PLAJU – Berdiri di tepian Sungai Musi, Kilang Pertamina Plaju menyimpan jejak lebih dari seabad perjalanan energi di Indonesia. Pada 1904, perusahaan Belanda, Shell, membangun kilang pertama di Plaju, disusul oleh Stanvac dari Amerika yang mendirikan kilang di Sungai Gerong pada 1926. Kedua kilang ini awalnya menampung minyak mentah dari Prabumulih, Pendopo, dan sekitarnya untuk diolah menjadi bahan bakar. Di masa Perang Dunia II, keberadaan kilang ini bahkan menjadi rebutan, dimanfaatkan Sekutu untuk menggerakkan alat tempur, hingga akhirnya pada 1942 pasukan Jepang menyerang dan merusak sebagian fasilitas kilang.

Seiring perjalanan sejarah, kilang yang pernah dikuasai asing itu akhirnya dinasionalisasi dan menjadi bagian dari Pertamina Plaju pada 1965, disusul Sungai Gerong pada 1970. Sejak saat itu, kilang terus bertumbuh, dari sekadar warisan kolonial menjadi aset strategis bangsa. Kini, Kilang Pertamina Plaju beroperasi dengan kapasitas pengolahan lebih dari 120 MBSD, menghasilkan beragam produk energi dan petrokimia yang saat ini menyuplai hingga 60% kebutuhan energi di Sumatera Bagian Selatan. Dari masa kolonial, revolusi, hingga era modern, kilang ini tetap tegak berdiri sebagai garda terdepan kedaulatan energi nasional.

Kapasitas Olah 120 Ribu Barel per Hari

Sebagai kilang pengolahan minyak tertua di Indonesia, Kilang Pertamina RU III Plaju memiliki kapasitas pengolahan sebesar 120 MBSD, atau setara dengan 12 persen dari total kapasitas kilang Pertamina. Kapasitas tersebut tersebar pada lima unit Crude Distillation Unit (CDU) yang masing-masing berkontribusi menjaga kestabilan suplai energi nasional: CDU 1 sebesar 16,2 MBSD, CDU 2 sebesar 30 MBSD, CDU 3 sebesar 30 MBSD, CDU 4 sebesar 28,4 MBSD, dan CDU 5 sebesar 15,4 MBSD.

Dengan luas area mencapai 411,22 hektare dan didukung lebih dari 900 pekerja, RU III Plaju mengoperasikan beragam unit utama seperti CDU, HVU, FCCU, PP Plant, EWTP, Offsite, dan UTL. Dari kilang ini dihasilkan berbagai produk penting, mulai dari BBM (Solar/Bio Solar, Pertalite, Avtur), NBBM (Polytam, SBPX, LPG, Decant Oil), hingga produk intermedia (Naptha, HVGO, LRes). Komposisi produksinya didominasi Bottom Product 55%, BBM 20%, NBBM 6%, serta intermedia 19%, yang keseluruhannya menopang pasokan energi khususnya di wilayah Sumatera Bagian Selatan.

Terdapat lima Crude Distillation Unit (CDU) yang menghasilkan produk utama seperti gas, medium naphta, kerosene, gas oil, hingga atmospheric residue. Selain itu, kilang ini juga memiliki Vacuum Distillation Unit (HVU II) yang berfungsi mengolah crude lebih lanjut untuk menghasilkan vacuum gas oil dan vacuum residue.

Untuk meningkatkan nilai tambah, tersedia pula Residue Fluid Catalytic Cracking Unit (RFCCU) yang mampu mengkonversi residu berat menjadi produk bernilai tinggi seperti raw polypropylene, LPG, dan catalytic naphta. Didukung dengan unit tambahan seperti Stab CAB dan Alkylation, kilang ini juga menghasilkan produk turunan lain seperti SBPX, LPG, dan alkilate. Sinergi antar unit ini menjadikan RU III Plaju tidak hanya sebagai penghasil BBM, tetapi juga pusat produksi petrokimia strategis yang menopang kebutuhan energi nasional.

Di tengah kota Palembang, Kilang Pertamina Plaju berdiri sebagai satu-satunya kilang di ibu kota provinsi Sumatera Selatan, menembus batas administratif hingga wilayah Kabupaten Banyuasin. Kilang ini terbagi dalam dua area Plaju di sisi barat dan Sungai Gerong di sisi timur yang kini dihubungkan dengan jembatan integrasi fisik, memperkuat sinergi operasional antar site yang secara geografis terpisah oleh Sungai Musi.

