JAKARTA – BBM jenis Pertalite yang memiliki RON 90 diproyeksi tetap menjadi BBM favorit yang dikonsumsi masyarakat pada tahun ini. Tren peningkatan konsumsi Pertalite berdasarkan data pemerintah sudah terjadi sejak 2017.

Tahun 2017 hingga tahun 2021 konsumsi Pertalite berturut-turut sekitar 14,5 juta Kiloliter (KL), 17,7 juta KL, 19,4 juta KL, 18,1 juta KL dan 23 juta KL.

“Tahun 2020 konsumsi Pertalite turun karena pandemi Covid-19. Namun, tahun 2021 konsumsinya meningkat lagi hingga 23 juta KL. Sedangkan tahun ini diproyeksikan pada kisaran 23 juta KL,” kata Agung Pribadi, Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM, Senin (14/3).

Menurut dia, konsumsi Pertalite hampir 80% diantara BBM jenis Bensin lainnya seperti Pertamax, Pertamax Turbo dan Premium. Pada tahun ini, konsumsi Pertalite diproyeksikan tetap pada kisaran 23 juta KL.

“Pertalite paling banyak dikonsumsi masyarakat, porsi konsumsi Pertalite sekitar 79% diantara BBM jenis bensin lainnya seperti Pertamax, Turbo, atau Premium. Itu berdasarkan realisasi tahun lalu. Keberadaan Pertalite saat ini menjadi paling penting karena menjadi tulang punggung BBM bagi masyarakat,” ungkap Agung.

Sementara perkembangan ini harga minyak dunia saat ini masih tinggi. Harga minyak Brent harian sempat lebih dari US$130 per barel. “Perkembangan harga minyak dunia terus kita monitor dan antisipasi dampaknya. Yang jelas meskipun harga minyak dunia terus naik, harga BBM yang paling banyak dikonsumsi masyarakat harus tetap dijaga untuk melindungi daya beli masyarakat,” tambah Agung.

Adapun perkembangan harga minyak mentah Indonesia atau ICP relatif meningkat tiap bulan. Sejak Desember 2021 sampai dengan Februari 2022, harga ICP masing-masing sebesar US$73,4 per barel, US$85,9 per barel dan US$95,7 per barel. Sedangkan untuk bulan Maret 2022 angka sementara rata-rata sampai dengan tanggal 10 sebesar US$119,86 per barel.

Pertamina menjual Pertalite di SPBU jauh lebih murah ketimbang BBM dengan RON setara 90 yang dijual oleh badan usaha lain. Hingga saat ini, harga jual Pertalite Rp7.650 hingga Rp8.000 per liter (berdasarkan lokasi).

Harga jual Pertalite jauh lebih murah daripada harga BP 90 yang dijual di SPBU BP-AKR sebesar Rp11.990 per liter. Pertalite juga lebih terjangkau harganya ketimbang Revvo 90, produk BBM yang dijual Vivo, yaitu Rp8.900 per liter. Harga Pertalite sendiri terakhir kali alami kenaikan pada Januari tahun 2019.

Mulyanto, Anggota Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera, mengapresiasi langkah pemerintah yang berupaya mempertahankan harga jual Pertalite kendati harga minyak dunia terus naik dampak dari invasi Rusia ke Ukraina. “Kita harus menjaga harga Pertalite ini stabil karena mayoritas pengguna kendaraan adalah BBM jenis ini,” katanya.

Menurut dia, kenaikan harga Pertalite dapat meningkatkan harga barang-barang yang lain, memicu inflasi, dan membuat daya beli masyarakat yang sudah lemah karena pandemi akan semakin lemah. “Penerimaan dari ekspor batubara, CPO, tembaga, nikel dan lain-lain, semoga cukup untuk menahan kenaikan dari impor BBM tersebut,” ujar Mulyanto (RI)