JANGAN pernah meragukan pengalaman. Apa-apa yang ditempa oleh waktu dan tantangan hampir dipastikan akan membentuk karakter tangguh yang mampu jadi modal kuat menghadapi dan melalui berbagai persoalan. Lihat saja PT Vale Indonesia Tbk (INCO). Pengalaman yang lebih dari setengah abad beroperasi di tanah air sudah bisa memperlihatkan ketangguhan di masa-masa sulit. Mulai dari harga komoditas yang jatuh, pandemi COVID-19 hingga baru-baru ini musibah yang punya ancaman sangat besar terhadap lingkungan yakni kebocoran pipa minyak.

Kebocoran pipa minyak adalah “momok” yang paling ditakutkan perusahaan-perusahaan yang menggunakan minyak sebagai salah satu sumber utama bahan baku maupun energi dalam kegiatan operasionalnya.

Tidak semua perusahaan bisa mengatasi petaka itu. Bisa-bisa bukannya terkendali, tapi justru malah jadi pintu gerbang kehancuran perusahaan jika tidak dikelola dengan baik. Tidak pernah ada yang mau mengalami kondisi seperti apa yang terjadi di di desa Lioka, Kecamatan Towuti, Kebupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan pada Sabtu 23 Agustus 2025.

Hingga hari ke-17 kebocoran pipa minyak, tercatat sudah ada 191 aduan resmi yang diterima melalui Posko Pengaduan dan Informasi di Kantor Camat Towuti serta hotline 24 jam. Klasifikasi wilayah yang terdampak terdiri dari area lahan sawah, kebun, empang serta kasus yang berkaitan dengan akses air bersih dan peternakan.

Vale terlihat sekali menunjukkan kematangannya sebagai salah satu “dedengkot” perusahaan tambang di Indonesia. Bukan kepanikan, melainkan respon cepat dan tepat ditunjukkan. Kesigapan mengelola krisis diawal kejadian adalah kunci dalam menghadapi hal-hal seperti ini.

Tim Tanggap Darurat (Emergency Response Group/ERG) langsung terbentuk sesaat setelah kabar tentang kebocoran pipa minyak diterima manajemen dari warga. Tim tidak hanya bekerja di titik kebocoran, tetapi juga menyisir belasan titik potensial di sepanjang aliran sungai di wilayah Towuti dan sekitarnya, mulai dari Desa Lioka, Langkea Raya, Baruga, Wawondula, Matompi, hingga Timampu. Hal itu semata-mata dilakukan untuk mengantisipasi perluasan dampak.

Titik awal penanggulangan kebocoran pipa (Foto/Dok/Vale Indonesia)

Pagi-pagi buta Yustinus yang merupakan pekerja Vale di bagian General Construction bersama dengan enam rekan kerjanya menjadi Tim ERG. Mereka adalah aktor utama dibalik pengendalian awal kebocoran pipa minyak di titik hulu. Tim khusus ini selanjutnya menentukan sebelas titik plus titik hulu yang berada di atas titik satu dalam penanggulangan kebocoran.

“Saya menjadi salah satu tim pertama yang datang ke lokasi untuk melakukan sejumlah tindakan terhadap kebocoran minyak,” kata Yustinus dalam keterangan resmi perusahaan.

Tugas utamanya kata Yustinus adalah mengisolasi batang air sungai Koro Lioka telah berwarna hitam akibat tercampur minyak. Jika digambarkan secara teknis Yustinus bersama tim ERG memotong aliran batang sungai bercampur minyak dengan alat yang dinamakan oil boom. Alat ini berfungsi sebagai penghalang fisik dan mengapung di air yang digunakan untuk membatasi dan mengendalikan tumpahan minyak di perairan, mencegah penyebarannya dan melindungi ekosistem dari kerusakan lebih lanjut. Tim ERG yang dikomandani Yustinus beserta Oil Boom bak benteng pertahanan awal menghentikan aliran tumpahan minyak di sungai agar tidak meluas.