Kilang Pertamina Plaju menjadi satu-satunya kilang milik Pertamina yang beroperasi di tepi sungai besar, yakni Sungai Musi di Palembang. Lokasi ini memberikan kekhasan tersendiri karena Sungai Musi sejak lama dikenal sebagai nadi peradaban, perdagangan, dan budaya masyarakat Sumatera Selatan. Kedekatan kilang dengan sungai tidak hanya mendukung aspek logistik dan distribusi sejak awal berdirinya kilang, tetapi juga mencerminkan integrasi industri energi dengan kearifan lokal yang tumbuh di sepanjang tepian Musi.

Hal ini menempatkan Kilang Pertamina Plaju bukan sekadar fasilitas pengolahan energi, tetapi juga bagian dari identitas sejarah dan sosial Palembang. Kilang dengan Pasokan Energi Gas Turbin Selain itu, Kilang Pertamina Plaju memiliki kekhasan operasional karena masih mengandalkan pasokan energi utama dari pembangkit gas turbine. Berbeda dengan kilang lain di Indonesia yang umumnya sudah meninggalkan sistem ini atau mengalihkannya ke sumber energi alternatif, RU III tetap mempertahankan dan mengoptimalkan teknologi gas turbine sebagai sumber daya andal untuk menjaga kontinuitas produksi. Keandalan ini menjadi salah satu faktor kunci yang memungkinkan kilang beroperasi secara stabil, efisien, dan responsif terhadap kebutuhan pasokan energi nasional.

Kilang ini memiliki letak yang strategis karena dekat dengan sumber pengeboran minyak di Sumatera Bagian Selatan sekaligus akses transportasi sungai untuk kapal General Purpose (GP). Didukung kondisi dataran rendah yang relatif stabil, lokasi ini memungkinkan proses pengolahan berjalan lebih aman dan berkesinambungan, menjadikan Kilang Pertamina Plaju sebagai salah satu pilar utama penyedia energi di kawasan Sumatera.

Untuk menjaga mutu produk, setiap alur distribusi crude hingga menjadi energi siap pakai dijalankan dengan pengendalian kualitas yang ketat. Minyak mentah yang datang dari lapangan maupun kapal langsung melewati serangkaian inspeksi laboratorium hingga keluar laporan uji resmi. Sebelum masuk ke intake plant, crude kembali diperiksa untuk memastikan siap diolah di kilang. Tak hanya crude, setiap hasil olahan pun diuji, termasuk produk sensitif seperti avtur yang wajib lolos uji sebelum masuk ke tangki penyimpanan. Produk jadi lain seperti naptha dan solar juga melalui proses serupa, memastikan hanya produk terbaik yang keluar untuk distribusi.

Tahapan pengendalian kualitas ini berlanjut hingga tahap akhir penyaluran. Saat produk dikirim lewat kapal, pengujian dilakukan pada jalur pompa dan line transfer sebelum proses loading. Setelah hasilnya sesuai dengan parameter, barulah diterbitkan Certificate of Analysis (COA) atau Certificate of Quality (COQ) sebagai jaminan mutu. Hal serupa juga berlaku untuk distribusi lewat pipa uji kualitas tetap dijalankan, dan dokumen COA/COQ dikeluarkan sebagai bukti bahwa energi yang sampai ke tangan konsumen telah melalui standar kualitas terbaik.

Produk-produk unggulan Pertamina, juga salah satunya diolah di kilang ini, seperti Pertalite, Solar, Biosolar B35, Avtur, Dexlite, Marine Fuel Oil (MFO) Low Sulphur. Selain produk BBM, Kilang Pertamina Plaju juga memproduksi LPG, dan beberapa produk lain seperti SBPX, LAWS, Vacuum Residue, Polytam serta produk Refrigerant Musicool MC-22.

Kilang Pertamina Plaju berhasil mencatatkan produksi Gasoline (Pertalite) sebesar 3,19 juta barel hingga akhir Agustus 2025. Selain itu, produksi Gas Oil (B0) juga mencapai 3,82 juta barel, serta total produksi Gas Oil (B0, B35, B40) menembus 9,23 juta barel sepanjang periode yang sama. Tidak hanya itu, produksi LPG tercatat sebesar 961 ribu barel dan Avtur sebesar 176 ribu barel, yang menunjukkan peran penting kilang dalam menjaga ketersediaan energi nasional.

Kilang Pertamina Plaju berhasil menghadirkan inovasi ramah lingkungan melalui produk Breezon MC-32, sebuah refrigeran berbasis hidrokarbon yang hemat energi dan aman bagi lapisan ozon. Diproduksi sejak 2020, Breezon MC-32 menjadi jawaban atas larangan penggunaan refrigeran sintetik seperti CFC dan HCFC yang merusak ozon, sekaligus mendukung komitmen Indonesia dalam Paris Agreement. Produk ini sudah dipasarkan di dalam negeri, termasuk ke Pertamina EP Cepu, dengan lifting perdana mencapai 10 ton.

