JAKARTA – Kesepakatan antara Amerika Serikat dan Indonesia untuk menurunkan tarif resiprokal atas produk-produk dari Indonesia yang masuk Amerika dari 32% menjadi 19% turut memuluskan langkah Pertamina yang selama ini memang sudah melakukan pengadaan barang-barang energi dari Amerika.
Fadjar Djoko Santoso, VP Corporate Communication PT Pertamina menjelaskan selama ini Pertamina memang telah melakukan kerja sama dengan para mitra dari negeri Paman Sam.
“Kalau dari Pertamina sendiri, memang kita sudah melakukan kerja sama, bersifat MoU dengan beberapa mitra kami di Amerika Serikat,” ungkapnya saat diskusi dengan awak media di Jakarta, Kamis (17/7).
Sementara untuk Liquified Petroleum Gas (LPG), hingga tahun 2024 Amerika adalah pemasok utama LPG Pertamina dengan porsi 57%. “LPG sampai per 2024 kita sudah porsi impor LPG dari AS sudah cukup besar ya, 57% dan memang ada penjajakan untuk peningkatan ke 60%, itu akan kita jajaki,” kata Fadjar.
Fadjar menjelaskan penambahan impor minyak mentah maupun LPG bakal dilaksanakan secara bertahap.
Pengalihan impor tersebut juga bakal mempertimbangkan banyak hal, mulai dari kebutuhan di dalam negeri, kapasitas fiskal, hingga kesiapan kilang-kilang kelolaan PT Pertamina untuk menampung minyak mentah dari AS. “Jadi nanti akan terlihat kebutuhan, kapasitas fiskal kita juga, dan kesiapan kilang untuk menampung. Tapi intinya, peluangnya ada untuk peningkatan mulai dari minyak mentah dan LPG,” jelas Fajar.





Komentar Terbaru