JAKARTA– PT Adaro Energy Tbk (ADRO), emiten pertambangan batu bara dengan sumber daya dan cadangan salah satu terbesar di Indonesia, mencetak laba inti sebesar US$ 371 juta atau sekitar Rp 5,7 triliun sepanjang semester I 2019. Realisasi ini meningkat sebesar 38% jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu sebesar US$ 269 juta.

Manajemen Adaro Energy menyatakan, penopang kenaikan laba ini karena peningkatan pendapatan usaha bersih sebesar US$ 1.775 juta naik 10% dibanding periode yang sama pada tahun lalu sebesar US$ 1.610 juta. Sementara itu beban pokok pendapatan tercatat mencapai US$ 1.211 juta sehingga laba kotor tercatat mencapai US$ 564 juta dan laba usaha sebesar US$ 451 juta.

Beban pokok pendapatan naik 8% year on year (y-o-y) menjadi US$1.211 juta, yang terutama disebabkan oleh kenaikan volume, harga bahan bakar minyak (BBM), maupun pembayaran royalti kepada Pemerintah RI. Biaya kas batu bara per ton (tidak termasuk royalti) turun 7% y-o-y berkat upaya-upaya yang berkesinambungan untuk efisiensi biaya.

Garibaldi Thohir, Presiden Direktur dan Chief Executive Officer Adaro, mengatakan disiplin biaya terus diterapkan perusahaan demi mempertahankan margin yang sehat akhirnya membuahkan kinerja positif.

“Kami gembira dengan hasil yang dicapai dalam enam bulan pertama tahun 2019, di tengah tantangan makro dan ketidakpastian pasar batu bara global. Disiplin biaya terus diterapkan demi mempertahankan marjin yang sehat. Walaupun harus waspada terhadap perkembangan industri di tahun ini, kami masih optimistis terhadap fundamental pasar batu bara di jangka panjang,” kata Garibaldi dalam keterangnnya (23/8).

Sepanjang Januari-Juni 2019, Adaro Energy mencatat EBITDA operasional sebesar US$ 691 juta atau naik 17% y-o-y dari tahun sebesar US$ 593 juta, dan mempertahankan margin EBITDA operasional yang tinggi pada tingkat 39%. Hal ini sesuai dengan panduan EBITDA untuk satu tahun yang berkisar AS$1- AS$1,2 miliar.

Menurut Garibaldi, pencapaian operasional dan keuangan yang solid pada semester I mencerminkan mode bisnis Adaro terbukti mampu bertahan menghadapi siklikalitas industri. “Model bisnis kami terbukti tangguh dalam menghadapi siklikalitas industri ini dan memungkinkan perusahaan untuk mengelola pasar di jangka pendek,” ujarnya. (RI)