Dengan tingkat konsumsi energi lebih hemat hingga 30 persen dan volume penggunaan yang hanya sepertiga dari refrigeran sintetik, Breezon MC-32 diproyeksikan menyasar pengguna premium, mulai dari rumah tangga dengan AC split berbasis R32 hingga industri makanan dan kimia. Tak hanya sekadar produk substitusi, Breezon MC-32 juga menjadi simbol kemampuan Pertamina sebagai BUMN untuk menghasilkan refrigeran kompetitif dalam negeri, sekaligus mengurangi ketergantungan impor dan memperkuat daya saing industri nasional.

Polytam merupakan produk Polypropylene yang diproduksi Kilang Pertamina Plaju sejak 1972 melalui unit Polypropylene yang terdiri dari proses purifikasi, polimerisasi, dan pelletizing. Bahan baku utamanya adalah propylene dari FCCU Kilang Sungai Gerong, yang diproses melalui reaksi polimerisasi dengan katalis, hexane, dan H₂ untuk menghasilkan powder homopolymer berkualitas tinggi. Produk ini memiliki keunggulan lebih tahan panas, tahan oksidasi, dan berwarna lebih putih, sebelum dikemas secara otomatis dengan robotic bagging berkapasitas 25 kg dan didistribusikan ke berbagai kota besar di Indonesia.

Kilang Pertamina Plaju juga turut mendukung langkah pemerintah dalam mewujudkan swasembada energi dengan memproduksi Biodiesel, yang secara bertahap diproduksi produk campuran 90% Diesel & 20% Fatty Acid Methyl Esters (FAME) sebagai produk turunan dari Crude Palm Oil (CPO) menjadi B20 pada 2019 silam, meningkat menjadi B30 pada pada 2020, kemudian ditingkatkan lagi menjadi B35 pada 2022, hingga akhirnya, sejak 1 Januari 2025, Kilang Pertamina Plaju mengokohkan diri sebagai pebagai pionir biodiesel dengan berhasil melakukan produksi & lifting perdana B40 dengan kapasitas produksi 750 MB per bulan. Kehadiran B40 tidak hanya memperkuat swasembada energi, tetapi juga memberi nilai tambah bagi sektor perkebunan sawit nasional melalui penyerapan Fatty Acid Methyl Esters (FAME) sebesar 40 persen.

Uniknya, Kilang Pertamina Plaju memiliki kekhasan operasional karena masih mengandalkan pasokan energi utama dari pembangkit gas turbine. Berbeda dengan kilang lain di Indonesia yang umumnya sudah meninggalkan sistem ini atau mengalihkannya ke sumber energi alternatif, Kilang Pertamina Plaju tetap mempertahankan dan mengoptimalkan teknologi gas turbine sebagai sumber daya andal untuk menjaga kontinuitas produksi. Keandalan ini menjadi salah satu faktor kunci yang memungkinkan kilang beroperasi secara stabil, efisien, dan responsif terhadap kebutuhan pasokan energi nasional.

Kontribusi Bangun Daerah: Serap Tenaga Kerja Lokal Hingga Berdayakan Komunitas Masyarakat

Dalam kontribusi terhadap peningkatan kesempatan kerja di daerah, Kilang Pertamina Plaju juga menyerap tenaga kerja lokal. Data Human Capital PT Kilang Pertamina Internasional RU III Plaju menunjukkan dari total 927 pekerja, sebanyak 505 orang merupakan Pegawai Waktu Tidak Tertentu (PWTT) lokal dan 475 orang merupakan tenaga kontrak lokal. Capaian ini menjadi bukti komitmen perusahaan dalam memberikan prioritas kepada masyarakat sekitar untuk terlibat langsung dalam operasional kilang, sekaligus berkontribusi pada peningkatan kesejahteraan dan kemandirian ekonomi lokal.

Tidak hanya berfokus pada kinerja operasional dan bisnis, Kilang Pertamina Plaju juga terus menunjukkan kepedulian terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar melalui beragam program keberlanjutan. Seluruh inisiatif ini dirancang untuk menghadirkan manfaat nyata, sekaligus mendukung agenda energi bersih dan pembangunan berkelanjutan di Sumatera Selatan.

