang besar pasalnya angka produksi mencapai puncaknya pada tahun lalu yakni tembus 836 juta ton. Tren penurunan produksi sebenarnya sudah terjadi pada tahun ini karena diperkirakan tidak akan mencapai 800 juta ton sampai akhir tahun ini. (RI)





Komentar Terbaru