Memasuki istana yang satu ini tampak dua perempuan paruh baya tengah membatik di sehelai kain berwarna oranye. Tidak jauh dari keduanya, ada beberapa helai kain yang telah selesai dibatik digantung disudut istana. Disudut lainnya, nampak beberapa manekin dengan balutan sejumlah model batik perempuan. Sementara tidak jauh dari situ, juga nampak beberapa model kemeja batik pria.
Ya itulah Istana Naima Batik di Desa Kota Baru, Kecamatan Geragai, Tanjung Jabung Timur, Jambi. Bukan tanpa alasan, Siti Saroh, pengelola Naima Batik, menyebut tempat itu sebagai istana. Berasal dari Bahasa Arab, Najmul Lail atau bintang malam, Siti yang berasal dari Jawa memiliki harapan yang tinggi untuk bermanfaat bagi orang sekitar, khususnya bagi keluarga, setelah hijrah ke Jambi.
“Dulu kami dinyinyirin sama tetangga, kenapa ada istana, rumahnya kan reyot. Saya bilang, Insyaallah akan terwujud. Dan akhirnya terwujud berkat bantuan PetroChina,” ungkap Siti.
Setelah melalui perjalanan panjang, dari kios kecil di pasar Tanjung Jabung Timur, Siti Saroh dengan dukungan PetroChina International Jabung Ltd (PCJL) berhasil membangun Istana Naima Batik pada 2023.
PetroChina terus mendukung pelestarian budaya serta pengembangan ekonomi kreatif masyarakat melalui program pembinaan UMKM Batik Tanjung Jabung Timur. Program ini telah berjalan sejak 2017 dan kini berhasil melahirkan pengrajin generasi pertama Batik Tanjabtim yang mampu memproduksi batik tulis dan batik cap bermotif khas daerah, dengan kualitas yang semakin dikenal di tingkat daerah hingga nasional.
Naima Batik yang dikelola Siti Saroh merupakan salah satu UMKM binaan PetroChina yang berhasil tumbuh signifikan. Siti merupakan pengrajin usaha batik tulis yang merintis keterampilan membatik sejak mengikuti pelatihan Dinas Perindustrian dan Perdagangan pada 2012. Setelah mengikuti pelatihan lanjutan dan belajar langsung batik tulis di Lasem selama empat bulan pada 2013, Naima Batik menjadi pelopor batik tulis pertama dengan motif khas Tanjung Jabung Timur, termasuk motif Pedada Modifikasi yang pernah meraih juara 3 nasional pada 2015.
Siti mengatakan industri batik di Tanjung Jabung Timur tidak tumbuh secara turun-temurun seperti di Pekalongan atau Yogyakarta, melainkan melalui proses desain yang dirintis pemerintah daerah dan komunitas kreatif pada 2011–2013.
“Semua pengrajin generasi pertama di Tanjabtim ini tidak ada yang mewarisi batik dari orang tua. Semua belajar dari nol. Kami mulai dari pelatihan dasar, lalu belajar sendiri ke Jawa,” ujar dia saat ditemui di Istana Naima Batik, akhir November lalu.
Dukungan PetroChina mulai hadir pada 2017 ketika perusahaan melihat potensi besar pengembangan kerajinan lokal tersebut. Melalui program CSR, PetroChina Jabung membantu pengembangan kapasitas, pemasaran, penyediaan rumah produksi yang layak, hingga mendukung peningkatan kualitas produk. Naima Batik kini mampu memproduksi 20–50 lembar batik per bulan dalam kondisi normal, dan dapat mencapai 500 potong per bulan pada periode pesanan besar dari instansi pemerintah maupun perusahaan.
Ahmad Ramadlan, CSR and Community Development Supervisor PetroChina Jabung. menegaskan pengembangan batik merupakan bagian dari komitmen PetroChina dalam memperkuat ekonomi akar rumput dan melestarikan identitas budaya lokal. PetroChina menginginkan UMKM Tanjung Jabung Timur bukan hanya bertahan, tetapi naik kelas. “Batik adalah identitas daerah, dan tugas kami membantu pengrajin agar mampu menghasilkan produk berkualitas, punya pasar, dan memiliki daya saing,” kata dia.
Ramadlan menambahkan PetroChina juga mendorong inovasi motif baru setiap tahun agar batik Tanjabtim tetap relevan di pasar. Selain itu, pembinaan mencakup manajemen usaha, peningkatan standar produksi, hingga strategi pemasaran modern termasuk digitalisasi.
Alfiani, Vice President Business Support PetroChina Jabung, menyampaikan bahwa dukungan perusahaan terhadap UMKM batik tidak hanya fokus pada aspek ekonomi, tetapi juga pada pemberdayaan keluarga dan peningkatan kualitas hidup masyarakat. “Kami melihat bagaimana batik ini menjadi sumber penghidupan, terutama bagi ibu-ibu dan perempuan di sekitar wilayah operasi. Ketika UMKM tumbuh, dampaknya meluas ke pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan keluarga. Ini yang ingin kami kuatkan,” ujar Alfiani.
Naima Batik kini menggunakan kombinasi pewarna alam seperti daun mangga, kulit jengkol, sabut kelapa, hingga akar mengkudu untuk menghasilkan warna-warna lembut yang menjadi ciri khas batik Tanjabtim. Motif yang dikembangkan menjadi daya tarik wisata budaya dan telah dibawa hingga pameran nasional.
Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas, Heru Setyadi, memberikan apresiasi atas konsistensi PetroChina dalam mendukung pengembangan UMKM lokal melalui program pemberdayaan masyarakat (PPM). Menurut Heru, penguatan ekonomi kreatif seperti batik Tanjung Jabung Timur merupakan implementasi nyata dari empat pilar PPM KKKS, khususnya pilar Kemandirian Ekonomi dan Pengembangan Sosial Budaya.
“Program pembinaan UMKM yang dijalankan PetroChina sejalan dengan pilar-pilar PPM KKKS yang menekankan peningkatan kapasitas masyarakat, penguatan ekonomi lokal, serta pelestarian budaya,” kata Heru.
Ketika masyarakat di sekitar wilayah kerja KKKS mampu mandiri secara ekonomi, maka tujuan besar untuk meningkatkan kesejahteraan dan ketahanan sosial menjadi lebih mudah dicapai, sehingga KKKS tidak hanya fokus pada operasi migas, tetapi juga menghadirkan dampak nyata bagi kesejahteraan masyarakat.
Menurut Heru, dengan kolaborasi pemerintah daerah, komunitas, dan dukungan berkelanjutan dari PetroChina, batik Tanjung Jabung Timur diyakini akan berkembang menjadi ikon budaya yang tidak hanya memperkaya identitas daerah, tetapi juga memperkuat ekonomi kreatif masyarakat secara berkelanjutan.(AT)




Komentar Terbaru