Salah satu wujud nyata komitmen tersebut adalah Program Desa Energi Berdikari (DEB) yang memanfaatkan energi terbarukan bagi masyarakat di wilayah pedesaan dan pedalaman. Hingga kini, Pertamina bersama mitra telah membangun lima unit Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) dan tiga unit Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), memberi manfaat bagi lebih dari 167 rumah tangga atau sekitar 500 jiwa. Kehadiran energi bersih ini bukan hanya menerangi rumah warga, tetapi juga menjadi pintu masuk tumbuhnya ekonomi lokal, mulai dari pengolahan kopi Desa Singapure, budidaya kentang dan stroberi di Rantau Dedap, hingga pengembangan ekowisata Danau Deduhuk.

Komitmen pada aspek konservasi lingkungan juga diwujudkan melalui Program Belida Musi Lestari yang berjalan sejak 2019. Program ini telah berhasil mengkonservasi ratusan ekor belida melalui kegiatan rescue, riset budidaya, dan edukasi publik. Selain menjaga kelestarian spesies khas Sungai Musi, inisiatif ini membuka peluang ekonomi alternatif bagi nelayan melalui pengembangan ikan konsumsi lain. Program yang didukung kolaborasi bersama BRIN, akademisi, dan pemerintah ini kini menjadi pusat rujukan teknologi konservasi berbasis komunitas di Sumatera Selatan.

Dari sektor perikanan, Kilang Pertamina Plaju juga turut mendukung lahirnya Kawasan Perikanan Terintegrasi di Desa Sungai Gerong, Kabupaten Banyuasin. Kawasan ini mengintegrasikan proses budidaya ikan hingga pengolahan dalam satu ekosistem, sekaligus melibatkan Kelompok Pembudidaya Ikan lokal yang memproduksi pakan mandiri berbasis maggot. Kehadiran kawasan ini tidak hanya menekan biaya operasional, tetapi juga memperkuat posisi Banyuasin sebagai salah satu sentra perikanan utama di Sumatera Selatan.

Selain itu, kepedulian terhadap isu lingkungan juga diwujudkan melalui Program Patra Siaga, yakni pelatihan dan pendampingan bagi Satgas Siaga Api di Desa Sungai Gerong dalam menghadapi ancaman kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Peserta dibekali keterampilan pencegahan dan penanggulangan dini, sekaligus membangun kemandirian komunitas untuk menjadi garda terdepan dalam melindungi lingkungan desa mereka.

Inovasi keberlanjutan turut ditunjukkan lewat Program Musiparian, yang mengubah eceng gondok di Sungai Musi dari gulma menjadi produk bernilai tambah, seperti oil absorbent penyerap tumpahan minyak dan air freshener block ramah lingkungan. Program ini dijalankan bersama kelompok pemuda lokal serta melibatkan riset Universitas Sriwijaya, sehingga memberi nilai tambah baik secara ekonomi maupun ekologis.

Sejalan dengan agenda mitigasi perubahan iklim, sejak 2020 Kilang Pertamina Plaju juga konsisten mendukung Program Kampung Iklim (Proklim) di Palembang dan Banyuasin. Sejumlah desa binaan berhasil meraih penghargaan, termasuk Talang Bubuk yang kini berstatus Proklim Lestari. Dukungan perusahaan meliputi pengembangan hidroponik, fasilitas kompos, hingga pelatihan branding produk untuk meningkatkan kemandirian masyarakat dalam menghadapi tantangan iklim.

Tidak kalah penting, melalui Program Plaju Berdaya, perusahaan juga berfokus pada penguatan 47 UMKM binaan dengan roadmap 2023–2026. Program ini mencakup peningkatan kapasitas usaha, digitalisasi pemasaran, hingga perluasan akses pasar. Dampaknya tidak hanya melahirkan UMKM yang lebih kompetitif, tetapi juga mendukung aksi pengelolaan lingkungan dan adaptasi perubahan iklim di level komunitas.

Berbagai upaya ini menegaskan bahwa Kilang Pertamina Plaju tidak hanya hadir sebagai penyedia energi nasional, tetapi juga sebagai mitra masyarakat dalam mendorong transformasi sosial, ekonomi, dan lingkungan yang berkelanjutan. Melalui kolaborasi dengan berbagai pihak, Pertamina berkomitmen menghadirkan energi bersih sekaligus mewujudkan masa depan hijau bagi generasi mendatang

