JAKARTA  – Gampang-gampang susah jika mau berkunjung ke Desa Rahaden, Kecamatan Lahei, Kabupaten Barito Utara. Jika cuaca panas, hanya dibutuhkan 2,5 jam perjalanan darat dari ibu kota kabupaten. Situasi berbeda apabila sudah turun hujan. “Bisa bermalam di jalan karena kondisi jalannya sulit dilalui. Aksesnya merupakan jalan tambang yang tidak beraspal,” tutur Hardiano, Kepala Desa Rahaden, dalam perbincangan dengan Dunia Energi, di Jakarta, Kamis (11/12).

Dia datang ke Jakarta diundang PT Medco Energi Internasional Tbk, untuk menghadiri acara Festival Pojok UMKM 2025. Pada acara itu, MedcoEnergi menampilkan 22 UMKM binaan dari seluruh wilayah operasi perusahaan. Hardiono memang tidak membuka lapak di acara tersebut, namun Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Jantur Kiham merupakan salah satu binaan MedcoEnergi. Kebetulan, Hardiano menjadi Penasihat BUMDes tersebut.

BUMDes Jantur Kiham sebenarnya sudah berdiri sejak 2018. Tetapi, saat itu belum ada SDM yang menggerakkan sehingga perkembangannya mandek. Modalnya juga seret sehingga pengurus menalangi kebutuhan modal BUMDes. “Penghasilannya sangat kecil hanya sekitar Rp 2 juta sebulan. Pokoknya banyak kendalanya. Pengurus menggunakan uang pribadi dahulu dan setelah BUMDes mendapatkan suntikan modal sebesar Rp150 juta dari pemerintah desa baru dana tersebut dikembalikan,” tutur Masriyadi, Direktur BUMDes Jantur Kiham, yang juga hadir di acara MedcoEnergi.

Mereka tidak menyerah untuk menjadikan BUMDes sebagai mesin penggerak perekonomian masyarakat. Hardiano meminta MedcoEnergi untuk memberikan pendampingan dan pelatihan agar BUMDes dapat berkembang. “Selama ini MedcoEnergi sudah banyak membantu kami, membangun jalan, jembatan, atau sarana ibadah masjid melalui program CSR perusahaan,” ungkapnya.

Gayung pun bersambut. MedcoEnergi mengajak pengurus BUMDes untuk studi banding ke beberapa BUMDes yang sudah maju. Antara lain BUMDes Umbul Ponggok, Klaten, pada 2019 dan satu  BUMDes di Jawa Timur pada 2022. “BUMDes yang di Jatim lebih cocok sebagai rujukan karena kondisi masyarakatnya tidak jauh berbeda dengan masyarakat Desa Rahaden. “Kalau Umbul Ponggok sudah terlalu maju,” kata pria yang sudah menjadi Kades sejak 2016 tersebut.

Di BUMDes desa tersebut, Hardiano meminta masukan mengenai cara menyampaikan informasi dan merangkul masyarakat agar terlibat dalam pengembangan BUMDes. “Mereka memberikan saran agar kami jangan hanya mengundang warga untuk hadir rapat. Tetapi, kepala desa dan pengurus BUMDes harus proaktif mendatangi warga, terutama jika ada keramaian atau kumpul-kumpul, langsung terlibat dan berdialog menyampaikan informasi,” katanya.

Melalui pendekatan informal, masyarakat Desa Rahaden menjadi semakin perduli dengan pembangunan desanya. Beberapa warga kemudian tertarik untuk bergabung menjadi pengurus BUMDes. “Saat ini, pengurus BUMDes berjumlah 15 orang dan sudah mendapatkan gaji tetap. Satu orang di antaranya penderita tuna wicara. Kami juga punya pegawai yang sudah berusia lanjut yang sudah tidak mungkin bekerja di sektor formal atau perusahaan,” ungkap Hardiano.

Setelah keperdulian dari masyarakat tumbuh, pekerjaan selanjutnya adalah mengembangkan usaha BUMDes. Pada 2024, MedcoEnergi memberikan pendampingan pengembangan usaha, pengembangan SDM, dan administrasi keuangan dengan menggandeng sebuah konsultan pelatihan, pendampingan, inkubasi dan kemitraan untuk mengembangkan bisnis BUMDes dan UMKM dari Yogyakarta.

“Selama satu bulan tim pendamping turun ke desa, guna memberikan pelatihan dan melihat potensi-potensi usaha yang dapat digarap oleh BUMDes. Akhirnya, ditemukan usaha yang paling berpotensi untuk dikembangkan oleh BUMDes dalah depo air minum,” katanya.

Depo air minum tersebut sebenarnya adalah program Corporate Social Responsibility (CSR) yang dijalankan MedcoEnergi Bengkanai Ltd ntuk mengatasi kesulitan air bersih di Desa Rahaden. Medco membuat sumur bor agar masyarakat tidak lagi mengkonsumsi air sungai. Depo air minum tersebut diserahkan pengelolaan ke pemerintah desa. “Depot air minum menjadi fokus pengembangan usaha BUMDes Jantur Kiham,” kata Hardiano.