Selanjutnya TIM ERG juga memasang absorbent pad, yakni lembaran penyerap cairan berdaya serap tinggi yang dirancang untuk menyerap tumpahan minyak, bahan kimia, atau cairan lainnya di aliran sungai. Alat ini terbuat dari material seperti polypropylene microfibers yang berfungsi untuk mencegah penyebaran tumpahan minyak agar tidak meluas.

Usai alat-alat penghalang itu terpasang, Yustinus dan timmembuat sodetan berukuran sekitar setengah meter. Sodetan itu diarahkan ke kolam buatan yang dibuat dengan ukuran sekitar 4×4 meter. Kolam itu dibuat berundak sebanyak empat kolam. Setiap kolam buatan itu dilapisi oleh bahan lain sejenis plastik sehingga membuat minyak yang mengalir tidak mencemari lingkungan sekitar, termasuk area persawahan warga.

Yustinus dan timnya tidak sendirian berjibaku di “Golden Moment” penanggulangan kebocoran. Ada tim lain yang juga diterjunka bahkan dengan kondisi alamnya jauh lebih menantang.

Adalah Leo Agung, Manager Engineering PTVI Sorowako yang ditasbihkan menjadi team leader Titik Nol. Dia dan timnya tidak bisa bergerak menggunakan kendaraan lantaran untuk menembus lokasi karena kondisi tanah lempung yang sudah diselimuti minyak sehingga berjalan kaki adalah satu-satunya cara untuk mencapai titik kebocoran lain. “Awalnya mobil tidak bisa sampai ke atas,” ujarnya.

Titik hulu adalah lokasi dimana posisi kebocoran pipa minyak yang berada di ketinggian sekitar 500an meter di atas permukaan laut (mdpl). Saat hari-hari awal penanganan, ada  30-50 orang per shift  yang dilibatkan. Dalam sehari berdurasi 24 jam, tim dibagi menjadi dua dengan masing-masing bertugas selama 12 jam. “Kita kerja 24 jam sejak awal mendapat laporan adanya kebocoran di sini,” cerita Leo.

Kesigapan Tim Vale ditopang oleh hubungan baik yang sudah terjalin dengan masyarakat sekitar operasi sehingga balas dengan kolaborasi “ciamik” dalam memitigasi sebaran minyak menjadi lebih luas. Dengan cepat kolaborasi tersebut terbangun secara otomatis. Manajemen dan masyarakat berjibaku, bahu membahu menanggulangi dampak kebocoran.

Munir, misalnya yang juga pensiunan kontraktor PT Vale. Terhitung pada 8 September lalu sudah sembilan hari dia memimpin tim dari warga lokal dari berbagai usia menyisir aliran sungai di Towuti sepanjang 2,1 km dari Pos 7 hingga Pos 9, guna memastikan area terdampak benar-benar bersih dari ceceran minyak.

Sedikitnya 60 warga dari Desa Lioka dan Desa Baruga ikut ambil bagian bergabung dalam dua kelompok kerja bergiliran (shift), masing-masing terdiri dari 30 orang, untuk membersihkan sisa minyak di sepanjang sungai.

Aroyos, warga Dusun Molindowe, Desa Lioka, yang pertama kali menemukan kebocoran. “Sawah saya terdampak, ternak juga. Tapi respon PT Vale sangat cepat. Dari hari pertama langsung sigap, melibatkan kontraktor dan masyarakat, mati-matian untuk menyelesaikan persoalan ini,” ujarnya.

Ali Bastian, petani Dusun Molindowe, menceritakan keputusan Vale yang melibatkan masyarakat dusun dalam menanggulangi dampak dari musibah yang terjadi merupakan langkah maju perusahaan dalam merespon krisis. Menurutnya dengan cara itu, masyarakat tidak merasa dikhianati serta ada transparansi dari berbagai upaya yang dilakukan perusahaan.

“PT Vale tidak hanya datang untuk membersihkan, tapi juga mengajak kami bergabung. Kami merasa dihargai karena dilibatkan langsung dalam memulihkan lahan dan air yang kami gunakan sehari-hari.”

