JAKARTA –  Pertamina harus menjalankan sistem  prosedur operasi pengamanan kilang dengan standar internasional. Kebakaran  satu tangki pertalite pada Refinery Unit IV Cilacap, Jawa Tengah pada Sabtu (13/11) malam mengindikasikan  perusahaan belum optiimal dalam pengamanan kilang, menurut pengamat.

“Kebakaran itu tidak hanya meludeskan tangki penyimpanan minyak, tetapi juga mengancam keselamatan warga di sekitar yang harus mengungsi,” ujar Fahmy Radhy, Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gajah Mada (UGM), Minggu (14/11).

Fahmy memperkirakan  akibat kebakaran pada tangki  pertalite akan memperbesar biaya impor Bahan Bakar Minyak (BBM) Pertamina. Hal ini  pada gilirannya dinilai bakal mempengaruhi kinerja keuangan Pertamina 2021.

Dia berharap Pertamina memiliki komitmen tinggi dan tidak abai dalam mengamankan seluruh asset penting, utamanya kilang dan tangki minyak. Manajemen Pertamina juga harus diminta menerapkan sistem keamanan kilang minyak secara berlapis, sesuai dengan standar International.  “Sistem pengamanan tersebut harus diaudit secara berkala oleh Kementerian ESDM dan lembaga independen,” ujar Fahmy.

Dalam 11 bulan terakhir terjadi tiga insiden kebakaran pada tangki di area kilang milik Pertamina. Pada 29 Maret 2021 kebakaran melanda tangki T-301 di Kilang Balongan, Indramayu.  Pada 11 Juni 2021 kebakaran melanda area RU IV Cilacap. Peristiwa itu terjadi pada tangki T39 yang berisi benzena untuk produk dasar petrochemical di Kilang Cilacap. (RA)