CHICAGO– Tinginya permintaan emas sebagai aset safe haven saat hubungan dagang Amerika Serikat dan China memburuk, mendorong kenaikan harga emas. Harga emas berjangka di divisi COMEX New York Mercantile Exchange melonjak pada akhir perdagangan Rabu atau Kamis (8/8) pagi WIB bahkan berada di atas 1.500 dolar AS per ounce.

Dilansir Xinhua, kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Desember naik tajam US$35,40 atau 2,39%, menjadi menetap di US$1.519,60 per ounce.

Emas berjangka telah membukukan keuntungan hampir US$90 dalam empat sesi terakhir berturut-turut, setelah Presiden AS Donald Trump mengancam untuk mengenakan tarif tambahan pada impor produk China yang lebih banyak.

Meningkatnya ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan China menyebabkan permintaan yang lebih kuat untuk aset-aset safe haven, seperti emas. Investor telah menghindari aset-aset berisiko, memicu kejatuhan di pasar ekuitas.

Sebelum penyelesaian perdagangan emas, indeks Dow Jones Industrial Average, S&P 500 dan Nasdaq membukukan kerugian tajam di tengah aksi jual, meskipun indeks-indeks acuan mengembalikan beberapa kerugian di kemudian hari.

Indeks dolar AS yang mengukur greenback terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya, turun 0,18 persen menjadi 97,45 tak lama sebelum pasar emas tutup.

Perang dagang AS dan China berpotensi mendorong bank sentral memangkas suku bunga agar pasar saham tidak jatuh. Bank Sentral Seandia Baru, Reserve Bank of New Zealand, memangkas suku bunga menjadi 1,5% dari 1,75%. Penurunan suku bunga ini merupakan penurunan pertama sejak November 2016.

Bank Sentral AS juga diproyeksikan masih akan melanjutkan pemangkasan suku bunga. Tren penurunan suku bunga dan pelemahan dolar AS menjadi sentmen positif yang membuat harga emas melambung. (RA)