BOGOR – PT PLN (Persero) melakukan diversifikasi bahan bakar pembangkit batu bara dengan biomassa (Co firing) secara bertahap sebagai salah satu bentuk keberlanjutan lingkungan yang tanpa mengorbankan keuangan perusahaan.

Untuk tahun ini ada 52 lokasi yang jalankan program co firing dengan total kapasitas 2,45 gigawatt (GW) dan potensi reduksi emisi sebesar 10,75 juta ton CO2.

Selain itu, PLN juga melakukan konversi konsumsi bahan bakar minyak dengan EBT melalui Program Dedieselisasi dan Hibridisasi. Tujuannya untuk mengganti atau mengurangi penggunaan BBM, peningkatan efisiensi biaya bahan bakar, mengurangi emisi karbon serta peningkatan keandalan listrik.

“Program konversi PLTD ke EBT dan Hybrid dilakukan secara bertahap di 631 lokasi PLTD yang tersebar di seluruh Indonesia,” ujar Parulian Noviandri, EVP Perencanaan Strategi Manajemen Pembangkitan PT PLN (Persero), beberapa waktu lalu.

Kedua program tersebut menjadi bagian dari berbagai inovasi ditempuh PLN untuk memastikan target penurunan emisi tetap berjalan sambil secara bertahap melakukan transisi energi tanpa harus mengorbankan kondisi keuangan perusahaan.

Program Dedieselisasi dilaksanakan pada 3.378 unit pembangkit diesel yang masih beroperasi melalui tiga program yakni program EBT dan Hybrid sebesar 0.62 GW di 631 lokasi. Kemudian mengganti PLTD menjadi PLTMG berbahan bakar gas 0,21 GW di 35 lokasi. Serta Program Interkoneksi ke Grid 0,75 GW di 154 lokasi.

Hibridisasi PLTD dengan PLTS+Baterai ditargetkan bisa menurunkan konsumsi BBM hingga 8,1 juta liter per tahun dengan potensi efisiensi biaya Rp58,84 miliar per tahun. “Ada pilot project Hibridisasi Maratua dengan kapasitas PV 300 kW, Baterai 600 kWh. Mengurangi BBM 46.219,95 liter (Agustus-Des 2025). Menurunkan emisi karbon 110.465,68 kg CO2,” ungkap Parulian.

PLN mengakui saat ini lebih dari 60% pembangkit masih menggunakan PLTU batu bara untuk itu manajemen terus meningkatkan penggunaan teknologi untuk menangkap emisi karbon yang dihasilkan. PLN bermitra dengan perusahaan energi lain dalam pengembangan dan study CCUS. “Net Zero Emission bagaimana pembangkit yang ada kita tambahkan teknologi, dengan CCS (Carbon Capture Storage),” kata Parulian.(AT)