JAKARTA – Indonesia memiliki potensi panas bumi terbesar di dunia sehingga dinilai cocok untuk memimpin transisi energi global. Pemerintah berkomitmen menjadikan panas bumi sebagai tulang punggung kedaulatan energi nasional sekaligus kontribusi nyata Indonesia bagi pencapaian target net zero emission dunia.

Bahlil Lahadali, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengajak kolaborasi global dalam mendorong pemanfaatan panas bumi. “Indonesia terbuka untuk berbagi pengalaman, teknologi, dan praktik terbaik dengan negara-negara sahabat. Mari kita bersama memimpin revolusi energi bersih, demi ekonomi yang tangguh dan warisan berkelanjutan bagi generasi mendatang,” kata Bahlil, dalam pembukaan Indonesia International Geothermal Convention & Exhibition (IIGCE) 2025, di Jakarta, Rabu (17/9).

Dia menambahkan salah satu dukungan pemerintah untuk bisa mendorong pengembangan panas bumi lebih masif adalah dari sisi kesiapan infrastruktur pendukung berupa jaringan transmisi. Ini disebabkan karena lokasinya pengembangan panas bumi tersebar dan umumnya berada di wilayah terpencil yang belum memiliki fasilitas penunjang listrik mumpuni.

“Maka tahun ini, pemerintah sebagai bentuk komitmen dan konsekuen dalam mendorong pembangunan energi baru terbarukan, kita menyusun RUPTL di 2025 sampai 2034 sebesar 48.000 km sirkuit. Ini sebagai bentuk tuntutan dari apa yang harus kita lakukan untuk melakukan percepatan,” tegas Bahlil.

Mengusung tema “Fostering Collaboration for a Green Economy in Indonesia: The Role of Geothermal Energy in Sustainable Growth”, IIGCE diselenggarakan oleh Indonesian Geothermal Association (API/INAGA) bekerja sama dengan On Us Asia sebagai mitra penyelenggara.

Julfi Hadi, Ketua Umum API/INAGA, menegaskan panas bumi adalah satu-satunya energi terbarukan yang bisa beroperasi 24 jam secara stabil dengan faktor kapasitas di atas 90%. Karakteristik ini menjadikan panas bumi pondasi ideal untuk sistem energi bersih yang tangguh dan berkelanjutan. “Lebih dari itu, panas bumi merupakan tulang punggung transisi energi Indonesia sekaligus pilar menuju swasembada energi yang menjadi bagian dari Asta Cita Presiden Prabowo,” ungkap Julfi.

IIGCE 2025 menghadirkan lebih dari 15 pembicara internasional, termasuk CEO perusahaan global, menteri energi dari berbagai negara, dan peneliti terkemuka. Selain itu, acara menampilkan 150+ perusahaan pameran internasional, forum investasi dengan potensi transaksi hingga US$2 miliar, serta peluncuran lima proyek geothermal strategis nasional.

Eniya Listiani Dewi, Direktur Jenderal EBTKE, mengumumkan paket kebijakan komprehensif untuk percepatan geothermal. “Pemerintah tidak hanya menargetkan, tetapi juga menyiapkan ekosistem kondusif. Indonesia ingin menjadi rujukan global pengembangan geothermal yang berkelanjutan,” jelas Eniya.(RI)