JAKARTA – Rencana Prabowo Subianto yang ingin membangun kilang minyak baru di Pulau Pemping dan beberapa tempat lain harus bisa dilihat dari sisi manfaatnya. Tidak hanya membuat Indonesia bisa mencapai ketahanan energi, tapi juga ketahanan ekonomi. Karena akan bisa mengurangi devisa impor migas dan membuat Indonesia tidak terdikte pasar migas global; karena kita bisa produksi sendiri dan punya storage.
Pri Agung Rakhmanto, Pengamat migas dari Universitas Trisakti, menilai Indonesia masih lebih baik mengimpor minyak mentah dan mengolahnya sendiri ketimbang mengimpor produk jadi.
“Impor crude tetap lebih baik dari pada dibandingkan impor hasil olahannya (bahan bakar). Ada tahapan dan proses peningkatan nilai tambah ekonomi yg didapat dari keberadaan kilang yang mengolah itu,” kata Pri Agung kepada Dunia Energi, Rabu (13/8).
Terkait stagnansi proyek kilang selama ini justru dengan adanya arahan President tersebut, dan sekarang ada Danantara, akan peluang untuk bisa merealisasikan proyek-proyek tersebut. Seperti diketahui saat ini ada proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) atau pengembangan kemampuan dan kapasitas kilang eksisting serta dan New Grass Root Refinery (NGRR) atau kilang baru Tuban yang tengah digarap Pertamina.
“Ada harapan untuk bisa ada solusi untuk masalah pendanaan dan juga leverage dan network untuk pemenuhan mata rantai supplynya,” ungkap Pri Agung.
Selain itu , kesepakatan dengan Trump-AS juga bisa diseleraskan dengan rencana ini. Amreika harus diakui saat ini memang sedang kuat di migas, baik di hulu maupun midstream-downstreamnya. “Di luar aspek biaya, dari sisi geopolitik yang terkait jaminan suplai bahan mentah, dapat dikatakan ada sisi strategis dalam hal kesepakatan kita dengan AS di bidang energi, migas khususnya,” jelas Pri Agung.
Dalam hal kesiapan, pada dasarnya Indonesia selalu siap. Jauh sebelum ini, periode sebelum tahun 1994 Indonesia sudah berpengalaman dalam pengembangan kilang BBM 1 juta juta barel per hari. Termasuk kilang gas-LNG skala besar seperti Arun, Badak-Bontang, serta LNG Tangguh.
Pri Agung menilai selama ini staganansi pembangunan kilang lebih pada aspek political will, pendanaan, dan prioritas pilihan investasi. “Jadi kalau sekarang sudah dimasukkan ke dalam program prioritas dan langsung diinstruksikan Presiden, ya artinya kita memang sudah lebih siap dalam ketiga aspek tersebut,” kata dia.
Sebelumnya, Prabowo memang sudah menetapkan rencana baru untuk membangun kilang minyak di beberapa tempat tidak hanya di Pulau Pemping, dengan total kapasitas mencapai 1 juta barel per hari. Danantara akan menjadi motor pembangunan kilang tersebut dan Pertamina yang nantinya ditugaskan untuk menjadi operator.





Komentar Terbaru