TANGERANG — PLN Indonesia Power (PLN IP) melalui Unit Bisnis Pembangkitan (UBP) Lontar meluncurkan program inovasi sosial bernama KALANDRA atau Kemandirian Penyandang Difabel Lewat Karya Ramah Lingkungan. Program ini menjadi langkah nyata perusahaan dalam mendukung kemandirian penyandang disabilitas sekaligus mendorong pemanfaatan energi bersih di tingkat komunitas.
KALANDRA hadir sebagai jawaban atas tantangan sosial dan lingkungan di wilayah Banten. Rendahnya penyerapan tenaga kerja difabel, dampak pemutusan hubungan kerja (PHK), serta minimnya akses terhadap teknologi ramah lingkungan menjadi latar belakang lahirnya program ini. Melalui KALANDRA, PLN IP menggandeng kelompok usaha difabel NOSATA, yang beranggotakan alumni Sekolah Khusus Balaraja, untuk mengembangkan keterampilan membatik, menjahit, kriya, tata boga, dan tata rias.
Program ini juga memperkenalkan teknologi sederhana namun berdampak besar. Di antaranya adalah mesin pengering batik “Drytik” yang memanfaatkan limbah PLTU dan tenaga surya, serta instalasi pengolahan air limbah membatik berbasis FABA (fly ash dan bottom ash). Empat unit panel surya dengan kapasitas total 2.480 watt peak kini menopang operasional kelompok NOSATA, menghemat biaya listrik sekaligus mendukung transisi energi bersih.
Bernardus Sudarmanta, Direktur Utama PLN Indonesia Power, menjelaskan KALANDRA sebagai bagian dari transformasi energi yang menyentuh langsung kehidupan masyarakat.
“KALANDRA bukan hanya tentang batik, tapi tentang martabat. Kami percaya bahwa energi yang kami hasilkan harus memberi daya pada kehidupan, terutama bagi mereka yang selama ini berada di pinggir sistem,” ujar Bernadus dalam keterangannya (30/11).
Dampak program ini mulai terlihat. Sebanyak 12 difabel kini aktif membatik, memiliki penghasilan tetap, dan menjalankan usaha secara mandiri. Kelompok NOSATA juga berhasil menciptakan motif batik khas seperti “Prasanta” dan “Ayam Jawara Wareng”, yang mengangkat filosofi PLTU dan budaya lokal Kabupaten Tangerang. Galeri batik yang mereka bangun kini menjadi pusat pembelajaran bagi sekolah khusus di wilayah Tangerang.
KALANDRA juga menjadi ruang kolaborasi lintas sektor. Dinas Sosial, Dinas Pendidikan, TNI AU, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, dan berbagai komunitas difabel ikut terlibat dalam pengembangan program. NOSATA bahkan telah menjadi tempat belajar membatik bagi komunitas difabel di Kota dan Kabupaten Tangerang.
Dengan rencana pengembangan hingga 2026, KALANDRA diharapkan terus tumbuh menjadi program yang tidak hanya menghasilkan karya, tetapi juga membuka jalan bagi masa depan yang lebih inklusif dan berkelanjutan. (RI)





Komentar Terbaru