TANGIS Fitirani (38) pecah saat mengetahui listrik mengalir di rumahnya. Sepele mungkin bagi sebagian orang. Tapi bagi dia ini adalah berkah yang tidak pernah dibayangkan. “Saya menangis waktu dikasih tahu dapat (sambungan) listrik gratis. Akhirnya saya punya listrik sendiri,” cerita Fitriani salah satu warga di Gampong Cot Abeuk, Sabang, Aceh. Bertahun-tahun Fitriani memanfaatkan lampu minyak untuk menerangi rumahnya.
Suasana tidak jauh berbeda terjadi di Desa Aek Horsik, Kecamatan Badiri, Tapanuli Tengah, Sumatera Utara. Malam-malam di sana selama bertahun-tahun selalu gulita.
Marluga Marbun, petani bayam dan kangkung dari desa Aek Horsik, bersama istri dan ketiga anaknya hanya mengandalkan lampu minyak setiap malam selama bertahun-tahun. “Kalau malam hanya pakai lampu minyak. Untuk beraktivitas di rumah saja kami kesulitan,” cerita Marluga.
Bergeser ke pulau Jawa. Di pulau dengan penduduk paling padat di Indonesia ini ternyata masih ada warga yang belum dapat menikmati sambungan listrik di rumahnya. Mereka bahkan tidak merasakan listrik selama puluhan tahun.
Partinah (72), seorang warga di Bantul, Yogyakarta jadi salah satu saksi hidup yang merasakan gelap di rumahnya selama puluhan tahun. Ia masih mengingat betul bagaimana malam-malam di rumahnya dulu hanya diterangi cahaya kecil dari lampu pelita. Tahun ini masa-masa gelapnya berakhir. Listrik akirnya mengalir.
Sri Sarwati (52) juga punya nasib tidak jauh berbeda. Hanya saja listrik sudah mengalir ke rumahnya tapi yang miris, dia harus menumpang listrik dari rumah milik orang tuanya. Karena menumpang, gerak-gerik Sri menjadi terbatas, termasuk saat mau membuat usaha sendiri karena takut listriknya “jepret”. Mulai tahun ini dia bisa dengan leluasa merintis usaha angkringan depan rumahnya. “Sebelumnya, kalau mau pakai (listrik) yang banyak, nanti takut jegleg gitu,” ujarnya.
Para keluarga petani di Desa Karangasem, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, Jawa Tengah juga memasuki babak baru dalam hidup mereka tatkala lampu penerangan menyala di rumah mereka.
Ngadinem (77), selama bertahun-tahun juga hanya merasakan listrik karena menumpang dari tetangga. Dia mendapatkan rejeki runtuh ketika PLN memasukkannya dalam daftar penerima bantuan sambungan listrik gratis.

Ngadinem, salah satu penerima manfaat bantuan sambungan listrik gratis dari PLN (Foto/Dok/PLN)
Masih di pulau Jawa, kali ini ada di bagian timur Jawa. Tepatnya di Desa Bukur, Kecamatan Sumbergempol, 170 warga tahun ini mulai merasakan sendiri listrik mengalir di rumah mereka.
Parno (50) yang sehari-hari bekerja serabutan di desa Bukur jelas langsung merasakan manfaat dari mengalirnya listrik di rumah. “Sekarang kami bisa lebih nyaman dalam beraktivitas karena sudah ada listrik. Terima kasih atas bantuan pemasangan listrik gratis,” kata Parno,
Cerita dari masyarakat yang mendapatkan bantuan sambungan listrik gratis ini adalah pelecut agar listrik bisa secara merata.
Selama 80 tahun Indonesia merdeka ternyata masih ada rakyat masih belum merdeka dari kegelapan. Dalam beberapa tahun terakhir pemerintah bersama PT PLN (Persero) berjibaku keluarkan berbagai strategi demi mengejar rasio elektrifikasi 100%.
PLN sendiri tahun ini mengusung program “Berbagi Cahaya, Menumbuhkan Harapan” dan termasuk dalam rangkaian peringatan Hari Listrik Nasional (HLN) ke-80. PLN menargetkan bisa alirkan listrik sebanyak 8.000 sambungan baru di berbagai daerah di Indonesia dalam program ini.
Program ini juga mandapatkan sambutan positif tidak hanya dari masyarakat penerima manfaat tapi juga pemerintah daerah.
