MINAHASA – Salah satu strategi pemerintah untuk menggenjot elektrifikasi wilayah pedalaman adalah memanfaatkan potensi energi lokal. Paling potensial adalah tenaga air. Ada tiga

Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) resmi beroperasi untuk melistriki tiga wilayah pedalaman di Indonesia timur yakni PLTMH Wairara (128 kW) di Sumba Timur Nusa Tenggara Timur, serta PLTMH Anggi I (150 kW) dan Groundbreaking PLTMH Anggi II (500 kW) di Pegunungan Arfak Papua Barat.

Yuliot Tanjung, Wakil Menteri ESDM, menyatakan PLTMH Wairara menjadi contoh pemanfaatan energi air skala kecil yang ramah lingkungan dan sesuai dengan karakteristik daerah. “PLTMH ini diharapkan dapat mendorong kegiatan ekonomi produktif di masyarakat, seperti pengolahan hasil pertanian, UMKM, dan kegiatan sosial,” ungkap Yuliot disela peresmian PLTMH disaksikan Bahlil Lahadalia, Menteri ESDM di Minahasa, Selasa (29/10).

PLTMH Wairara mampu melistriki hingga 105 rumah tangga, sekolah, Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), kantor-kantor Pemerintah setempat, Gereja, dan berbagai fasilitas masyarakat lainnya. PLTMH Wairara memiliki kapasitas 1×128 kW, telah comissioning dan beroperasi melayani akses kelistrikan masyarakat di Desa Wairara sejak bulan November 2022.

“Kini dengan beroperasinya PLTMH Wairara, memberikan dampak positif, yang pertama memberikan akses energi bersih, mendorong kegiatan ekonomi lokal dan usaha produktif seperti pengembangan tenun ikat khas Sumba Timur, mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan meningkatkan kemandirian energi bagi desa. Kehadiran PLTMH ini menjadikan Wairara, desa pertama di kawasan ini yang benar-benar merdeka dari kegelapan,” Jelas Yuliot.

Sementara itu, Eniya Listiyani Dewi, Dirjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE), menyatakan program Pembangunan PLTMH Anggi Tahap I dan II merupakan langkah strategis dari Kementerian ESDM yang menjadikan Kabupaten Pegunungan Arfak sebagai satu-satunya Kabupaten di Indonesia yang 100% energi listriknya disuplai oleh pembangkit EBT.

“Dengan beroperasinya Penambahan Kapasitas PLTMH Anggi kapasitas 2 x 250 kW dapat mengurangi pemakaian BBM PLT Diesel di sistem kelistrikan isolated di sekitar sistem Pegunungan Arfak yang rencana akan di integrasikan dengan sistem Pegunungan Arfak yaitu Sistem Sururey, Demaisi, Taige, Catubouw, Menyambouw, Hink dan Anggi Gida,” ujar Eniya.

Rasa syukur pun disampaikan Jemmy Yahindo, warga Kampung Uper, Distrik Anggi, Kabupaten Pegunungan Arfak Papua Barat. Sebelum ada listrik, Jemmy bercerita dirinya belajar menggunakan penerangan dari lirik

“Saya bangga dan bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, dan berterima kasih kepada Pak Menteri, karena sekarang kami tidak seperti yang dulu lagi. PLTMH sudah ada dan kami juga sudah mengenal listrik. Karena dulu mungkin saya di SMP kelas 1 sampai kelas 3 saya belajar pakai lirik, tapi saya bersyukur saya selesai dari perguruan tinggi, kita sudah datang ke Kabupaten Pegunungan Arfak dan kami sudah menikmati listrik. Dan kami juga sudah bersaing dengan kabupaten lain,” ujar Jemmy.

Pembangunan infrastruktur energi di Tanah Papua memiliki makna strategis, bukan hanya dari sisi elektrifikasi, tetapi juga sebagai bentuk nyata keadilan sosial dan pemerataan energi bagi masyarakat adat di wilayah ini.

Bahlil sendiri mendorong jajarannya untuk menggenjot penyediaan listrik di wilayah frontier. Dia meminta agar pada 2030 mendatang, semua desa dan kelurahan sudah berlistrik.

“Sekali lagi saya perintahkan, agar 2029 sampai 2030, semua desa, semua kelurahan, sudah harus ada listrik. Tidak boleh lagi kita biarkan anak-anak kita,” ujar Bahlil.

Adapun hingga Semester I tahun 2025, Rasio Elektrifikasi nasional mencapai 99,83 %. Sementara Rasio Elektrifikasi yang dialiri jaringan listrik PLN sudah mencapai 98,53%. Artinya, hampir seluruh rumah tangga di Indonesia telah menikmati listrik, meskipun masih ada sekitar 1,47% rumah tangga yang belum berlistrik, terutama di wilayah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (3T). Daerah-daerah 3T ini menjadi prioritas utama Pemerintah untuk membangun infrastruktur kelistrikan.

“Maka dalam momen kesempatan yang berbahagia ini, saya meminta kepada Dirjen EBTKE dan Dirjen Listrik dan PLN. Anggarannya sudah ada. Saya minta prioritaskan semua daerah-daerah 3T. Selesaikan dulu,” tegas Bahlil.

Khusus di Provinsi Sulawesi Utara, Rasio Elektrifikasi hingga akhir Semester I tahun 2025 telah mencapai 99,40%, dengan hanya 0,60% rumah tangga yang belum menikmati listrik. Adapun Provinsi Papua Barat dan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) masing-masing mencatat rasio elektrifikasi sebesar 89,80% dan 89,22%.

Program Bantuan Pasang Baru Listrik (BPBL) adalah salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan rasio elektrifikasi dan memperluas akses listrik bagi masyarakat. Program ini telah berjalan sejak tahun 2022 dan terus berlanjut. Hingga tahun 2024 lalu, program BPBL telah menyambungkan listrik ke 155.429 rumah tangga di seluruh Indonesia dan di tahun 2025 ditargetkan untuk 215.000 rumah tangga.