Budaya HSSE dan Keberlanjutan yang Konsisten

Keberhasilan Kilang Pertamina Plaju dalam menerapkan aspek Health, Safety, Security & Environment (HSSE) tidak hanya tercermin dari kepatuhan terhadap standar, tetapi juga dari budaya keselamatan yang terus dijaga secara konsisten oleh seluruh pekerja. Komitmen ini diwujudkan melalui pengendalian risiko, penerapan prosedur kerja yang ketat, serta keterlibatan aktif pekerja dalam setiap aspek keselamatan. Hasilnya, hingga Agustus 2025 Kilang Pertamina Plaju mampu menjaga operasional yang aman tanpa insiden, dengan capaian membanggakan yakni mencatatkan 143 juta jam kerja aman (JKA) secara kumulatif sejak 9 Desember 2009. Capaian ini menegaskan bahwa HSSE bukan hanya sebuah kewajiban, melainkan fondasi utama keberlanjutan operasional dan perlindungan bagi pekerja, aset, serta lingkungan di sekitar kilang.

Sebagai wujud nyata transisi energi bersih, Kilang Pertamina Plaju telah mengoperasikan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) berkapasitas 2,25 MWp yang mampu menekan emisi gas rumah kaca hingga 108 ton CO2e setiap bulannya. Pemanfaatan PLTS yang dibangun di atas lahan seluas 2,9 hektar ini juga berhasil mengurangi konsumsi bahan bakar fosil sebesar 2.961 barel dan mencatat efisiensi biaya listrik hingga 2,4 miliar rupiah dalam setahun. Selain mendukung pasokan energi untuk unit operasi, perkantoran, dan perumahan di sekitar kilang, inisiatif ini selaras dengan target Pertamina Group menurunkan emisi 30% pada 2030, sekaligus memperkuat kontribusi Kilang Pertamina Plaju dalam roadmap dekarbonisasi menuju Net Zero Emission.

Kilang Pertamina Plaju menunjukkan komitmen mendukung ekosistem Sustainable Aviation Fuel (SAF) melalui penguatan riset, inovasi proses kilang, dan penerapan standar keberlanjutan global. Upaya ini sejalan dengan target transisi energi nasional sekaligus mendukung pengurangan emisi karbon dari sektor penerbangan. Dengan memanfaatkan pengalaman dan kapasitas produksi energi ramah lingkungan, Kilang Pertamina Plaju berperan sebagai bagian penting dalam rantai pasok SAF Pertamina Group, sehingga mampu memperkuat daya saing industri energi hijau Indonesia di pasar internasional.

Sejak dioperasikan pada Februari 2025 lalu, antusiasme masyarakat untuk menyalurkan minyak jelantah terus tumbuh. Data fungsi Environment-HSSE Kilang Pertamina Plaju mencatat bahwa sepanjang Februari–Agustus 2025, rata-rata 175 liter minyak jelantah berhasil dikumpulkan setiap bulannya.

Selain itu, inovasi turut menjadi budaya penting di Kilang Pertamina Plaju dan diwujudkan melalui Continuous Improvement Program (CIP) yang rutin digelar setiap tahun. Program ini mendorong partisipasi aktif pekerja dalam menghasilkan ide, mengikuti pelatihan, dan menerapkan metode terbaik di industri migas untuk menciptakan perbaikan berkelanjutan.

Dari 41 gugus CIP yang terbentuk pada 2024, perusahaan mencatat potensi Value Creation senilai Rp2,4 triliun, dengan proyeksi tercapai Rp2,1 triliun, serta realisasi hingga kini mencapai Rp2,9 triliun. Capaian ini menunjukkan bahwa inovasi tidak hanya meningkatkan kualitas produk dan layanan, tetapi juga memberikan nilai tambah signifikan sekaligus memperkuat daya saing Kilang Pertamina Plaju di kancah global.

Berbagai tim inovasi di Kilang Pertamina Plaju berhasil menciptakan terobosan yang mendukung ketahanan energi nasional sekaligus meningkatkan efisiensi dan profit perusahaan. Tim Burj-Go mengoptimasi penyimpanan naptha dengan value creation Rp300 miliar, Digital Process Safety menghadirkan sistem PSSR online yang mencegah potensi insiden keselamatan senilai Rp264 miliar, dan Pegasus III menjaga suplai BBM saat major turn around dengan kontribusi Rp1,5 triliun.

Sementara itu, Avenger 2.0 mengoptimalkan pemanfaatan HVGO untuk menambah margin kilang sebesar Rp274 miliar, dan Mogabe 4.0 mendukung produksi bioenergi B-35 melalui optimalisasi naptha dengan nilai Rp164 miliar. Secara keseluruhan, inovasi ini menunjukkan peran strategis Kilang Pertamina Plaju dalam memperkuat ketahanan energi nasional, keselamatan operasional, serta transisi menuju energi berkelanjutan.