Hamenang Wajar Ismoyo, Bupati Klaten, menilai kehadiran listrik memiliki peran besar dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kolaborasi antara PLN dan pemerintah daerah menjadi langkah strategis untuk mempercepat pemerataan akses energi. “Kami ingin memastikan tidak ada lagi keluarga yang hidup tanpa penerangan, tanpa rumah layak, atau kesulitan mengakses pendidikan. Sinergi dengan PLN ini sangat membantu percepatan program pengentasan kemiskinan di Klaten,” ungkap Hamenang.
Masinton Pasaribu, Bupati Tapanuli Tengah, menyatkan langkah PLN yang hadir hingga ke pelosok desa membuat PLN terlibat dalam membangun fondasi dan kebutuhan utama setiap keluarga.
“Atas nama Pemerintah Daerah, kami berterima kasih kepada PLN. Kehadiran listrik bukan hanya menerangi rumah, tapi juga menerangi masa depan,” ungkap Masinton.
Gatut Sunu, Bupati Tulungagung menyatakan pemerintah daerah siap memberikan dukungan untuk mengoptimalkan pendistribusian.
Sejalan dengan Program Pemerintah
Inisiasi program Berbagi Cahaya, Menumbuhkan Harapan ternyata sejalan dengan adanya target pemerintah untuk menjadikan rasio elektrifikasi nasional bisa 100%. Adapun hingga Semester I tahun 2025, Rasio Elektrifikasi nasional mencapai 99,83 %. Sementara Rasio Elektrifikasi yang dialiri jaringan listrik PLN sudah mencapai 98,53%. Berdasarkan realisasi tersebut artinya masih ada sekitar 1,47% rumah tangga yang belum berlistrik, terutama di wilayah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (3T). Daerah-daerah 3T ini menjadi prioritas utama Pemerintah untuk membangun infrastruktur kelistrikan.
Presiden Prabowo menargetkan 5.758 desa dan 4.310 dusun di seluruh Indonesia dapat segera menyala teraliri oleh listrik dan bebas dari kegelapan.
Bahlil Lahadalia, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan pembangunan infrastruktur kelistrikan di daerah terpencil memang tidak selalu menguntungkan secara bisnis bagi PLN. Namun, ia menegaskan bahwa negara wajib hadir untuk memberikan akses setara bagi seluruh warga.
“Jadi itu (melistriki desa) biayanya cukup tinggi, tapi negara harus hadir untuk memastikan itu (penerangan). Bapak Presiden sangat konsen untuk bagaimana bisa memberikan layanan listrik sebagai bentuk keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,” kata Bahlil.
Darmawan Prasodjo, Direktur Utama PLN menyatakan inisiatif ini merupakan hasil kepedulian insan PLN di seluruh Indonesia yang secara sukarela menyisihkan sebagian pendapatannya untuk membantu sesama. Melalui semangat gotong royong ini, diharapkan masyarakat prasejahtera yang belum tersambung listrik dapat segera menikmati listrik.
“Ini merupakan program PLN dari donasi para pegawai. Kita melihat saudara-saudara kita yang belum ada listriknya, kami akan coba bantu. Semoga dengan listrik menyala ini, anak-anak bisa belajar di malam hari, orang tua bisa lebih produktif, dan ekonomi keluarga semakin meningkat,” ujar Edwin.
Darmawan menyatakan sebagai kepanjangan tangan pemerintah, PLN punya juga memiliki tugas untuk pemerataan listrik hingga ke wilayah 3T (terdepan, terluar, dan tertinggal). Dia berharap dari aliran listrik ini bisa jadi motor peningkatan kesejahteraan masyarakat.
“Melalui listrik, perubahan besar dapat terjadi bagi masyarakat, mulai dari peningkatan taraf hidup, pertumbuhan ekonomi desa, hingga pembukaan lapangan kerja baru,” ujar Darmawan.
Dia menjelaskan untuk melistriki 1.285 desa di tahun ini, PLN akan membangun infrastruktur jaringan tegangan menengah sepanjang 4.770 kilometer sirkuit (kms), 3.265 kms jaringan tegangan rendah, dan 94.040 kilovolt ampere (kVA) gardu distribusi. Melalui upaya tersebut, diharapkan lebih dari 77 ribu keluarga bisa menikmati listrik. “Ini bukan sekadar angka, tapi kehidupan yang berubah,” ujar Darmawan.





Komentar Terbaru