JAKARTA – Pemerintah dalam hal ini Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatatkan realisasi produksi batu bara hingga pertengahan tahun ini atau semester I 2025 mencapai 357,6 juta ton atau 48,34% dari target produksi yang dipatok sebesar 739,67 juta ton.
Bahlil Lahadalia, Menteri ESDM, menjelaskan dari produksi sebanyak itu 238 juta ton diantaranya diekpor ke luar negeri dan 104,6 juta ton dipasok untuk memenuhi kebutuhan pembangkit listrik. “Kalaui stok ada 15 juta ton,” kata Bahlil disela paparan kinerja sektor ESDM sepanjang Semester I 2025, Senin (11/8).
Indonesia kata Bahlil merupakan negara eksportir batu bara yang menyumbang 45% pasokan batu bara yang beredar di dunia untuk kebutuhan pembangkit listrik namun Indonesia tidak mendapatkan manfaat lebih apalagi jika harga batu bara dunia alami penurunan. Untuk itu demi bisa mengendalikan stabilitas harga pemerintah Indonesia akhirnya memutuskan untuk bisa mengevaluasi tingkat produksi batu bara Indonesia setiap tahun tidak lagi setiap tiga tahun.
“Sekarang begitu harga turun, kita nggak bisa bikin apa-apa, karena ini bicara permintaannya sedikit, kita produksinya banyak. Nah, ke depan, atas apa yang diminta oleh DPR, kepada kami untuk melakukan revisi RKAB, dan ini kita akan lakukan, tanpa pandang bulu, supaya menjaga stabilitas,” jelas Bahlil.
Dia yakin dengan cara itu maka Indonesia bisa mendapatkan manfaat yang nyata dari batu bara tidak hanya memenuhi kebutuhan energi listrik dalam negeri tapi juga dari sisi penerimaan negara. “Kalau kita harganya bagus, berarti negara akan mendapatkan pajak yang baik, pengusaha juga akan mendapatkan keuntungan yang baik,” ungkap Bahlil.





Komentar Terbaru