Asrul Akhmad, warga Desa Matompi menilai pendataan yang dilakukan Vale juga sangat membantu. Paling tidak keaktifan Vale bisa membuat masyarkat sedikit bisa bernafas karena sawah yang terdampak selama ini jadi sumber mata pencaharian.

“Jadi ada kepastian bahwa masalah kami tidak diabaikan. Kami bersabar menunggu proses, karena melihat keseriusan PT Vale dan pemerintah,” ujar Asrul.

Perjuangan Vale bersama instansi terkait serta warga mulai menunjukkan hasil pada hari ke-12 sejak ditemukan kebocoran. Sungai-sungai yang sebelumnya tertutup lapisan minyak mulai berangsur jernih, lahan pertanian mulai ditangani, dan empang masyarakat telah masuk dalam daftar pemulihan.

Penanganan pada hari ke-12 juga jadi milestone penting dari respon darurat menuju tindakan pemulihan yang lebih sistematis dan terukur melalui kerangka pemulihan yang sudah disusun untuk jangka pendek, menengah, dan panjang dengan mengacu pada rekomendasi tim ahli independen dan arahan solutif dari Pemda Luwu Timur.

Peran MasyarakatJadi Kunci Pemulihan

Irwan Bachri Syam, Bupati Luwu Timur menegaskan bahwa penanganan akan dibagi ke dalam tiga tahap yakni jangka pendek, menengah, hingga jangka panjang dengan peta klasifikasi kerusakan sebagai dasar prioritas pemulihan.

Menurut Irwan, pemerintah dan manajemen perusahaan sudah satu suara untuk memprioritaskan kebutuhan masyarakat yang terdampak. “PT Vale kata dia siap dan mau bertanggung jawab, berkomitmen menyelesaikan apa yang menjadi saran, masukan, dan kesepakatan.

“Kita harus pastikan masyarakat terdampak mendapat solusi konkret sesuai kebutuhan mereka,” tegas Irwan.

Tidak hanya bergotong royong melibatkan masyarakat untuk mencegah meluasnya dampak kebocoran pipa. Vale juga melibatkan ilmu pengetahuan atau sains demi menguak misteri dibalik penyebab kebocoran pipa sehingga bisa disusun rencana detail dan komperehensif penanganan baik jangka pendek hingga jangka panjang, termasuk berkaitan dengan nantinya kompensasi yang menjadi hak masyarakat.

Tim Disaster Risk Reduction Center (DRRC) Universitas Indonesia turun langsung ke lapangan untuk menganalisis tingkat kerusakan dan potensi dampak lebih lanjut terhadap lingkungan. Berdasarkan studi awal, DRRC UI mengidentifikasi ada faktor tekanan eksternal berupa bending yang diduga disebabkan pergerakan tanah, pergeseran lempeng, atau gempa bumi sebagai pemicu awal kerusakan pipa.

Fatma Lestari, Kepala DRRC UI, menjelaskan pada tahap awal tim langsung bergerak dengan melakukan pemeriksaan pada titik kebocoran pipa, analisis penyebab, serta identifikasi dampak lingkungan langsung.  Hipotesis awal yang didapatkan didasarkan pada hasil temuan studi awal (preliminary study) tim DRRC UI terhadap titik kerusakan pipa yang menunjukkan faktor tekanan eksternal atau external stress berupa bending yang dapat disebabkan karena faktor endogen.

Selanjutnya investigasi ini juga mengidentifikasi potensi dampak berbahaya dari tumpahan sebagai langkah mitigasi.

“Fokus utama tim di lapangan adalah melakukan pencegahan dan penanggulangan dampak lingkungan tumpahan minyak,” kata Fatma dalam keteranganya.

Tim DRRC UI juga telah melakukan pengujian kualitas air dan udara di sekitar Towuti pada 30 Agustus 2025 bersama serta Dinas Lingkungan Hidup Luwu Timur bekerja sama dengan PT Global Environment Laboratory (GEL).

