JAKARTA – Kondisi iklim investasi tanah air dinilai masih belum ideal meskipun perbaikan di sana-sini telah dilakukan. Indikatornya adalah masih belum masifnya kegiatan eksplorasi di wilayah-wilayah baru. Alasannya karena risiko yang terlampau tinggi serta membutuhkan biaya tinggi. Untuk urusan biaya ini jadi salah satu yang harus dicermati karena pendanaan di sektor hulu migas tanah air khususnya untuk kegiatan eksplorasi masih sangat minim.

Djoko Siswanto, Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas), menyatakan hingga kini belum ada perbankan dalam negeri yang mau membiayai kegiatan eksplorasi, padahal itu sangat penting demi keberlanjutan produksi.

Menurut dia berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk menggairahkan kegiatan eksplorasi seperti fiskal term dan perizinan yang diperbaiki.

“Karena kita sudah berusaha untuk memperbaiki fiskalnya, Pak, dengan dua metode dan negosiasi daripada split dan sebagainya. Perizinan juga kita upayakan untuk mempersingkat dan mempercepat proses perizinan dan yang paling penting adalah anggaran untuk eksplorasi. Karena tidak satupun bank dalam negeri yang mau membiayai untuk eksplorasi karena risikonya besar,” kata Djoko dalam rapat dengan Komisi XII DPR RI, Rabu (12/11).

Untuk mengatasi hal tersebut, SKK Migas kata Djoko mengusulkan adanya aturan main baru di Revisi Undang-Undang Migas. Ide baru yang akan digulirkan mereplikasi apa yang dilakukan oleh Inggris dan Malaysia dimana para kontraktor wajib menyisihkan revenue-nya untuk keperluan eksplorasi di wilayah-wilayah baru.

“Mungkin barangkali nanti ada pembahasan RUU, bagaimana belajar dari Inggris dan Malaysia, di sini ada BP dan ada Petronas, itu pernah satu ketika seluruh revenue daripada hulu migasnya itu digunakan untuk eksplorasi. Sehingga ditemukanlah ladang gas di Northeast yang cukup besar, sehingga Inggris sangat berlebihan di gas dan negaranya sekarang 24 jam nyala terus dari gas. Di Petronas juga demikian, PEC-nya itu adalah sebagian daripada hasilnya dikembalikan untuk kegiatan eksplorasi,” jelas Djoko.