JAKARTA – PT Bukit Asam Tbk (PTBA) PTBA mencatatkan laba bersih sebesar Rp1,4 Triliun dan EBITDA sebesar Rp3,6 Triliun, dengan EBITDA margin di angka 11%, hingga akhir September 2025.
Sepanjang periode sembilan bulan 2025 PTBA membukukan pendapatan sebesar Rp31,3 triliun sampai dengan akhir September 2025, naik 2%. Meskipun volume penjualan tercatat meningkat 8%, namun pelemahan harga batu bara, baik Newcastle Index yang turun 22% dan ICI-3 yang turun 16%, berimbas pada pelemahan harga jual rata-rata yang tercatat turun 6%.
Adapun untuk porsi penjualan sampai dengan akhir September 2025 ini, penjualan domestik tercatat sebesar 56%, sedangkan sisanya 44% merupakan ekspor. Pada periode ini, lima negara tujuan ekspor terbesar ditempati oleh Bangladesh, India, Filipina, Vietnam, dan Korea Selatan.
Direktur Utama PTBA, Arsal Ismail mengatakan bahwa di tengah tekanan harga batu bara global yang masih menurun sepanjang 2025, PTBA berhasil mempertahankan kinerja operasional yang solid serta menjaga profitabilitas melalui peningkatan efisiensi biaya dan optimalisasi portofolio pasar domestik.
“Hal ini tercermin dari pertumbuhan volume produksi dan penjualan yang tetap positif, serta realisasi capex yang mendukung keberlanjutan operasi dan proyek logistik strategis,” katanya dalam keterangan tertulis, Kamis(30/10/2025).
Pada tahun ini, PTBA membagikan
dividen sebesar Rp3,9 triliun.
Belanja modal sampai dengan September 2025 terealisasi sebesar Rp3,0 triliun dengan mayoritas digunakan untuk pengembangan angkutan Tanjung Enim Kramasan.
Beban pokok pendapatan terealisasi sebesar Rp27,8 triliun, atau naik sebesar 11%. Kenaikan ini seiring dengan peningkatan volume operasional, baik produksi batu bara yang naik 9% maupun angkutan yang juga naik 8%, meskipun dari sisi stripping ratio tercatat lebih rendah di angka 5,98x dari pada periode yang sama tahun sebelumnya di angka 6,02x.
Selain itu, pencabutan subsidi komponen FAME pada Biodiesel serta kewajiban untuk menggunakan B40 juga berdampak pada peningkatan harga BBM/liter (+8% YoY), yang otomatis berdampak pada peningkatan biaya bahan bakar yang digunakan oleh Perusahaan, baik untuk kegiatan penambangan maupun angkutan kereta api.
Beban umum dan administrasi naik sebesar Rp52,4 miliar atau 4%, sedangkan untuk beban penjualan turun 1% atau sebesar Rp7,1 miliar.
Entitas Asosiasi dan Ventura Bersama Perusahaan membukukan penghasilan keuangan sebesar Rp157,6 miliar, atau turun 14%. Biaya keuangan tercatat Rp247,9 miliar atau naik 23% seiring
dengan peningkatan pinjaman bank. Adapun bagian atas laba neto entitas asosiasi dan ventura bersama tercatat Rp333,1 miliar atau naik 14%.
Total aset pada akhir September 2025 tercatat sebesar Rp42,8 triliun atau naik 3% dibandingkan akhir tahun 2024 yang tercatat sebesar Rp41,8 triliun dengan saldo kas dan setara kas sebesar Rp4,0 triliun atau turun 3% dibandingkan dengan akhir tahun 2024 yang tercatat sebesar Rp4,1 triliun.
Total liabilitas pada akhir September 2025 tercatat naik dari posisi pada akhir Desember 2024 sebesar Rp19,1 Tmtriliun, naik menjadi Rp22,1 triliun. Sedangkan ekuitas tercatat menurun dari posisi akhir Desember 2024 sebesar Rp22,6 triliun menjadi Rp20,8 triliun pada akhir September 2025. Sehingga secara total liabilitas dan ekuitas tercatat sebesar Rp42,8 triliun atau naik 3% dari posisi di akhir Desember 2024 yang tercatat sebesar Rp41,8.triliun.
Arus kas bersih yang diperoleh dari aktivitas operasi tercatat turun dari
sebelumnya Rp4,4 triliun menjadi Rp4,2 Triliun atau turun 4%. Penurunan ini
terutama disebabkan oleh adanya peningkatan pembayaran kepada pemasok dan karyawan yang dipengaruhi oleh peningkatan harga BBM.
Arus kas bersih yang digunakan untuk aktivitas investasi tercatat naik dari periode sebelumnya Rp0,8 triliun menjadi Rp2,2 triliun sampai dengan September 2025. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh adanya penambahan aset tetap dan tanaman produktif yang meningkat dari periode sebelumnya Rp1,4 triliun menjadi Rp2,4 triliun pada akhir September 2025.
Arus kas bersih yang digunakan untuk aktivitas pendanaan tercatat turun dari periode sebelumnya Rp3,1 triliun menjadi Rp2,2 triliun. Penurunan ini terutama disebabkan oleh turunnya jumlah pembayaran dividen pada tahun ini serta penurunan pembayaran pinjaman bank.
Corporate Secretary Division Head, Eko Prayitno, menyampaikan bahwa PTBA secara konsisten melakukan cost leadership dari sisi internal Perusahaan untuk mencapai kinerja yang optimal. Perbaikan harga diharapkan membawa dampak positif seiring dengan berbagai strategi marketing maupun operasional yang dilakukan oleh perusahaan.
“Di tengah kondisi pasar global cukup menantang dan tren koreksi harga batu bara, Perseroan tetap mencatatkan kinerja yang positif. Ke depan, Perseroan akan terus mendorong efisiensi biaya, meningkatkan kinerja, serta memperluas portofolio usaha yang berkelanjutan,” ujar Eko.(RA)





Komentar Terbaru