JAKARTA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) meminta PT PLN (Persero) untuk segera melakukan kajian penggantian bahan bakar Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) dari solar menjadi minyak kepala sawit (Crude Palm Oil/CPO). Teknologi penggunaan CPO untuk bahan bakar PLTD sudah tersedia, hanya tinggal diaplikasikan PLN.

“Kami instruksikan, 1.800 megawatt (MW) PLTD menggunakan CPO energi 100%. Kami harapkan ini akan terealisasi dalam dua tahun,” kata Ignasius Jonan, Menteri ESDM disela Forum diskusi energi Indonesia-Finlandia di Kementerian ESDM Jakarta, Selasa (9/10).

Teknologi penggunaan CPO sebagai bahan bakar PLTD sudah diterapkan di negara maju, seperti Finlandia.

Jonan pun mengundang perusahaan asal Finlandia untuk bisa ikut berinvestasi mewujudkan target pemerintah.

Rida Mulyana, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, mengatakan ada satu syarat yang diajukan pemerintah ketika mengundang investor di sektor EBT, yakni tidak berdampak kepada tarif listrik yang dihasilkan.

“Kalau sekiranya mereka ingin berinvestasi dengan teknologi, pemerintah sudah menugaskan PLN untuk konversi semua diesel ke CPO. Berapa targetnya, kurang lebih 1,5-1,8 GW dan itu sudah diketok, sepanjang harga CPO tidak lebih mahal dari biodiesel,” ungkap Rida.

Andriah Feby Misna, Direktur Bioenergi Ditjen EBTKE Kementerian ESDM, menambahkan PLTD  bisa langsung menggunakan CPO sebelum diolah menjadi biodiesel dan green diesel.

Gandeng Finlandia

Finlandia sebagai negara yang terdepan dalam penerapan teknologi EBT diharapkan ikut andil dalam upaya meningkatkan EBT di tanah air.

Penerapan CPO menjadi bahan bakar EBT di Finlandia, bahkan sudah lumrah digunakan. Karena itu perusahaan yang menawarkan teknlogi bisa langsung melakukan pembicaraan dengan PLN yang akan segera melakukan tender.

“Kalau mereka kan teknologi provider. Kalau teknologinya bisa, tinggal masalah harganya berapa,” kata Jonan.

Selain dorongan untuk masuk dalam konversi solar ke CPO, salah satu potensi EBT lainnya yang bisa dikembangkan adalah Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).

“Solar PV (PLTS) sangat baik, karena Indonesia adalah negara kepulauan. Silahkan jika ingin mengikuti proses tender,” kata Jonan.

Selain investasi dalam sisi pengembangan EBT, Jonan pun mengajak perusahaan penyedia jasa keuangan Finlandia, untuk menyediakan pinjaman pengembangan EBT di Indonesia dengan paket bunga pinjaman yang terjangkau.‎ Investor dari Finlandia pun diajak untuk transfer ilmu pengembangan EBT.

“Kami akan minta perusahaan menawarkan paket. Pertukaran pendidikan agar bisa belajar,” tandas Jonan.(RI)