NEW YORK- Harga minyak mentah ditutup beragam pada pada perdagangan Senin atau Selasa (16/11) pagi WIB. Hal ini dipicu oleh respons investor terkait pasokan minyak mentah. Investor masih memperkirakan apakah pasokan minyak akan meningkat dan apakah permintaan akan tertekan oleh lonjakan biaya energi baru-baru ini, dolar yang kuat dan meningkatnya kasus COVID-19.
Mengutip Reuters, harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Desember 2021 bertambah US$9 sen atau 0,1%, menjadi US$80,88 per barel. Sedangkan minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Januari turun US$12 sen atau 0,15%, menjadi menetap di US$82,05 per barel. Sementara itu harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Desember bertambah US$9 sen atau 0,1%, menjadi US$80,88 per barel.
Pada awal perdagangan pasar minyak memperhitungkan spekulasi bahwa Pemerintahan Presiden Joe Biden dapat melawan harga tinggi dengan melepaskan minyak mentah dari Cadangan Minyak Strategis (SPR) AS, tetapi skeptisisme tentang pendekatan itu menyebabkan minyak mentah AS naik lebih tinggi, menurut John Kilduff, mitra di Again Capital LLC di New York.
“Pasar tampaknya telah memperkirakan harga terlalu agresif sehingga rilis SPR akan terjadi,” kata Kilduff.
Membebani harga minyak, dolar AS mencapai level tertinggi 16 bulan terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya karena investor khawatir tentang ekonomi global.
Dolar yang lebih kuat membuat minyak lebih mahal bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain.
Pekan lalu perusahaan-perusahaan energi AS menambahkan rig minyak dan gas alam untuk minggu ketiga berturut-turut, didorong oleh kenaikan 65 persen harga minyak mentah AS sepanjang tahun ini.
Produksi serpih AS pada Desember diperkirakan akan mencapai tingkat prapandemi sebesar 8,68 juta barel per hari, menurut Rystad Energy. Sementara itu ada indikasi permintaan mungkin melambat karena meningkatnya kasus Virus Corona dan inflasi.
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) pekan lalu memangkas perkiraan permintaan minyak dunia untuk kuartal keempat sebesar 330.000 barel per hari dari perkiraan bulan lalu, karena harga energi yang tinggi menghambat pemulihan ekonomi dari pandemi COVID-19.
“Pasar sekarang tampaknya tidak terlalu khawatir tentang ketatnya pasokan saat ini, memperkirakan itu berumur pendek,” kata Analis Pasar Senior Rystad Louise Dickson. “Pedagang malah memfokuskan kembali pada kembalinya dua faktor bearish – kemungkinan lebih banyak sumber pasokan minyak dan lebih banyak kasus COVID-19.”
Menteri Energi Uni Emirat Arab Suhail al-Mazrouei menyatakan semua indikasi level minyak memberikan surplus dalam kuartal pertama 2022.
“Ada sedikit kemungkinan OPEC+ meningkatkan produksi lebih cepat, terutama jika … kelompok tersebut mengharapkan pasar untuk kembali surplus dalam kuartal pertama 2022,” kata Analis Pasar Senior OANDA, Craig Erlam. (RA)





Komentar Terbaru