Sampel air diambil dari Danau Towuti kurang lebih 1 km dari muara Sungai Timampu. Parameter fisika, kimia, dan mikrobiologi diuji, dengan hasil memenuhi baku mutu kelas 2 sesuai PP No. 22/2021. Artinya, air layak untuk rekreasi, budidaya ikan air tawar, peternakan, pengairan pertamanan, hingga kebutuhan lain yang mempersyaratkan mutu serupa.

Sementara untuk sampel udara diambil di Dusun Molindoe, Desa Lioka. Parameter SO₂, O₃, dan NO₂ semuanya berada di bawah ambang batas baku mutu udara ambien nasional, menunjukkan kualitas udara masih aman dan tidak menimbulkan risiko kesehatan.

Fatma menegaskan hasil uji tersebut sahih dan kredibel karena analisis yang dilakukan dengan standar ilmiah ketat dan observasi lapangan langsung. Hasil menunjukkan air aman, namun pemantauan rutin, transparansi data, dan pelibatan masyarakat tetap menjadi kunci. “DRRC UI akan terus mendampingi agar langkah pengelolaan lingkungan konsisten dengan bukti ilmiah dan harapan masyarakat,” jelasnya.

Tidak hanya para peneliti UI yang turun tangan. Guna memastikan setiap pengujian kualitas lingkungan dilakukan dengan transparan, manajemen Vale juga menunjuk tim ahli dari HAS Environmental. Pada Rabu (10/9) tim HAS melalukan pemantauan kualitas air di kawasan Danau Towuti menggunakan standar metode ilmiah dan peralatan uji modern untuk memastikan hasil yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.

Pengambilan sampel dimulai dari area sekitar dermaga, kemudian bergerak menuju bagian tengah danau, hingga ke area dekat muara Sungai. Kegiatan ditutup dengan pengambilan sampel air dari tangki air warga Towuti, untuk memeriksa kualitas tangki yang digunakan warga.

Tri Wisnu Febrianto, Tenaga Ahli HAS Environment,  memastikan setiap tahapan berjalan sesuai prosedur yang ditetapkan. “Kami menggunakan metode ilmiah yang tervalidasi dan peralatan modern untuk memastikan data yang kami peroleh akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Dengan cakupan lokasi yang beragam, hasil pemantauan ini akan menjadi rujukan penting dalam memastikan air tetap aman bagi lingkungan dan masyarakat,” jelas Tri.

Peralatan yang digunakan yakni, Portable Environmental Quality Monitor (EQM). Alat ini mampu mendeteksi polutan secara real-time, termasuk gas berbahaya yang dihasilkan dari Marine Fuel Oil (MFO) seperti Sulfur Dioxide (SO2) dan Volatile Organic Compound (VOC), yang berisiko terhadap kesehatan pernapasan. Pemeriksaan ini menjadi langkah proaktif untuk memastikan udara di lingkungan warga tetap aman.

Dengan berakhirnya masa tanggap darurat pada 12 September 2025, pemerintah daerah dan Vale kini memasuki tahap transisi pemulihan, dengan fokus pada bantuan berkelanjutan, pemantauan kualitas lingkungan bersama tim independen, serta penguatan fasilitas desa agar lebih tangguh menghadapi risiko di masa depan.

Pendekatan terpadu antara sains, data, dan gotong royong menjadi fondasi pemulihan yang diyakini jauh lebih kuat dampaknya. Fokus ke depan adalah mengembalikan ekosistem Towuti sekaligus memperkuat ketahanan sosial masyarakat.

Bernardus Irmanto, Presiden Direktur Vale Indonesia,  mengungkapkan ketika mendengar informasi adanya musibah kebocoran pipa ini manajemen langsung mengaktifkan tim ERG dan prioritas utama manajemen dalam menyusun rencana penggulangan musibah ini adalah memastikan keselamatan masyarakat dan pemulihan lingkungan.

“Kami memahami betapa berat situasi ini bagi masyarakat Towuti. Doa dan dukungan semua pihak sangat berarti bagi kami. Fokus utama kami adalah menghentikan penyebaran aliran minyak, dan kami bekerja bersama pemerintah daerah serta seluruh pemangku kepentingan untuk memastikan langkah penanganan berjalan dengan cepat dan tepat. Dengan semangat gotong royong, kita percaya dapat melewati situasi ini bersama,” ujar Bernardus.

