NEW YORK- Harga minyak berjangka rebound pada akhir perdagangan Kamis atau Jumat (8/10) pagi WIB, setelah anjlok dari level tertinggi multi-tahun sehari sebelumnya. Hal ini didorong oleh respons pasar yang menganggap tidak mungkin Amerika Serikat akan merilis cadangan minyak mentah daruratnya atau melarang ekspor untuk mengurangi pasokan yang ketat.
Laporan yang dilansir Xinhua menyebutkan, harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Desember 2021 naik US$ 87 sen atau 1,%1, menjadi menetap di US$81,95 per barel, setelah anjlok 1,8% sehari sebelumnya.
Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman November AS bertambah US$87 sen atau 1,1%, menjadi ditutup pada US$78,30 per barel. WTI juga merosot 1,9% di sesi sebelumnya.
Kedua kontrak acuan sempat terpuruk sekitar US$2 per barel pada pagi hari.
Departemen Energi AS menyatakan semua “alat selalu tersedia” untuk mengatasi kondisi pasokan energi yang ketat di pasar. Departemen membuat komentar di tengah pertanyaan tentang apakah Pemerintahan Presiden Joe Biden sedang mempertimbangkan memanfaatkan Cadangan Minyak Strategis (SPR) atau mengejar larangan ekspor minyak untuk menurunkan biaya minyak mentah.
Adapun penasihat keamanan nasional Biden mendesak para pemasok energi untuk meningkatkan arus pasokan guna memenuhi permintaan, dengan menyatakan bahwa AS khawatir dengan kegagalan mereka untuk melakukannya.
Amerika Serikat terkadang menggunakan cadangan strategisnya, biasanya setelah badai atau gangguan pasokan lainnya. Namun sejak mengakhiri larangan 40 tahun ekspor minyak mentah pada 2015, negara ini telah menjadi pengekspor yang signifikan, dan belum memulai pemotongan ekspor.
Awal pekan ini Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya (OPEC+) sepakat menaikkan produksi hanya secara bertahap, mengirimkan harga minyak mentah ke level tertinggi multi-tahun.
Pasar minyak terus meningkat karena ketatnya pasokan di seluruh dunia, setelah permintaan pulih lebih cepat dari yang diperkirakan dari pandemi Covid-19 di pasar impor besar seperti China.
“Pasar minyak terlihat lebih ketat dalam jangka pendek, yang menunjukkan bahwa harga akan tetap didukung dengan baik hingga akhir tahun,” kata Analis ING Warren Patterson dalam sebuah catatan. (RA)





Komentar Terbaru