INDRAMAYU – PT Elnusa Tbk (ELSA) yang merupakan anak perusahaan PT Pertamina Hulu Energi (PHE) yang tergabung dalam Subholding Upstream Pertamina optimistis mampu memperbesar penguasaan pasar cementing sumur migas (minyak dan gas) di Tanah Air. Pencapain itu diharapkan akan memperkuat bisnis perusahaan di bidang jasa energi.

Direktur Operasional Elnusa Andri Haribowo mengatakan aktvitas eksplorasi dan eksploitasi sumur migas dan panas bumi (geothermal) yang dilakukan oleh Kontraktor Kontrak Kerjasama (KKKS) menjadikan bisnis jasa energi akan terus tumbuh. Pertamina, sebagai BUMN energi nasional, memegang hampir 70% aktivitas eksplorasi dan eksploitasi dan sisanya oleh KKKS asing dan nasional lainnya. PHE, misalnya, menargetkan pengeboran sekitar 900 sumur di seluruh wilayah kerja tahun ini.

Jasa cementing sumur migas, kata Andri, merupakan bagian penting dari keberhasilan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi migas. Cementing juga berperan penting dalam kerja ulang (workover) sumur lama yang telah mengalami fenomena water blocking, di mana air menggantikan posisi minyak dan menghambat aliran hidrokarbon

 “Dari total pekerjaan yang begitu besar, Elnusa saat ini baru memegang pangsa pasar sekitar 13%. Kami optimistis bisa meningkatkan pangsa pasar menjadi 25% pada tahun depan,” tutur Andri, kepada media saat kunjungan ke Fasilitas Integrated Supporting Base (ISB) Elnusa di Mundu, Indramayu, Kamis (30/10).

Beberapa contoh semen yang berhasil diracik Elnusa sesuai dengan karakteristik sumur migas.(Foto: LH/DE)

Pada Juli 2025, Elnusa meresmikan Laboratorium Cementing & Stimulasi di Mundu, Indramayu yang modern dan lengkap untuk memberikan layanan terbaik dari primary cementing hingga formulasi slurry yang presisi. Cementing sumur migas adalah proses pemompaan bubur semen khusus ke dalam lubang sumur yang telah dibor untuk mengisi ruang antara casing (pipa baja) dan dinding lubang bor, serta untuk merekatkan casing ke formasi batuan.

Tujuannya adalah untuk mengisolasi berbagai lapisan geologi, mencegah kebocoran fluida (air, gas, minyak) antar lapisan, melindungi casing dari korosi, dan menjaga stabilitas serta integritas sumur secara keseluruhan. “Kesuksesan aktivitas pengeboran salah satunya ditentukan oleh pemasukan cementing yang tepat. Cementing bukan sekadar pelengkap, tapi pekerjaan fundamental,” ungkapnya.

Untuk memperkuat bisnis ini, kata Andri, pada awal tahun depan Elnusa akan kedatangan dua unit baru yang siap dioperasikan untuk mendukung bisnis cementing. Potensi pendapatan juga terlihat jika Elnusa menerima jasa formulasi cementing dari perusahaan lain. Selain itu, perusahaan akan terus mengembangkan kemampuan para pekerja Elnusa untuk menggarap bisnis cementing. “Akan ada cementing school dimana Elnusa merekrut sumber daya manusia dari berbagai perguruan tinggi terbaik untuk dididik dan siap menjadi cementing engineer,” ungkapnya.

Bisnis cementing sumur di Indonesia masih dikuasi perusahaan jasa energi asing seperti  Schlumberger dan Baker Hughes. Elnusa dan Schlumberger beberapa tahun lalu memiliki kerjasama strategis untuk jasa cementing offshore di Delta Mahakam, WK Migas yang dimiliki PT Pertamina Hulu Mahakam (PHM). Kerjasama ini merupakan tindak lanjut dari Master Cooperation Agreement (MCA) tahun 2018 dan bertujuan untuk meningkatkan produksi migas nasional serta transfer teknologi. Nilai kontrak kerja sama berdurasi 24 bulan tersebut mencapai USD 95,6 juta dan komitmen TKDN sebesar 35,11%.

“Elnusa saat telah mampu mengaplikasikan cementing untuk pengeboran offshore, onshore dan geotermal sehinga sudah mampu bersaing dengan perusahaan lain. Pengembangan kapabilitas lokal menjadi kunci untuk mencapai target swasembada energi yang berkelanjutan dan berdaya saing global, Secara langsung kiprah Elnusa ini akan membantu pencapaian lifting migas,” kata Andri.(LH)