Perusahaan kata dia juga sangat terbuka dan tidak akan menutupi kondisi yang ada di lapangan. Hal ini bisa terlihat dari adanya kolaborasi bersama Pemerintah Kabupaten Luwu Timur melalui Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Luwu Timur, Kecamatan Towuti, BPBD, aparat kepolisian, TNI, serta seluruh pemangku kepentingan terkait, termasuk Inspektur Tambang dan tim dari Direktorat Jenderal Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Ditjen Gakkum KLHK) yang juga langsung melakukan inspeksi ke lapangan.

Selain fokus menghentikan penyebaran aliran minyak, Vale berkomitmen penuh untuk bertanggung jawab dalam melakukan pemulihan lingkungan secara menyeluruh dan menanggulangi dampak sosial yang ditimbulkan. Upaya pemulihan ini akan dilakukan secara bertahap, mencakup rehabilitasi ekosistem di area terdampak, dukungan sosial-ekonomi bagi masyarakat, serta evaluasi dan penguatan sistem keamanan pipa. Semua proses pemulihan akan dilakukan dalam koordinasi yang erat dengan Pemerintah Kabupaten Luwu Timur dan pihak-pihak terkait, dengan prinsip transparansi serta akuntabilitas publik.

Sejak hari pertama, tim gabungan dari dinas teknis, BPBD, camat, dan manajemen Vale melakukan asesmen lapangan. Dampak diklasifikasikan ke dalam kategori sawah, kebun, empang, ternak unggas, ternak besar, nelayan, hingga sumur air, masing-masing dengan tingkat keparahan rendah, sedang, hingga tinggi. Setelah dilakukan klasifikasi berdasarkan kajian komperehensif tersebut barulah mekanisme kompensasi dirancang, sehingga setiap warga terdampak mendapatkan penanganan yang proporsional dengan kondisi riil yang dihadapi.

Para kepala desa mengakui cara tersebut membuat masyarakat jauh lebih merasa tenang karena ada kepastian tentang keselamatan maupun masa depan mereka yang wilayahnya terdampak.

Samsul, Kepala Desa Timampu, keresahan para petani kini mulai sirna karena informasi tentang keadaan sebenarnya tanah yang mereka jadikan andalan mendulang rezeki sudah diketahui. Tidak ada lagi informasi simpang – siur yang membawa serta kecemasan.

“Sebelumnya banyak petani menunda panen karena khawatir sawahnya terdampak. Kini, setelah dijelaskan mekanismenya, warga lebih tenang untuk panen dan menyimpan hasilnya,” ungkap Samsul.

Pendekatan Vale dalam mengelola krisis ini boleh dibilang cukup berani namun itu sebenarnya yang dibutuhkan. Pelibatan masyarakat dalam setiap tahap pembersihan hingga penyelesaian aduan, proses pemulihan menjadi bagian dari gerakan kolektif untuk memulihkan Towuti.

Maroef Sjamsoeddin, Direktur Utama MIND ID, menyatakan kolaborasi Vale, pemerintah, dan masyarakat yang sudah berjalan sejak awal insiden telah berhasil meminimalisir dampak serta menciptakan model penanganan yang partisipatif dan adaptif.

“Ini adalah kehendak alam dengan dampak yang meluas, tapi bisa menjadi pelajaran untuk mengantisipasi bagaimana menghadapi kondisi seperti ini. Dengan antisipasi terpadu, mitigasi bisa lebih terencana dan terkendali,” ungkap Maroef belum lama ini saat meninjau langsung kondisi desa Lioka.

Manajemen MIND ID saat meninjau langsung salah satu titik penanggulangan dampak kebocoran pipa (Foto/Dok/Vale Indonesia)

Endra Kusuma, Head of External Relations Vale Indonesia menuturkan pemulihan Towuti berlangsung dengan cepat. Menurutnya dukungan relawan, masyarakat, dan pemerintah menjadi fondasi penting keberhasilan pemulihan.