Pengembangan usaha air minum ini tidak mungkin berkembang jika pasarnya  hanya masyarakat desa. Desa Rahaden dihuni 230 KK dengan jumlah penduduk hanya 650-an. Mereka tersebar di 3 Rukun Tetangga (RT). Bahkan, penduduk RT 3 makin sedikit karena beberapa memilih bergabung ke RT 1 dan 2. “Jangan bayangkan jumlah penduduk desa kami dengan desa atau kelurahan di Jawa. Air dari sumur bor tersebut sudah mencukupi kebutuhan air bersih masyarakat,” ungkap Hardiano.

Pemasaran air minum kemudian diarahkan ke perusahaan tambang yang beroperasi di sekitar desa. BUMDes mengajukan proposal penawaran dan akhirnya ada sebuah perusahaan tambang yang sepakat membeli air gallon sebanyak 600 galon per bulan dari BUMDes Jantur Kiham. “Hanya dua hari sejak penawaran dikirimkan, perusahaan setuju untuk membeli air minum dari BUMDes sebanyak 600 galon. Namun, karena BUMDes masih belum memiliki beberapa legalitas sehingga penjualan tersebut masih menggunakan pihak ketiga,” papar Hardiano.

Sejak Januari 2025, penjualan sudah sepenuhnya dilakukan oleh BUMDes setelah memenuhi semua syarat dan legalitas yang dibutuhkan. Pemesannya meningkat menjadi 5.000 galon per bulan.  “Harga air per galon dipatok sebesar Rp15 ribu. Dari penjualan air minum tersebut BUMDes mampu meraup pendapatan bersih sekitar Rp70 juta per bulan. Ini menjasi sumber pendapatan utama BUMDes,” ungkap Masriyadi.

BUMDes Jantur Kiham memiliki usaha lain untuk menambah pendapatan seperti menjadi agen BRILinkuntuk memberikan layanan dasar keuangan kepada warga dan penjualan voucher layanan internet Starlink. “Dari BRILink pendapatan bersih mencapai Rp1,75 juta per bulan, sementara dari penjualan voucherinternet BUMDes mendapatkan keuntungan Rp2 ribu per voucher,” ungkap Masriyadi.

BUMDes berencana mengembangkan usaha air minum menjadi air minum dalam kemasan (AMDK) sehingga pemasarannya bisa lebih luas. Selain itu, BUMDes sedang merintis usaha yang sekaligus mendukung program ketahanan pangan yang sedang digencarkan pemerintah. BUMDes sudah membeli enam kolam ikan untuk pengembangan perikanan darat. Dana pembelian lahan tersebut bersumber dari dana desa yang sekitar 20% harua dialokasikan untuk program ketahanan pangan. “Saat ini, pembibitan sudah dimulai dengan menebar sebanyak 500 ekor ikan per kolam,” tambah Hardiano.

Dia sudah memperkirakan produksi ikan tersebut tidak akan habis diserap pembeli karena jumlah penduduk desa yang sedikit. BUMDes akan membuat produk ikan olahan sehingga bisa dijual ke luar daerah.  “Mungkin akan dibutuhkan pelatihan dan kami berharap Medco dapat membantu,” katanya.

Potensi usaha lain yang tengah dibidik BUMDes adalah penjualan beras organik. Penduduk Desa Rahaden mayoritas petani. Padi yang ditanam di sekitar desa menghasilkan beras berkualitas tinggi, enak, dan bebas pestisida. “BUMDes berencana membeli beras yang dihasilkan petani untuk dikemas dan dijual. Potensinya sangat besar karena harga perkilo beras organik bisa mencapai Rp65 ribu. Mungkin tahun depan kami sidah bisa membuka lapak untuk menjual produk-produk unggulan di acara yang digelar oleh Medco,”ujar Hardiano.

Apabila potensi desa sudah dikembangkan, Hardiano sebagai Kepala Desa berharap akan menarik anak muda asal desa tersebut yang sudah merantau untuk sekolah agar kembali membangun daerah. “Saat ini, anak-anak desa yang sudah kuliah enggan pulang,” katanya.

Pada Festival Pojok UMKM 2025, UMKM mitra binaan MedcoEnergi memamerkan berbagai produk unggulan seperti Gula Aren Siwalan, Telur Asin Booster Farm (Sampang), Ikan Bilis Hijau dan Madu Kelulut (Natuna), Minuman Serbuk Herbal dan Beras Organik (Malaka), Madu Hutan, Minuman Lemon Sereh, Keripik Singkong Anggun, hingga Sambal Salai Gabus (Grissik).

Festival dibuka oleh Direktur Utama MedcoEnergi Hilmi Panigoro, serta dihadiri oleh perwakilan SKK Migas, BRI, dan TikTok Shop by Tokopedia. Kehadiran UMKM binaan ini mencerminkan upaya MedcoEnergi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi lokal melalui pelatihan, pendampingan usaha, akses permodalan, dan perluasan jalur pemasaran.

“Mendukung pengembangan potensi ekonomi masyarakat adalah bagian dari DNA MedcoEnergi sejak awal berdiri. UMKM yang kuat adalah fondasi ekonomi rakyat. Kami ingin warga di sekitar wilayah operasi dapat tumbuh, mandiri, dan berdaya saing. Pencapaian UMKM binaan MedcoEnergi hari ini menjadi bukti nyata komitmen tersebut,” ujar Hilmi.(LH)