JAKARTA – Kementerian ESDM dengan dukungan belasan asosiasi perusahaan dan profesi yang bergerak di sektor mineral dan Batubara (minerba) berkolaborasi untuk menggelar Minerba Convex 2025 pekan depan. Rencananya, acara tersebut akan dibuka Presiden Prabowo Subianto.

Acara tersebut akan berlangsung selama dua hari di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, Jakarta, pada Rabu-Kamis (15-16/10).   Sekretaris Direktorat Jenderal Minerba Kementerian ESDM Rita Susilowati menegaskan hajatan tersebut menjadi wadah penting bagi pemerintah, pelaku usaha, dan pemangku kepentingan untuk memperkuat kolaborasi dalam membangun industri minerba yang berkelanjutan.

“Rencananya kalau tidak ada halangan, Bapak Presiden akan membuka acara, dan Bapak Menteri ESDM akan endampingi,” tutur Rita, saat jumpa pers, di Kantor Ditjen Minerba, Jakarta, Rabu (8/10).

Sekretaris Direktorat Jenderal Minerba Kementerian ESDM Rita Susilowati (kedua kanan) memberikan pengarahan pada acara konferemsi pers menjelang pelaksanaan MinerbaConvex 2025 pekan depan (Foto: LH/DE).

Acara ini akan menghadirkan berbagai narasumber dari kalangan pemerintah, pengusaha, pengamat dan akademisi papan atas seperti Menteri ESDM Bahlil Lahadalia, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, mantan Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro, dan lain-lain. Rita berharap acara Minerba Convex 2025 mampu mendorong pelaku industri membangun sektor minerba yang inklusif dan berkelanjutan.

“Industri tambang adalah sektor yang bersentuhan langsung dengan masyarakat dan lingkungan sehingga pengelolaannya harus dilakukan secara bertanggung jawab dan transparan melalui good mining practices,” kata alumni Geologi Universitas Padjadjaran tersebut.

Resvani, Ketua Panitia Minerba Convex 2025, menuturkan sekitar 11 asosiasi besar di sektor minerba seperti Asosiasi Pengusaha Batu Bara Indonesia, IMA, Aspebindo, Perhapi, MGEI, APNI, IAGI, dan Aspindo terlibat dalam acara ini.  Menurut dia, terdapat beberapa alasan yang melatarbelakangi pelaksanaan acara tersebut. Pertama, Indonesia merupakan negara yang kaya dengan minerba sehingga industri ini telah berperan besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

“Kegiatan di sektor minerba bukan hanya menyangkut aktivitas pertambangan, tetapi juga mencakup industri pengolahan, pemurnian, dan perdagangan yang memiliki kontribusi besar terhadap perekonomian nasional. Sektor ini memegang peran strategis dalam perekonomian nasional. Saat ini, kontribusi minerba sudah lebih besar dari migas,” kata Wakil Ketua Umum Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi) tersebut.

Kedua, tambah Resvani, sektor minerba menjadi salah satu penyumbang utama Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Dari sektor penggalian saja, kontribusinya terhadap PDB mencapai sekitar 10%. Sementara dari sektor pengolahan dan pemurnian, kontribusinya hampir 20% serta di sektor perdagangan kontribusinya sekitar 13%. “Dengan demikian, pertumbuhan sektor minerba akan berperan dalam mencapai target pertumbuhan ekonomi yang ingin dicapai pemerintah sebesar 8%,” Founder & CEO PT Tura Consulting Indonesia terebut.

Selanjutnya, kata Risvani, jumlah dan penyebaran industri minerba merata hingga ke pelosok Nusantara, termasuk di daerah-daerah terpencil (remote area). Minerba telah menjadi motor penggerak utama perekonomian daerah sekaligus membuka lapangan pekerjaan yang cukup besar.  “Industri ini masih menghadapi tantangan-tantangan besar dan itu menjadi hal yang harus dibahas dan dicarikan solusinya dalam acara Minerba Convex 2025 ini. Setelah selesai acara akan dibuat semacam buku rekomendasi yang akan disampaikan kepada pemerintah,” kata dia.

Ketua Umum Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI) Nanan Soekarna yang hadir pada acara konferensi pers menilai penyelenggaraan Minerba Convex 2025 menjadi momentum penting bagi seluruh pelaku usaha dan pemangku kepentingan di sektor pertambangan untuk menyamakan persepsi dan memperkuat komitmen bersama dalam mendukung kebijakan pemerintah di bidang minerba.

Menurut mantan Wakapolri ini, Minerba Convex 2025 harus memiliki hasil yang nyata dan bermanfaat bagi industri. Dia berharap agar forum tidak hanya dihadiri oleh pelaku usaha dan instansi pemerintah, tetapi melibatkan pula pihak-pihak yang selama ini aktif memberikan kritik terhadap sektor tambang. “Biar mereka membawa data-data dan mendiskusikan fakta-fakta yang mereka miliki sehingga terdapat gambaran yang lebih utuh terkait dengan sektor minerba ini,” ujarnya.

Nanan juga mendorong agar praktik ilegal mining menjadi salah satu pembahasan serius dalam acara tersebut. “Semuanya harus terbuka dan merangkul sehingga sektor ini dikelola dengan hati,” katanya.(LH)