“Komitmen perusahaan kata Endra adalah menjadikan pemulihan ini momentum untuk memperkuat solidaritas dan transparansi. “Kami akan terus bekerja sama dengan seluruh pihak terkait agar setiap langkah penanganan berjalan efektif, adil, dan tepat sasaran,” ujar Endra.

Sementara itu Dadan Kusdiana, Sekretaris Jendral Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengungkapkan bahwa pada prinsipnya musibah yang terjadi di Towuti adalah tanggung jawab badan usaha. “Jadi jangan dianggap apa yang dilakukan Vale melimpahkan tanggung jawabnya, tidak seperti itu,” kata Dadan saat ditemui Dunia Energi di Kementerian ESDM, Jumat (12/9).

Lebih lanjut, menurut Dadan inisiatif manajemen Vale yang berkolaborasi melibatkan masyarakat dalam menanggulangi kebocoran pipa merupakan ide menarik dan menunjukkan bagaimana perusahaan tidak lari dari tanggung jawabnya. “Itu (melibatkan masyarakat) positif buat saya. Karena sekaligus mengedukasi masyarakat cara-cara penanggulangan bahaya. Tapi ingat ini bukan melimpahkan tanggung jawab badan usaha,” ujar Dadan.

Bisman Bakhtiar, Direktur Eksekutif Pusat Studi Hukum Energi dan Pertambangan (PUSHEP), menyambut baik langkah Vale yang terbuka dalam menangani kondisi saat ini. Apalagi pihak manajemem Vale juga pasti sudah mengetahui langkah-langkah pertanggung jawaban yang sesuai dengan praktik good mining practice.

Keterlibatan masyarakat harus diakui memang jadi poin plus dalam penaganan musibah. Tapi Bisman mengingatkan manajemen secara ketat mengawasi keterlibatan masyarakat tersebut. “Pada prinsipnya ini merupakan tanggung jawab penuh perusahaan,  namun jika ada keterlibatan masyarakat ini sesuatu yang baik sebagai wujud partisipasi masyarakat tetapi harus diperhatikan aspek perlindungan dan keselamatan masyarakat. Sehingga tetap harus terorganisir dan memperhatikan aspek keselamatan,” jelas Bisman.

Kebocoran pipa minyak milik Vale Indonesia perlu diteliti secara mendalam dan perusahaan sekelas Vale diyakini bakal menyerahkan hasil pemeriksaan tersebut kepada pemerintah terkait baik itu ditingkat daerah ataupun pusat.

Ali Ahmudi Achyak, Direktur Eksekutif CESS (Center for Energy Security Studies), menilai langkah pertama dan prioritas  menyelamatkan ekologis dengan menyetop kebocoran minyak yang masih ada yang telah dilakukan oleh Vale sudah merupakan langkah tepat guna mencegah meluasnya persebaran ceceran minyak, serta membersihkan ceceran minyak yang ada dan terlah tersebar luar ke beberapa aliran sungai, sawah, empang dan area lainnya.

Menurut dia, upaya pelibatan masyarakat terdampak itu penting untuk mempercepat proses pemulihan pasca musibah dan membangun kepercayaan warga terdampak. Namun lebih penting lagi adalah tindaklanjut dari itu yaitu melakukan konservasi lingkungan yang terlanjur rusak dan pastinya tidak mudah mengembalikan ke kondisi normal. “Tindak lanjut lainnya adalah memberikan kompensasi sepadan kepada masyarakat terdampak dan memastikan bahwa kompensasi tersebut sampai ke yang berhak menerimanya,” ungkap Ali.

Nasi sudah menjadi bubur. Kita tidak bisa memutar waktu. Pendekatan yang dilakukan Vale cukup menarik dengan memadukan pengalaman, ilmu pengetahuan serta peran aktif warga. Hal terpenting sekarang adalah bagaimana masyarakat mendapatkan haknya, serta lingkungan juga tidak diabaikan. Vale memastikan tidak akan meninggalkan Towuti. Bersama masyarakat, ayo pulihkan Towuti!